KARYA ILMIAH SIMULASI GENERATOR INDUKSI (ASINKRON) MENGGUNAKAN MATLAB

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PENGARUH SATU FASA ROTOR TERBUKA TERHADAP TORSI AWAL, TORSI MAKSIMUM, DAN EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu kondisi tertentu motor harus dapat dihentikan segera. Beberapa

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Politeknik Negeri Sriwijaya

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

9/10/2015. Motor Induksi

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

ANALISIS DAN SIMULASI PENGATURAN TEGANGAN GENERATOR INDUKSI BERPENGUATAN SENDIRI MENGGUNAKAN STATIC SYNCHRONOUS COMPENSATOR (STATCOM)

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

GENERATOR SINKRON Gambar 1

ANALISA PENGARUH BESAR NILAI KAPASITOR EKSITASI TERHADAP KARAKTERISTIK BEBAN NOL DAN BERBEBAN PADA MOTOR INDUKSI SEBAGAI

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

Transformator (trafo)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

Analisis Pengaruh Perubahan Tegangan Terhadap Torsi Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Simulasi Matlab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB I PENDAHULUAN Manfaat Penulisan Tugas Akhir

1BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah baterai. Baterai memberikan kita sumber energi listrik mobile yang

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA. Motor induksi adalah adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran

Mesin AC. Motor Induksi. Dian Retno Sawitri

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

BAB I PENDAHULUAN. putaran tersebut dihasilkan oleh penggerak mula (prime mover) yang dapat berupa

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

Mesin AC. Dian Retno Sawitri

BAB II MOTOR KAPASITOR START DAN MOTOR KAPASITOR RUN. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

Gambar 1. Karakteristik torka-kecepatan pada motor induksi, memperlihatkan wilayah operasi generator. Perhatikan torka pushover.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

MOTOR INDUKSI 1. PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 2. JENIS JENIS MOTOR LISTRIK

ANALISIS PERBANDINGAN EFEK PEMBEBANAN TERHADAP GGL BALIK DAN EFISIENSI PADA MOTOR DC PENGUATAN KOMPON PANJANG DAN MOTOR INDUKSI

Pemodelan Dinamik dan Simulasi dari Motor Induksi Tiga Fasa Berdaya Kecil

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PEMANFAATAN MOTOR INDUKSI SATU FASA SEBAGAI GENERATOR

BAB I PENDAHULUAN. Motor listrik dewasa ini telah memiliki peranan penting dalam bidang industri.

KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

MOTOR LISTRIK 1 FASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSTRUKSI GENERATOR DC

ANALISA PENENTUAN AIR GAP TERHADAP PERFORMANCE MOTOR AC APLIKASI MARINE USE OLEH : AGUNG GINANJAR M ( )

MODUL I TRANSFORMATOR SATU FASA

ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mesin arus searah Prinsip kerja

Politeknik Negeri Sriwijaya

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1

Transkripsi:

KARYA ILMIAH SIMULASI GENERATOR INDUKSI (ASINKRON) MENGGUNAKAN MATLAB OLEH Ir. Yanu Prapto Sudarmojo, MT NIP. 195501031989031001 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2016 1

DAFTAR ISI Lembar Judul 1 Daftar Isi... 2 Daftar Gambar... 4 Abstrak... 5 BAB I : PENDAHULUAN... 6 1.1 Latar Belakang 6 1.2 Tujuan Penelitian 6 1.3 Manfaat Penelitian.. 6 1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah. 7 1.5 Sistematika Pembahasan.... 7 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA...... 8 2.1 Mesin Induksi..... 8 2.2 Pengereman Motor Induksi.... 8 2.3 Konstruksi Generator Induksi.... 9 2.3.1 Konstruksi stator dari Generator Induksi.... 9 2.3.2 Konstruksi rotor dari Generator Induksi... 10 2.4 Prinsip Kerja Generator Induksi.... 12 BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Data.... 15 3.1.2 Bentuk Data.... 15 3.2.2 Jenis Data.... 15 3.2.3 Sumber Data.... 15 3.2.4 Teknik pengumpulan Data..... 15 3.3 Metode Analisis.... 15 2

