BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia. Pendidikan telah diatur dalam sistem pendidikan nasional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi tidak lepas dari suatu perubahan pada berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu kunci yang penting terutama dalam era globalisasi. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang serba maju dan modern ini, banyak sekali perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern menuntut bertambahnya minat siswa untuk meneruskan

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup suatu negara sangat bergantung pada generasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

2016 KONTRIBUSI KETERHUBUNGAN SEKOLAH (SCHOOL CONNECTEDNESS) TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diselenggarakan. Kaum muda diharapkan memiliki bekal

BAB I PENDAHULUAN. SD dan SMP, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMA dan perguruan tinggi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN SIKAP TERHADAP BIMBINGAN KONSELING DENGAN TINGKAHLAKU BERKONSULTASI PADA SISWA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bertahan hidup di tengah zaman yang serba sulit ini. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang paling indah dalam kisah hidup seseorang. Semua orang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BABI PENDAHULUAN. Siswa SMA adalah mereka yang berada pada tahap perkembangan remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem, pengorganisasian,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan

DAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjutan studi merupakan bagan yang terpenting dalam proses kelanjutan

Orientasi masa depan domain higher education dengan keterlibatan siswa terhadap siswa/i kelas X dan XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Pendidikan telah diatur dalam sistem pendidikan nasional yang ditetapkan melalui Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dan ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989. Dalam undang-undang ini disebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dalam jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah (www.dikti.go.id). Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui belajar-mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian (www.setkab.go.id). Masalah yang banyak terjadi saat ini adalah siswa SMA sulit mengambil keputusan karena tidak tahu apa bakat dan minatnya, dan banyak yang belum menemukan potensi dirinya, serta tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri bahkan untuk hal-hal yang terkait dengan kepentingannya (http://edukasi.kompasiana.com). Keputusan memikirkan kehidupan selanjutnya, 1

2 seperti masa depan pekerjaan, pendidikan, membentuk keluarga, membentuk identitas, dan juga memengaruhi orang untuk mengembangkan dirinya merupakan hal yang penting (Keating, 1990). Membuat perencanaan dan menentukan keputusan tentang kehidupan selanjutnya merupakan konsep dari orientasi masa depan. Menurut Seginer (2009), Orientasi masa depan adalah model masa depan bagi seseorang yang menjadi dasar untuk menyusun tujuan, rencana, mengeksplorasi pilihan dan membuat komitmen, serta membimbing jalan perkembangan seseorang. Dalam orientasi masa depan terdapat tiga domain yaitu pendidikan, pekerjaan dan karir, perkawinan dan keluarga. Seseorang membangun masa depan mereka sesuai dengan norma-norma, nilai-nilai dan kondisi kehidupan yang berlaku dalam lingkungan pergaulannya. Terdapat tiga komponen orientasi masa depan. Ketiga komponen tersebut bersifat independen namun memiliki keterkaitan. Tiga komponen dari orientasi masa depan yaitu motivational, cognitive representation dan behavioral (Seginer, 2009). Orientasi masa depan merupakan hal yang penting bagi siswa yang akan melalui masa transisi, di mana setiap remaja secara normatif diharapkan mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang ada di masa depan. Oleh karena itu, orientasi masa depan sangat relevan bagi seseorang yang sedang berkembang atau mengalami transisi (Seginer & Halabi-Kheir, 1998). Sebuah survey menyebutkan bahwa banyak siswa yang masih bingung dengan masa depan mereka di perguruan tinggi, sehingga siswa menjadi ikut-ikutan teman agar ketika kuliah sudah memiliki teman yang telah dikenal. Kebingungan siswa ada pula yang disebabkan sikap orang tua yang memaksakan anak memilih jurusan yang

3 ditentukan orang tua, bukan kemauan dan minat anaknya (http://edukasi.kompasiana.com). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kebingungan karena belum mengetahui apa tujuan mereka melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan belum membuat perencanaan tentang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kebingungan yang dialami oleh siswa merupakan gambaran ketidak jelasan pada komponen motivational dan cognitive representation. Peneliti melakukan survey di SMAN X Cimahi. Berdasarkan wawancara peneliti pada guru BK kelas II SMAN X Cimahi, sekolah tersebut memiliki program unggulan yang salah satu program tersebut yaitu meningkatkan daya serap ke perguruan tinggi. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan daya serap ke perguruan tinggi yaitu adanya kegiatan orientasi jurusan dan orientasi perguruan tinggi. Orientasi jurusan dan orientasi perguruan tinggi dilakukan dalam bentuk konsultasi pribadi yang dilakukan di ruang BK. Orientasi jurusan dan orientasi perguruan tinggi diberikan pada siswa kelas dua, supaya siswa dapat membayangkan masa depan mereka sedini mungkin dan saat di kelas tiga bisa fokus dengan UAN. Bimbingan konseling di berikan untuk mempersiapkan siswa untuk menghadapi masa depan mereka setelah lulus SMA. Menurut guru BK kelas II SMAN X Cimahi, setiap tahun fenomena yang muncul dari para siswa siswi yaitu kesulitan untuk menentukan dan memilih melanjutkan ke perguruan tinggi atau tidak. Berdasarkan wawancara peneliti pada guru BK kelas II, pada tahun 2012 sekitar 200 dari 400 siswa, belum menentukan apakah akan melanjutkan

