BAB I PENDAHULUAN. http: //digilib.unimus.ac.id

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA HBA1C DENGAN KADAR HDL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 592 juta orang (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, lemak dan protein kronik yang disebabkan karena kerusakan atau

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes Melitus merupakan penyakit bersifat kronik yang disebabkan karena ketidakmampuan tubuh untuk produksi hormon insulin atau karena penggunaan produksi hormon insulin yang tidak efektif, sehingga menimbulkan gambaran khas peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemia). 1 Ada dua tipe Diabetes Melitus, yaitu Diabetes Melitus tipe I (DM tipe I) atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan Diabetes Melitus tipe II (DM tipe II) atau Non Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Selain itu ada Diabetes Gestasional yang timbul saat kehamilan. Faktor genetik, lingkungan dan pola hidup berperan dalam perjalanan penyakit Diabetes Melitus. 2 Insidensi DM tipe II 90% dari seluruh total penderita Diabetes Melitus di Dunia. 1 WHO memperkirakan bahwa prevalensi global DM tipe II akan mengalami peningkatan dari 171 juta orang pada tahun 2000 menjadi 366 juta pada tahun 2030. Tahun 2030 penderita DM yang berusia lebih dari 64 tahun terdapat lebih dari 82 juta penderita di Negara Berkembang, dan 48 juta penderita DM di Negara Maju. Data nasional memperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. 3 Data epidemiologi (WHO tahun 2007) jumlah penderita DM di Indonesia menempati urutan 4 besar dengan prevalensi 8,4 juta jiwa. Urutan 3 secara berurutan yaitu India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa), dan Amerika Serikat (17,7 juta jiwa). 4 Data Kementrian Kesehatan RI tahun 2011 jumlah penderita diabetes melitus di Provinsi Jawa Tengah ditemukan 509.319 penderita. 5 Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2007, penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun didaerah perkotaan menduduki ranking ke-2 dengan 1

prevalensi 14.7% sedangkan di daerah pedesaan menduduki ranking ke-6 dengan prevalensi 5.8%. 6 Kontrol glikemik merupakan pemantauan kadar glukosa darah. Kontrol glikemik baik atau buruk menentukan progresivitas penyakit DM. Kontrol glikemik buruk pada penderita DM tipe II dapat dilihat dari gejala yang timbul antara lain terjadinya hiperglikemi, hiperinsulinemia, protein glikosilasi dan stress oksidatif yang mengakibatkan timbulnya gambaran komplikasi DM tipe II. Hiperglikemia yang kronik menimbulkan kerusakan jangka panjang pada organ vital seperti ginjal, saraf, jantung, mata dan pembuluh darah. 7 Penderita DM tipe II memiliki resiko lebih besar terjadinya penyakit kardiovaskuler. Hal ini akibat perubahan profil lipid yang terjadi karena resistensi insulin. Resistensi insulin menyebabkan terjadinya hiperglikemia yang dapat menurunkan High Density Lipoprotein (HDL), meningkatkan Low Density Lipoprotein (LDL) dan meningkatkan trigliserida. 8 Hemoglobin terglikosilasi (HbA1c) merupakan marker status glikemik jangka panjang, hasil pengikatan molekul glukosa dengan HbA1 yang merupakan bagian dari hemoglobin A. 9 Maka semakin tinggi kadar HbA1c maka semakin tinggi kadar glukosa tubuh. Semakin meningkatnya kadar HbA1c maka semakin besar resiko independen terkena penyakit kardiovaskuler. Menurut American Diabetes Assosiation (ADA) apabila kadar HbA1c < 7% maka status glikemik adalah terkontrol. Di Indonesia target pencapaian kontrol glikemik belum sesuai target, rata rata HbA1c masih diatas 8% sedangkan target yang harus dicapai 7%. 10 Berdasarkan data American Diabetes Assosiation (ADA) mengestimasikan setiap kenaikan 1% kadar HbA1C maka angka kematian akan meningkat 25%, komplikasi makrovaskuler meningkat 35% dan resiko infark miokard meningkat 18%. 11 Dislipidemia ditandai dengan adanya peningkatan trigliserida, LDL dan penurunan HDL. Kategori dislipidemia yaitu apabila kolesterol total > 200mg, LDL > 100 mg, HDL < 40mg, trigliserida >160 mg. Kelainan dislipidemia ini menyebabkan adanya percepatan pembentukan aterosklerosis yang berkontribusi terhadap 2

terjadinya penyakit kardiovaskuler. Dislipidemia ini sangat dipengaruhi oleh kontrol glikemik pada penderita DM tipe II. Kontrol glikemik dapat dipantau dengan HbA1c yang merupakan gold standart dari pemeriksaan status glikemik. 12 Teori menunjukan bahwa kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida akan meningkat signifikan pada penderita DM tipe II sehingga penderita DM tipe II memiliki kecenderungan untuk mengalami dislipidemia yang merupakan faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Sekitar 80 % pasien DM tipe II meninggal akibat penyakit jantung korener. 13 HbA1c tidak hanya berfungsi sebagai biomarker kontrol glikemik, juga sebagai faktor prediktor dari kadar profil lipid yang dapat memicu dislipidemia. 9 Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang hubungan kadar HbA1c dengan Profil lipid pada pasien DM tipe II di Poliklinik Endokrin dan Metabolik RSUP Prof. DR. D. Kandou Manado, mengemukakan bahwa hubungan antara kadar HbA1c dengan kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida memiliki nilai korelasi positif namun tidak ada hubungan signifikan. 14 Sedangkan pada penelitian biomedik tahun 2014 mengenai hubungan serum profil lipid dengan HbA1c pada pasien DM tipe II di pelayan primer Omani, mengemukakan bahwa HbA1C, HDL, LDL lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita sedangkan nilai kolesterol total, Trigliserida dan GDP lebih tinggi wanita dibanding pria. Dan hubungan HbA1c dengan Profil lipid memiliki hubungan yang signifikan. 15 Berdasarkan tinjauan dalam Al-Quran tentang larangan makan dan minum yang berlebihan, dalam ayat tersebut berbunyi : 3