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Simulasi Program... 16 4.2 Hasil 17 BAB V : PENUTUP.... 18 Daftar Pustaka. 19 Lampiran.... 20 3

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Rangkaian rotor Generator Induksi... 10 Gambar 2.2 Rangkaian rotor Generator Induksi yang dilihat dari sisi stator.. 11 Gambar 2.3 Rangkaian rotor yang sebenarnya dari Generator Induksi... 12 Gambar 4.1 Tampilan awal simulasi program Generator Induksi.... 16 Gambar 4.2 Tampilan akhir hasil perhitungan simulasi program Generator Induksi.... 17 4

ABSTRAK Generator induksi adalah generarator yang memiliki prinsip dan konstruksinya sama dengan motor induksi yang sudah umum digunakan, hanya saja dibutuhkan prime mover sehingga putaran rotor lebih besar daripada putaran stator untuk membangkitkan tegangannya. Generator induksi semakin banyak digunakan untuk membangkitkan energi listrik pada daerah terpencil yang belum terjangkau listrik dan berdaya kecil. Generator induksi digunakan pada pembangkit energi listrik terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga angin, dimana kondisi perputaran rotornya yang tidak tetap sehingga tegangan dan frekuensinya yang terus berubah-ubah. Umum analisis Grenerator dilakukan dengan asumsi bahwa generator induksi mendapat suplai tegangan dari tegangan tiga phasa yang akan dapat mempengaruhi putaran, arus generator, rugi-rugi, daya input dan daya output generator induksi tiga phase serta dapat digambarkan karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi. Pembahasan generator induksi dilakukan secara analisa teknis, dimana dari data yang ada, diuraikan cara kerja, perhitungan daya generator induksi, putaran, arus input, rugi-rugi, daya input serta daya output. Sehingga dapat digambarkan karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi. Dari hasi analisis, karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi akan semakin menurun secara eksponensial, hal ini dikarenakan harga slip yang bernilai negatif. 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sekarang sudah menjadi kebutuhan utama setiap orang. Tetapi belum semua orang bisa menikmati listrik. Beberapa daerah terpencil bahkan belum tersentuh oleh listrik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibangun pembangkit-pembangkit listrik berdaya kecil yang dapat memenuhi kebutuhan listrik tersebut. Pembangkit listrik ini menggunakan potensi alam yang ada di daerah tersebut. Biasanya dibangun pembangkit energi listrik terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga angin dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Pembangkitpembangkit tersebut menggunakan generator induksi untuk membangkitkan energi listrik. Generator induksi digunakan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu biaya yang murah, perawatannya yang mudah dan mudah untuk mendapatkannya. Selain itu generator induksi dapat digunakan pada kecepatan yang rendah dan perubahan kecepatan yang tidak tentu. Pada keadaan dimana generator induksi harus melayani beban pada daerah yang terisolir, maka generator induksi harus dapat memenuhi kebutuhan daya reaktif yang diperlukannya. Oleh karena itu jenis generator induksi yang digunakan ialah generator induksi berpenguatan sendiri (self excited induction generator (SEIG)). Digunakannya generator induksi pada pembangkit energi listrik terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga angin, maka penggerak mula atau turbin berputar sesuai dengan perubahan kecepatan angin. Kecepatan putar turbin yang berubahubah ini mengakibatkan tegangan yang generator induksi juga berubah-ubah. Perubahan beban yang bervariasi juga berdampak pada perubahan tegangan yang dibangkitkan. Hal itu mengakibatkan kualitas energi listrik yang dihasilkan menjadi buruk. 1.2 Tujuan Penelitian Untuk mensimulasikan generator induksi menggunakan program komputer. 1.3 Manfaat Penelitian Dapat digunakan sebagai tambahan referensi didalam memahami karakteristik Torsi- kecepatan dari Generator Induksi 6