4 pendidikan ke perguruan tinggi atau tidak. Dari 200 siswa tersebut, 120 siswa bingung karena perbedaan program studi yang mereka pilih berbeda dengan pilihan orang tua. Sisanya sebanyak 80 siswa bingung akan melanjutkan ke perguruan tinggi atau tidak karena belum mengetahui minat diri, kurang informasi dan kurangnya gambaran mengenai pendidikan di perguruan tinggi. Berdasarkan hasil survey peneliti kepada 40 siswa kelas II SMAN X Cimahi mengenai orientasi masa depan mereka, diperoleh data sebanyak 18 siswa yang akan melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi setelah lulus SMA. Siswa yang akan melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi sudah memiliki rencana mempersiapkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi dengan cara giat belajar, mempersiapkan mental, belajar buku soal-soal ujian saringan masuk ke perguruan tinggi, mengikuti bimbingan belajar dan mengandalkan pelajaran yang sudah di pelajari saat di kelas. Dari hasil survey tersebut dapat disimpulkan bahwa 18 siswa sudah memiliki tujuan setelah lulus SMA akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. hal tersebut menggambarkan komponen motivational siswa tinggi. siswa juga memiliki rencana persiapan diri untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. hal tersebut menggambarkan komponen cognitive representation siswa tinggi. selain itu siswa telah melakukan kegiatan yang mendukung dirinya untuk mempersiapkan pendidikan ke perguruan tinggi. hal tersebut menggambarkan komponen behavioral siswa tinggi. Sebanyak 15 siswa lainnya belum mampu memilih jurusan karena berbedanya jurusan yang diinginkan siswa dengan yang diinginkan orang tua,

5 kurang yakin diri dan kurangnya informasi mengenai perguruan tinggi. hal tersebut menggambarkan bahwa siswa memiliki tiga komponen orientasi masa depan bidang pendidikan yang rendah. Sisanya, sebanyak tujuh (7) siswa lebih tertarik untuk mencari pekerjaan dan berwirausaha. Sehubungan dengan fenomena yang di dapat disekolah tersebut, maka peneliti tertarik untuk memperoleh gambaran mengenai orientasi masa depan di bidang pendidikan yang dilihat berdasarkan komponen OMD pada siswa kelas II SMAN X Cimahi. 1.2 Identifikasi Masalah Bagaimana orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas II SMAN X Cimahi. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai komponen orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas II SMAN X Cimahi. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tinggi atau rendah komponen orientasi masa depan bidang pendidikan yaitu

6 komponen motivational, cognitive representation, dan behavioral pada siswa kelas II SMAN X Cimahi. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Memberikan informasi yang diharapkan dapat memperkaya penelitian dan pemahaman kajian ilmu Psikologi Pendidikan terutama mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan. Memberi informasi tambahan atau referensi bagi peneliti selanjutnya dan mendorong penelitian lain untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut, khususnya yang berhubungan dengan orientasi masa depan bidang pendidikan. 1.4.2 Kegunaan Praktis Memberi informasi pada pihak sekolah (guru bimbingan konseling, kepala sekolah dan wali kelas) mengenai tinggi atau rendah komponen orientasi masa depan bidang pendidikan dan informasi tersebut dapat digunakan untuk berkonsultasi dengan anak dan orang tuanya mengenai orientasi masa depannya. Informasi yang didapat oleh pihak sekolah (guru bimbingan konseling, kepala sekolah dan wali kelas) dapat digunakan untuk membimbing siswanya dalam memotivasi, membuat perancanaan

7 dan evaluasi dengan lebih terarah, optimis dan dapat menentukan orientasi masa depan yang jelas. 1.5 Kerangka Pikir Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk mempersiapkan siswa kelas II SMAN X Cimahi menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut sebagai perguruan tinggi. Masih banyaknya siswa yang mengalami kebingungan dan belum membuat perencanaan tentang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, membuat siswa kelas II SMAN X Cimahi dituntut untuk membuat perencanaan untuk masuk ke perguruan tinggi. Membuat perencanaan dan menentukan keputusan tentang kehidupan selanjutnya merupakan konsep dari orientasi masa depan. Orientasi masa depan adalah model masa depan bagi seseorang yang menjadi dasar untuk menyusun tujuan, rencana, mengeksplorasi pilihan dan membuat komitmen, serta membimbing jalan perkembangan seseorang (Seginer, 2009). Terdapat tiga komponen orientasi masa depan. Ketiga komponen tersebut bersifat independen namun memiliki keterkaitan untuk menentukan tinggi rendahnya orientasi masa depan siswa. Sehingga jika salah satu komponen rendah, maka orientasi masa depan menjadi tidak jelas. Tiga komponen dari orientasi masa depan yaitu motivational, cognitive representation dan behavioral.