Makanlah dari rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas, yang menyebabkan kemurkaan-ku menimpamu. Barang siapa ditimpa kemurkaan-ku maka binasalah dia. Qs Taha (20) : 81. 16 Berdasarkan tinjauan diatas maka kita dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dengan secukupnya, apabila berlebihan akan menimbulkan berbagai penyakit, seperti DM tipe II. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang korelasi kontrol glikemik dengan indikator HbA1c terhadap kadar profil lipid pada penderita DM tipe II. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah hubungan Kontrol Glikemik (HbA1c) dengan Kadar Profil Lipid pada pasien Diabetes Melitus tipe II di RSUD Adhyatma Semarang? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan kadar kontrol glikemik (HbA1c) dengan kadar Profil Lipid pada Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Adhyatma Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan kadar kontrol glikemik (HbA1c) berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di RSUD Adhyatma Semarang. b. Mendiskripsikan kadar kolesterol total berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di RSUD Adhyatma Semarang. 4

c. Mendiskripsikan kadar trigliserida berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di RSUD Adhyatma Semarang. d. Mendiskripsikan kadar HDL (High Density Lipoprotein) berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di RSUD Adhyatma Semarang. e. Mendiskripsikan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di RSUD Adhyatma Semarang. f. Menganalisis hubungan kadar kontrol glikemik (HbA1c) dengan kadar kolesterol total berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di RSUD Adhyatma Semarang. g. Menganalisis hubungan kontrol glikemik (HbA1c) dengan trigliserid berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di RSUD Adhyatma Semarang. h. Menganalisis hubungan kontrol glikemik (HbA1c) dengan kadar HDL berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di RSUD Adhyatma Semarang. i. Menganalisis hubungan kontrol glikemik (HbA1c) dengan kadar LDL berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di RSUD Adhyatma Semarang. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan memberikan data informasi serta pengetahuan bagi pembaca yang tidak atau belum terdiagnosis DM tipe II agar dapat melakukan pencegahan dengan pengendalian kontrol glikemik dengan baik untuk meminimalisir komplikasi kardiovaskuler yang mungkin terjadi. 5

2. Tenaga Medis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumber informasi bagi tenaga medis di Rumah Sakit dalam upaya memberikan pelayanan optimal bagi penderita, pengawasan pengendalian glikemik dengan HbA1c dapat memiliki manfaat tambahan mengidentifikasi pasien diabetes melitus yang beresiko lebih besar terhadap komplikasi kardiovaskuler. 3. Rumah Sakit Hasil Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumber informasi di Rumah Sakit dalam upaya memberikan pelayanan dan pencegahan yang optimal bagi penderita DM tipe II. 4.Bagi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi penilitian selanjutnya tentang kontrol glikemik melalui kadar HbA1c terhadap kadar profil lipid pada penderita DM tipe II. 6

E. ORISINALITAS Tabel 1.1 Penelitian yang berhubungan dengan HbA1c dan Profil Lipid pada DM tipe II Nama Judul Penelitian Subjek, Metode, dan Hasil Penelitian Peneliti Glorya Stevani Cicilia Loei, Karel Pandelaki, Veny Mandang. Prabhavathi, Kirthana Kunikullaya, Jaisri Gotoru Charitha, B. Arul Senghor, Meera Shivashekar. 7 Hubungan kadar Tahun : 2013 HbA1c dengan Sampel : 36 subyek kadar Profil Lipid Metode: cross sectional, bersifat retrospektif observasional pada Pasien Hasil : hubungan HbA1c dengan kadar kolesterol total,memiliki Diabetes Mellitus korelasi positif dengan hubungan tidak signifikan. HbA1c dengan Tipe 2 di kolesterol total memiliki hubungan tidak signifikan. Hubungan Poliklinik Endokrin dan HbA1c dengan LDL menunjukan korelasi positif dan hubungan tidak signifikan. Hubungan HbA1c dengan HDL korelasi positif Metabolisme dengan tidak ada hubungan signifikan. Hubungan HbA1c dengan RSUP Dr. R. D. trigliserida korelasi positif dengan hubungan tidak signifikan. 14 Kandau Manado. Gylcosylated Tahun : 2014 heamoglobin Subyek : 130 penderita DM tipe 2 dengan rincian 94 laki laki dan (HbA1c) a marker 36 perempuan. of circulating Metode : retrospektif lipid in tupe 2 Hasil : peningkatan signifikan HbA1c pada perempuan diabetic patients dibandingkan dengan laki laki. Pada penderita usia lanjut HbA1c, GDP, Profil lipid tidak terdapat perbedaan dengan usia muda. Terdapat korelasi dan hubungan langsung antara HbA1c dengan kolesterol, TG dan LDL. Analisis univariat HbA1c dapat memprediksi level profil lipid. 17 HbA1c as dual Tahun : 2013 marker in control Subyek : 60 penderita DM tipe II laki laki berusia 25-75 tahun. glicemic status Metode :cross sectional and diabetic Hasil : HbA1c dapat menggambarkan dan berkorelasi signifikan dyslipidemia. dengan kolesterol total, trigriserid, HDL,LDL. HbA1c dapat digunakan sebagai marker kontrol glikemik dan dislipidemia pada DM tipe II. 18

Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya dalam karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin.teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, menggunakan analisis diskriptif untuk data univariat, Chi Square untuk analisis bivariat. 8