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Untuk memberikan ruang lingkup dan batasan masalah yang jelas pada bab hasil dan pembahasan dalam penulisan ini, maka analisis dibatasi simulasi generator induksi dilakukan dengan tegangan seimbang tiga phase dan menggunakan soft ware MatLab versdi 6.1 1.5 Sistematika Pembahasan Untuk memberikan kejelasan mengenai isi penulisan ini, maka dapat dipaparkan sebagai berikut, Bab I : Pendahuluan Berisikan latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan masalah serta sistematika pembahasan. Bab II : Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka yang berisikan teori pendukung yang digunakan dalam penulisan penelitian ini. Bab III : Metodologi Penelitian Berisikan langkah langkah simulasi yang dilakukan Bab IV : Hasil dan Pembahasan Melakukan pembahasan melalui simulasi program dan menganalisis hasil perhitungan. Bab V : Penutup Berisikan kesimpulan yang merupakan intisari dari bab hasil dan pembahasan. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Induksi Mesin induksi terbagi menjadi dua macam yaitu generator induksi dan motor induksi. Kedua mesin ini dapat bekerja secara bergantian (mesin induksi dapat digunakan sebagai motor dan generator sekaligus). Generator induksi digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik dan kadang-kadang dipergunakan dalam pengereman regeneratif, yaitu bila motor induksi berputar melebihi kecepatan sinkronnya, maka secara otomatis motor bekerja sebagai generator dan berlangsung proses pengereman. Dalam pada kenyataanya generator induksi sangat jarang dipergunakan. Jadi mesin induksi lebih banyak digunakan sebagai motor induksi untuk menghasilkan tenaga mekanik yang diperlukan untuk menggerakkan mesin-mesin pabrik, industri dan rumah tangga. 2.2 Pengereman Motor Induksi Pada motor induksi terdapat beberapa macam pengereman, diantaranya adalah, a. Pengereman regeneratif Untuk membangkitkan daya yang dapat dikembalikan ke jala-jala, motor harus berputar pada kecepatan yang lebih besar dari kecepatan sinkronnya. Bila kecepatan Nr > Ns, maka motor akan bekerja sebagai generator dan seolah-olah bekerja secara paralel dengan jalajala. b. Pengereman mendadak Pengereman mandadak dilakukan dengan cara mambalik suplai pada dua fasa kumparan stator (boleh dilakukan secara acak) sehingga medan putar stator akan terbalik, sedang rotornya akan berputar dengan arah yang sama seperti semula. Dengan demikian arah putaran rotor akan berlawanan dengan arah putaran medan putarnya dan hal ini akan menimbulkan torsi yang melawan torsi semula, sehingga putaran rotor akan menjadi perlahan. Bila kecepatan sudah mencapai nol, maka motor akan mengembalikan daya atau 8

dengan kata lain motor akan mulai lagi bekerja dengan putaran rotor yang berlawanan arah dengan arah sebelumnya. c. Pengereman dinamis Cara ini dilakukan dengan merubah suplai pada stator dan diganti dengan sumber DC kemudian diparalelkan antara kumparan rotor dengan tahanan. Kontaktor line 1L akan memutuskan rangkaian motor ke jala-jala AC dan selanjutnya kontaktor 2L tertutup sehingga sumber DC masuk kerangkaian stator. Untuk membatasi arus dan pengereman yang berbeda-beda maka pada rangkaian rotornya dihubungkan dengan tahanan geser. Dengan mengalirkan sumber DC pada statornya, maka akan dibangkitkan medan magnet yang diam dimana distribusi fluksnya merupakan bentuk sinusoidal. Perputaran rotor dalam medan ini akan menghasilkan suatu aliran induksi AC didalam rotor yang juga akan memperkuat medan magnet yang diam pada statornya. Dengan adanya melawan dari resultan medan magnet dan arus rotor, maka pada motor terjadi torsi pengereman yang besarnya tergantung dari kekuatan medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan stator dan kecepatan rotornya. 2.3 Konstruksi Generator Induksi Generator induksi terdiri dari 3 bagian utama yaitu, 1. Stator merupakan bagian generator yang diam. 2. Rotor merupakan bagian generator yang berputar. 3. Celah udara merupakan ruangan antara stator dan rotor. 2.3.1 Konstruksi stator dari Generator Induksi Stator generator induksi terdiri dari beberapa bagian yaitu, a. Rumah stator yang dibuat dari besi tuang. b. Inti stator yang terbuat dari besi lunak atau baja silikon. c. Alur atau gigi material yang digunakan untuk meletakkan belitan. d. Belitan stator dari tembaga. 9