8 Motivational yaitu dorongan yang ada di dalam diri siswa untuk mengarahkan cara berpikir siswa untuk menghadapi orientasi masa depan bidang pendidikan. Motivational terdiri dari tiga sub komponen yaitu value, expectance dan control. Value berkaitan dengan pentingnya siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan kesesuaian minat yang ada pada siswa dengan bidang pendidikan yang diinginkan. Expectance terkait dengan keyakinan siswa tentang tercapainya cita-cita yang sesuai dengan tujuan dan perencanaan yang sudah dibuat dalam menghadapi orientasi masa depan bidang pendidikan. Control berkaitan dengan keyakinan siswa pada kemampuan yang ada pada dirinya dalam menghadapi orientasi masa depan bidang pendidikan. Apabila siswa merasa bahwa melanjutkan masa depan di bidang pendidikan merupakan hal yang penting, yakin dengan tercapainya cita-cita yang diinginkan dan yakin dengan kemampuan yang ada pada dirinya, maka komponen motivational siswa akan jelas dan dapat mengarahkan cara berpikir siswa untuk menghadapi orientasi masa depan bidang pendidikan. Sebaliknya, jika siswa merasa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tidak penting, tidak yakin dengan tercapainya cita-cita saat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki, maka komponen motivational siswa menjadi tidak jelas dan dapat menghambat siswa dalam melalui komponen cognitive representation dan menghambat siswa dalam mengarahkan perilaku untuk menghadapi orientasi masa depan di bidang pendidikan. Sehingga orientasi masa depan siswa kelas II SMAN X Cimahi menjadi tidak jelas.

9 Komponen motivational siswa menjadi tidak jelas dapat dikarenakan adanya faktor yang memengaruhi proses merealisasikan orientasi masa depan bidang pendidikan siswa yaitu konteks kepribadian dan hubungan dengan orang tua, saudara dan teman sebaya (Seginer, 2009). Konteks kepribadian yang memengaruhi komponen motivational siswa yaitu self esteem dan optimism. Self esteem dapat memberikan rasa puas dalam diri siswa dan mendorong berbagai perilaku untuk menghadapi orientasi masa depan di bidang pendidikan. Evaluasi diri siswa yang positif berdampak langsung pada sub komponen value, expectance dan control untuk keberhasilan siswa dalam menghadapi orientasi masa depan bidang pendidikan (Eccles, Alder, & Meece, 1984; Wegfield, 1994 dalam Seginer, 2009). Melalui self esteem yang positif maka ketika siswa menghadapi orientasi masa depannya di bidang pendidikan, siswa yakin akan tercapainya harapan, tujuan dan rencana yang sudah dibuat untuk menghadapi orientasi masa depan di bidang pendidikan dan yakin dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Optimism digunakan siswa untuk menetapkan harapan yang tinggi dan secara aktif menghindari berpikir banyak tentang apa yang mungkin terjadi. Siswa yang menetapkan harapan yang tinggi dan sesuai dengan kemampuan diri, maka siswa dapat menentukan tujuan dan harapan mereka dengan mudah terkait orientasi masa depan di bidang pendidikan. Komponen motivational siswa juga dipengaruhi oleh faktor hubungan interpersonal dengan orang tua, saudara dan teman sebaya. Hubungan positif antara siswa dengan orang tua, saudara dan teman sebaya digambarkan sebagai hubungan yang saling mendukung. Secara aktif memberi saran dan kritik yang