Dalam hal ini belitan stator dirangkai untuk generator induksi tiga fasa, tetapi juga dapat dirangkai untuk generator induksi satu fasa. Disamping itu belitan stator pada generator induksi juga dirangkai untuk jumlah kutub tertentu sesuai dengan kebutuhan. 2.3.2. Konstruksi rotor dari generator induksi Rotor generator induksi terdiri dari beberapa bagian yaitu, a. Inti rotor yang bahannya terbuat dari besi tuang. b. Alur dan gigi materialnya sama dengan inti, alur digunakan untuk meletakkan belitan. c. Belitan rotor terbuat dari tembaga. d. Dari konstruksi lilitan akan memberikan dua jenis rotor yaitu generator induksi dengan rotor sangkar atau rotor kurung dan generator induksi dengan rotor belitan. e. Poros atau as. Stator dan rotor membentuk rangkaian magnetis, berbentuk silindris yang simetris dan diantaranya terdapat celah udara. Apabila celah udara yang terdapat diantara stator dan rotor terlalu lebar maka efisiensi mesin akan semakin rendah dan apabila terlalu sempit maka akan menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin. Rangkaian kumparan rotor pada generator induksi dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2.1 Rangkaian rotor generator induksi 10

Gambar 2.2 Rangkaian rotor generator induksi yang dilihat dari sisi stator Untuk mendapatkan rangkaian ekivalen, maka rangkaian kumparan rotor harus disesuaikan dengan besaran komponen-komponennya yakni dipindahkan atau dilihat dari sisi stator dengan memperhatikan perbandingan transformasi seperti Gambar 2.2. Dari Gambar 2.2 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan komponen-komponennya sebelum dan sesudah dipindahkan ke stator akan mengikuti persamaan-persamaan seperti berikut, E2 = a E2 = E1 (2.1) I2 = I2 / a (2.2) R2 / S = a 2 R2 2 / S (2.3) X2 = a 2 X2 (2.4) Keterangan : a = ( N1 Kw1 ) / (N2 Kw2 ) : Perbandingan transformasi N1 : Banyaknyalilitan kumparan stator N2 : Banyaknya kumparan rotor Kw1 = Kp1 x Kd1 : Faktor belitan stator Kw2 = Kp2 x Kd2 : Faktor belitan rotor Kp : Faktor kisar belitan Kd : Faktor distribusi dari belitan Setelah besaran dari komponen kumparan rotor dirubah yakni dilihat (dipindahkan) ke stator, maka rangkaian ekivalen yang sebenarnya dapat digambarkan sebagai berikut, 11

Gambar 2.3 Rangkaian rotor yang sebenarnya dari generator induksi Jika diperhatikan rangkaian ekivalen generator induksi disebelah sama dengan rangkaian ekivalen trafo namun pada generator induksi rangkaian sekundernya berputar sedangkan pada trafo tidak. 2.4 Prinsip Kerja Generator Induksi Prinsip kerja generator induksi yaitu berdasarkan induksi elektromagnetik. Setelah rotor diputar oleh penggerak mula (prime mover) dengan demikian kutub-kutub didalam rotor akan berputar. Jika kumparan kutub diberi arus maka pada permukaan kutub akan timbul medan magnet (garis-garis gaya fluks) yang berputar dengan kecepatan yang sama dengan putaran kutub. Garisgaris gaya fluks yang berputar tersebut akan memotong kumparan jangkar yang ada di stator sehingga pada kumparan jangkar tersebut timbul EMF atau GGL tegangan induksi. Frekuensi EMF atau tegangan induksi tersebut mengikuti persamaan berikut ini, f = (PxN) / 120 (Hz) (2.5) Oleh karena frekuensi dari tegangan induksi tersebut di Indonesia sudah ditentukan, yaitu sebesar 50 Hz dan jumlah kutub selalu genap maka putaran kutub, putaran rotor dan putaran penggerak mula sudah ditentukan terlebih dahulu. Besarnya tegangan induksi yang timbul pada kumparan jangkar pada stator mengikuti persamaan berikut, E = 4,44. kc. kd. f. Φ. T (volt/fase) (2.6) Komponen-komponen yang ada pada generator induksi hampir sama dengan yang ada pada motor induksi, baik itu stator maupun rotornya. Prinsip kerja generator induksi juga hampir sama dengan motor induksi, perbedaannya hanya pada slipnya saja. Maka dari itu rumus-rumus yang digunakan pada generator induksi identik dengan rumus-rumus yang digunakan pada motor 12

induksi. Untuk motor induksi, slipnya bernilai positif karena kecepatan statornya (Ns) lebih besar dibandingkan kecepatan rotornya (Nr), sedangkan pada generator induksi slipnya bernilai negatif karena kecepatan statornya (Ns) lebih kecil dibandingkan kecepatan rotornya (Nr). Hal ini akan mempengaruhi besaran-besaran lainnya seperti daya, torsi dan lain-lain. Apabila mesin induksi berputar dalam keadaan berbeban dengan kecepatan rotor (Nr) lebih besar dari kecepatan statornya (Ns), maka slip menjadi negatif sesuai persamaan berikut, Ns Nr S (2.7) Ns Selain itu, torsi akan menjadi negatif dan MMF rotor (Mr) mendahului Φres dengan sudut Φ (ΦR) dan arus stator (I2) bertambah sesuai persamaan berikut, M cos M cos M cos (2.8) s s R Dalam hal ini, kenaikkan daya output sebanding dengan sama dari daya beban pada poros prime mover. r res res M s cos, diikuti dengan kenaikkan yang Motor induksi dapat menjadi generator induksi apabila motor induksi tersebut mengalami pengeremen untuk membangkitkan daya yang dapat dikembalikan ke jala-jala. Jenis-jenis pengereman motor induksi yang dapat mengakibatkan motor induksi berubah menjadi generator induksi telah dibahas pada Bab II sebelumnya. Generator induksi jarang dipergunakan, kadangkadang digunakan dalam pengereman regeneratif yaitu apabila motor induksi berputar melebihi kecepatan sinkronnya. Besarnya kecepatan stator (Ns) dan kecepatan rotor (Nr) dalam program ini dihitung dengan persamaan berikut, N s N r 120 f (2.9) P 1 S) N (2.10) ( s Dengan menggunakan perbandingan slip pada persamaan 2.12, daya masuk rotor (Pg) dan daya mekanis (Pm) dapat diketahui. Untuk memperoleh besarnya daya keluaran (Pout) dan daya masukkan (Pin) digunakan aliran daya dan rugi pada motor induksi, maka besarnya daya keluaran (Pout) dan daya masukkan (Pin) dapat dicari sesuai persamaan 2.13 dan 2.14. Tetapi sebelumnya harus dihitung terlebih dahulu besarnya rugi tembaga pada rotor (Pcu) yang besarnya adalah, P 3 I R (2.11) 2 2 2 s 13

P : P : P 1: S : (1 S) (2.12) g cu m P P out in P P (2.13) g m S fw P P (2.14) Harga daya masuk rotor (Pg) dan daya mekanis (Pm) merupakan harga mutlak (absolut) karena harga slipnya adalah negatif. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat ditentukan besarnya torsi elektromagnetis (Te), torsi poros (Tp) dan efisiensi generator induksi dengan persamaan berikut ini, Pout 100% Pin (2.15) Pm Te Nr (2.16) Pout Tp N (2.17) r 14