10 dapat membantu siswa, memantau dan memberi penjelasan mengenai dampak baik dan buruk dari sebuah perilaku. Siswa yang menjalin hubungan positif akan merasa dirinya kompoeten dengan mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya dalam menghadapi orientasi masa depan bidang pendidikan, sehingga siswa merasa bahwa melanjutkan masa depan di bidang pendidikan merupakan hal yang penting, yakin dengan tercapainya cita-cita yang diinginkan dan yakin dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Jika motivasi siswa jelas, siswa mengarahkan cara berpikirnya untuk menghadapi orientasi masa depannya di bidang pendidikan. Cognitive representation merupakan cara berpikir siswa yang sudah terbentuk untuk mengarahkan siswa bertindak menghadapi orientasi masa depannya di bidang pendidikan. Representasi kognitif terdiri dari dua sub komponen yaitu hopes dan fears. Hopes yang berkaitan dengan seberapa sering siswa memikirkan harapan tentang masa depan bidang pendidikan. Fears berkaitan dengan seberapa sering siswa memikirkan ketakutan saat menjalani masa depan bidang pendidikan. Apabila siswa sering memikirkan harapan dan ketakutan tentang masa depan bidang pendidikan, maka siswa dapat menemukan jalan keluar dari konflik tentang harapan dan ketakutan yang muncul dalam pikiran mereka. Sebaliknya, jika siswa jarang memikirkan harapan dan ketakutan yang ada didalam pikiran mereka, maka siswa akan mengalami kesulitan untuk menentukan jalan keluar dari konflik yang muncul dalam pikiran mereka. Behavioral merupakan tindakan yang akan dilakukan siswa untuk menghadapi orientasi masa depan di bidang pendidikan. Perilaku memiliki dua

11 sub komponen yaitu exploration dan commitment. Exploration mengenai pilihan masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas II SMAN X Cimahi dengan mencari saran, mengumpulkan informasi, dan mencari kesesuaian karakteristik dan keadaan hidup. Commitment merupakan pengambilan keputusan yang diambil oleh siswa yang menunjukkan bahwa mereka telah membuat sebuah komitmen untuk menjalankan masa depannya di bidang pendidikan. Apabila siswa dapat mengeksplorasi program studi yang akan dipilih dengan mencari saran, mengumpulkan informasi, dan mencari tau kesesuaian karakteristik dan keadaan hidup dan siswa yakin dengan keputusan yang diambil yaitu menjalankan masa depannya di bidang pendidikan, maka orientasi masa depan bidang pendidikan siswa kelas II SMAN X Cimahi menjadi jelas. Sebaliknya, jika siswa tidak mengeksplorasi program studi yang akan dipilih dengan mencari saran, mengumpulkan informasi, dan mencari tau kesesuaian karakteristik dan keadaan hidup atau tidak yakin dengan keputusan yang diambil yaitu menjalankan masa depannya di bidang pendidikan, maka orientasi masa depan siswa kelas II SMAN X Cimahi menjadi tidak jelas. Komponen behavioral menjadi tidak jelas dapat disebabkan adanya faktor self agency yang negatif. Self agency dijelaskan sebagai perasaan mengenai kemauan, kontrol, asal mula dari keseluruhan tindakan siswa (Stern, 1985 dalam Seginer, 2009). Siswa yang memiliki self agency yang positif terhadap orientasi masa depan bidang pendidikan, maka siswa daoat mengarahkan cara berpikirnya dan bertindak untuk menghadapi kemungkinan yang akan terjadi pada orientasi masa depannya di bidang pendidikan.

12 Faktor yang memengaruhi ketiga komponen orientasi masa depan yaitu, psychological empowerment. Psychological empowerment merupakan kemampuan siswa untuk mengatasi hambatan melalui sumber daya yang ada didalam dirinya untuk mengatasi rintangan sosial (Zimmerman, 2000 dalam Seginer, 2009). Siswa yang merasa diri berdaya atau mampu mengadapi orientasi masa depannya di bidang pendidikan yaitu siswa percaya dengan kekuatan yang dimiliki untuk menghadapi masa depan dan siswa merasa melanjutkan masa depan di bidang pendidikan merupakan hal yang penting, yakin dengan cita-cita yang diinginkan dan yakin dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Apabila siswa memiliki komponen motivational, cognitive representation dan behavioral yang jelas, maka siswa kelas II SMAN X Cimahi memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas. Apabila salah satu atau lebih dari ketiga komponen orientasi masa depan tidak jelas, maka siswa kelas II SMAN X Cimahi memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang tidak jelas. Berikut adalah bagan dari penjelasan di atas :

13 Faktor yang mempengaruhi : Gender Psychological empowerment Siswa Kelas II SMA Negeri X Cimahi Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Jelas Tidak Jelas Motivational : Value Expectance Control Cognitive Representation: Hopes Fears Behavioral: Exploration Commitment Faktor yang mempengaruhi : Self esteem Optimism Interpersonal relationship with parent, sibling and peers Faktor yang mempengaruhi : Self agency Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

1.6 Asumsi Orientasi masa depan pada siswa kelas II SMAN X Cimahi di bentuk oleh tiga komponen yang saling berkesinambungan yaitu komponen motivational, cognitive representation dan behavioral. Siswa kelas II SMAN X Cimahi memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang berbeda-beda. 1