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Data 3.1.1 Bentuk data Keseluruhan bentuk data yang akan dipergunakan dalam laporan ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berupa angka. 3.1.2 Jenis data Jenis data yang akan dipergunakan dalam lapoaran ini adalah, data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan simulasi generator induksi. 3.1.3 Sumber data Data-data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai jenis buku literatur dan website yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas. 3.1.4 Teknik pengumpulan data Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang diperoleh berdasarkan metode-metode sebagai berikut yaitu metode kepustakaan. Metode ini dilakukan dengan cara membaca buku literatur dan website yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas diantaranya mengenai generator induksi. 3.2 Metode Analisis Metode analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif (pemaparan) yaitu menjelaskan tentang simulasi generator induksi dengan menggunakan suatu program komputer yaitu Matlab 6.1. 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Simulasi Program Program yang dipergunakan pada simulasi generator induksi ini adalah Matlab 6.1. Simulasi program generator induksi ini berfungsi untuk menentukan besarnya kecepatan stator (Ns), kecepatan sinkron (Nr), torsi elektromagnetis (Te), torsi poros (Tp), efisiensi (η), rugi tembaga stator (Pcu), daya masuk rotor (Pg), daya mekanis (Pm), daya keluaran (Pout) dan daya masukkan (Pin) melalui masukkan (input) frekuensi (F), jumlah kutub (P), slip (S), resistansi per phase (R2), reaktansi per phase (X2), rugi angin dan gesekan (Pfw), rugi stator (Ps) serta arus rotor (I2). Selain itu, terdapat juga gambaran tentang grafik karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi. Tampilan awal dari simulasi program generator induksi dapat dilihat seperti gambar berikut ini, Gambar 4.1 Tampilan awal simulasi program generator induksi 16

Gambar 4.2 Tampilan akhir hasil perhitungan simulasi program generator induksi 4.2. Hasil Karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi akan semakin menurun secara eksponensial, hal ini dikarenakan harga slip yang bernilai negatif. 17

BAB V PENUTUP Dari hasil pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, a. Apabila mesin induksi diputar oleh motor DC dengan kecepatan yang melebihi yang melebihi kecepatan sinkron, maka slip menjadi negatif dan MMF rotor (MR) mendahului Φres dengan sudut φ arus stator bertambah. Dalam hal ini kenaikan daya keluaran (output) akan (sebanding dengan M cos M s s R cos M r res cos ) diikuti kenaikan yang sama dari daya beban pada poros prime mover, maka mesin akan bekerja sebagai generator. b. Karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi akan semakin menurun secara eksponensial, hal ini dikarenakan harga slip yang bernilai negatif. res 18

DAFTAR PUSTAKA Boldea, Ion dan Syed A. Nasar. 2002. The Induction Machine Book. Florida: CRC Press LLC Brian R, dkk. 2006. A Guide to MATLAB for Beginners and Experienced Users. Edisi ke-2. New York: Cambrige University Press Karim, Chapman, Stephan J. 2005. Electric Machinery Fundamentals. Edisi ke-4. New York: McGraw- Hill Cimbals, Raimonds., Jimmie J. Cathey, 2001. Electric Machines : Analysis and Design Applying Matlab. McGraw-Hill Higher Education Zuhal. 1993. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 19

20

Listing Program Simulasi Generator Induksi function Generator_Induksi % Format tanggal hari ini Tanggal=Date; Tanggal_1=findobj(gcbf,'Tag','Tgl'); set(tanggal_1,'string',tanggal); m1=findobj(gcbf,'tag','k'); set(m1,'string','proses perhitungan sedang dilakukan, tunggu beberapa saat...!'); pause(2); m2=findobj(gcbf,'tag','k'); set(m2,'string','proses perhitungan selesai, silakan cek hasilnya...!'); format bank % Input s7=findobj(gcbf,'tag','s'); s8=get(s7,'string'); s9=str2num(s8); % Input slip if s9>=0 p1=findobj(gcbf,'tag','k'); set(p1,'string','slip harus lebih kecil dari 1 atau negatif untuk generator induksi...!');pause(3); a21=findobj(gcbf,'tag','k');set(a21,'string','sedang Menghapus...!');pause(1); a22=findobj(gcbf,'tag','k');set(a22,'string','silakan isi input-input-nya kembali...!');a1=findobj(gcbf,'tag','f');set(a1,'string',' ');a2=findobj(gcbf,'tag','p');set(a2,'string',' ');a3=findobj(gcbf,'tag','s');set(a3,'string',' ');a4=findobj(gcbf,'tag','r');set(a4,'string',' ');a5=findobj(gcbf,'tag','x');set(a5,'string',' ');a6=findobj(gcbf,'tag','fst');set(a6,'string',' ');a7=findobj(gcbf,'tag','fs');set(a7,'string',' ');a8=findobj(gcbf,'tag','i');set(a8,'string',' ');a9=findobj(gcbf,'tag','ns');set(a9,'string',' ');a10=findobj(gcbf,'tag','nr');set(a10,'string',' ');a11=findobj(gcbf,'tag','te');set(a11,'string',' ');a12=findobj(gcbf,'tag','tp');set(a11,'string',' ');a12=findobj(gcbf,'tag','eff');set(a12,'string',' ');a13=findobj(gcbf,'tag','pcu');set(a13,'string',' ');a14=findobj(gcbf,'tag','p2');set(a14,'string',' ');a15=findobj(gcbf,'tag','pm');set(a15,'string',' ');a16=findobj(gcbf,'tag','pout');set(a16,'string',' ');a17=findobj(gcbf,'tag','pin');set(a17,'string',' ');a18=findobj(gcbf,'tag','r1');set(a18,'value',0);a19=plot(0,0);grid;a20=findobj(gcbf,'tag','g1');set(a20,a19); end s1=findobj(gcbf,'tag','f'); s2=get(s1,'string'); s3=str2num(s2); % Input frekuensi s4=findobj(gcbf,'tag','p'); s5=get(s4,'string'); s6=str2num(s5); % Input jumlah kutub s10=findobj(gcbf,'tag','r'); s11=get(s10,'string'); s12=str2num(s11); % Input tahanan per phase s13=findobj(gcbf,'tag','x'); s14=get(s13,'string'); s15=str2num(s14); % Input reaktansi per phase s16=findobj(gcbf,'tag','fst'); s17=get(s16,'string'); 21

s18=str2num(s17); % Input rugi angin dan gesekan s19=findobj(gcbf,'tag','fs'); s20=get(s19,'string'); s21=str2num(s20); % Input rugi stator s22=findobj(gcbf,'tag','i'); s23=get(s22,'string'); s24=str2num(s23); % Input arus rotor % Output k1=(120*s3)/s6; % Output kecepatan Stator k2=(1-s9)*k1; % Output kecepatan rotor k3=findobj(gcbf,'tag','ns'); set(k3,'string',k1); k4=findobj(gcbf,'tag','nr'); set(k4,'string',k2); k5=3*((s24)^2)*s12; % Output rugi tembaga rotor k6=findobj(gcbf,'tag','pcu'); set(k6,'string',k5); k7=abs(k5/s9); % Output daya masuk rotor k8=findobj(gcbf,'tag','p2'); set(k8,'string',k7); k9=abs((1-s9)*k7); % Output daya mekanis k10=findobj(gcbf,'tag','pm'); set(k10,'string',k9); k11=k9-s18; % Output daya keluaran k12=findobj(gcbf,'tag','pout'); set(k12,'string',k11); k13=k7+s21; % Output daya masukkan k14=findobj(gcbf,'tag','pin'); set(k14,'string',k13); k15=(k11/k13)*100; % Output efisiensi generator k16=findobj(gcbf,'tag','eff'); set(k16,'string',k15); k17=k9/k2; % Output torsi elektromagnetis k18=findobj(gcbf,'tag','te'); set(k18,'string',k17); k19=k11/k2; % Output torsi poros k20=findobj(gcbf,'tag','tp'); set(k20,'string',k19); % Gambar grafik L2=linspace(0,k2,50); L3=k9./L2; L4=plot(L2,L3,'b.'); grid, xlabel('kecepatan rotor (rpm)'), ylabel('torsi Elektromagnetis (N-m)'), title('karakteristik Torsi dan Kecepatan Generator Induksi') L5=findobj(gcbf,'Tag','G1'); set(l5,l4); pause(3); m3=findobj(gcbf,'tag','k'); set(m3,'string','untuk generator induksi, kecepatan rotor harus lebih besar dari kecepatan stator.'); 22

23