BAB I PENDAHULUAN. membantu pemerintah dalam memperbaiki kinerja program yang akan dijalankan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. organisasi baik itu organisasi swasta maupun organisasi milik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 28

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada era reformasi ini dituntut untuk melaksanakan. perubahan penting dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. Penganggaran merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu organisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang. akan dicapai oleh suatu organisasi dalam periode tertentu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006),

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aturan-aturan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tidak berorientasi pada kinerja, dapat menggagalkan perencanaan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru.

BAB I PENDAHULUAN. menilai kinerja (Mardiasmo,2009,h.121). program sampai dengan tahun berjalan dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi untuk pelaksanaan fungsi birokrasi pemerintah, keberadaan sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

Bab I PENDAHULUAN. berkeadilan sosial dalam menjalankan aspek-aspek fungsional dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Prinsip-Prinsip Penganggaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia yang diawali dengan keluarnya Undang-Undang No.17 tahun 2003

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dihindarkan. Organisasi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyusunannya berupa pendekatan penganggaran terpadu (Unified Budget),

BAB I PENDAHULUAN. aspek transparasi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan pemerintahan yang berorientasi proses menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang

Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade terakhir yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat, menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Bastian (2006:191),

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program bukan pada unit organisasi semata dan memakai output measurement

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan tujuan masyarakat daerah yang sejahtera sebagai suatu implikasi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

ANALISIS EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNGTERHADAP ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA KANTOR KECAMATAN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma baru tentang reformasi sektor publik telah mewarnai

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk senantiasa tanggap dengan lingkungannya, dengan berupaya

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kesatuan yang utuh (Mahmudi, 2011). Menurut Mardiasmo (2009), keilmuan jika memenuhi tiga karakteristik dasar, yaitu:

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, kontribusi penelitian, dan jadwal penelitian. pembangunan nasional dan daerah. Keberhasilan atau kegagalan program

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran berbasis kinerja, dengan adanya reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya era New Public Management telah membantu pemerintah dalam memperbaiki kinerja program yang akan dijalankan. Salah satunya dengan pendekatan kinerja. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Sedangkan pengertian Anggaran Sektor Publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Reformasi di bidang perencanaaan dan penganggaran dimulai pada tahun anggaran 2005 dengan mengacu pada Undang Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan Nasional. Sebagai tindak lanjut terhadap pelaksanaan peraturan perundangan tersebut. Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 yang menegaskan bahwa rencana kerja dan anggaran yang disusun menggunakan tiga pendekatan, yaitu: (1) anggaran terpadu (unified budget); (2) kerangka pengeluaran jangka menengah biasa disebut KPJM (medium term expenditure framework); dan (3) penganggaran berbasis kinerja biasa disebut PBK (performance based budget). Dengan berpedoman kepada Peraturan Presiden 1

2 Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Efektivitas dalam konteks anggaran, salah satu kriteria efektivitas anggaran yaitu semakna dengan program kerja organisasi yang bisa memberikan banyak manfaat, baik politik, ekonomi dan lain sebagainya dengan memperhatikan anggaran yang sesuai antara realisasi dan target. Efektivitas melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektif atau tidaknya pekerjaan tersebut dapat dilihat dari pencapaian atau hasil dari pekerjaan tersebut. Selain itu efektivitas juga sangat erat hubungannya dengan proses pekerjaan yang dilaksanakan, apakah pekerjaan tersebut dilaksanakan sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan dan bagaimana pekerjaan tersebut harus dilaksanakan. Penjabaran mengenai anggaran berbasis kinerja dan efektivitas anggaran ditambah dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan anggaran berbasis kinerja dan efektivitas, dari penjelasan tersebut serta berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung peneliti menemukan beberapa fenomena. Fenomena permasalahan yang peneliti temukan berkaitan dengan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) dan Efektivitas Anggaran pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung. Permasalahan yang terjadi berdasakan observasi yang dilakukan peneliti pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung terkait anggaran berbasis kinerja yang dimana fokus permasalahan pada

3 laporan realisasi anggaran belanja daerah dan capaian kinerja Badan keuangan Daerah Kabupaten Bandung tahun anggaran 2013-2015, yaitu adanya permasalahan dalam tahap implementasi anggaran belanja langsung dengan rincian program kegiatan yang telah dilaksanakan masih menimbulkan beberapa permasalahan terkait target dan realisasi anggaran yang diduga masih belum efektif dikarenakan terjadi fluktuasi anggaran dan realisasi tidak mencapai target anggaran pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung. Permasalahan ini diperkuat dengan data Laporan Realisasi Anggaran Belanja Daerah dan Capaian Kinerja Badan Tahun Anggaran 2013-2015 yang didapatkan dari Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung. Hal ini memberikan implikasi yang cukup luas terhadap penyelenggaran keuangan pemerintah baik dipusat maupun didaerah. Hal tersebut diduga berdampak pada realisasi anggaran daerah yang belum tersalur secara maksimal. Kemudian terkait fenomena permasalahan yang berkaitan dengan efektivitas dalam hal anggaran pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung. Permasalahan yang terjadi berdasakan observasi yang dilakukan peneliti pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung terkait efektivitas anggaran yang dimana permasalahan ini masih berhubungan dengan permasalahan anggaran berbasis kinerja yang berfokus pada laporan realisasi anggaran belanja daerah dan capaiaan kinerja Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung tahun anggaran 2013-2015 yang diduga masih belum optimalnya efektivitas anggaran yang berfokus pada belanja langsung terhadap program kegiatan dimana anggaran belanja langsung dari tahhun 2013-2015 mengalami fluktuasi dan target anggaran

4 tidak sesuai dengan realisasi, hal ini mengindikasikan bahwa Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung diduga masih belum menerapkan anggaran berbasis kinerja secara efektif berdasarkan permasalahan dan data laporan realisasi anggaran dan capaian kinerja badan karena anggaran belanja yang di tetapkan selama 3 tahun anggaran tidak tercapai dalam realisasinya. Berdasarkan uraian permasalahan yang peneliti kemukakan di atas, peneliti mendapatkan data dari Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung. Berdasarkan data LAKIP BKD tahun 2013, 2014 dan 2015 secara keseluruhan terkait anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas anggaran diduga masih belum menunjukkan adanya peningkatan realisasi terhadap target anggaran dalam pelaksanaannya dan mengalami fluktuasi atau tidak stabil nya anggaran pada setiap tahunnya seperti yang diuraikan pada tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Laporan Realisasi Anggaran Belanja Daerah Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2013-2015 Uraian Anggaran Realisasi Persentase Belanja (2013) Belanja (2014) Belanja (2015) Langsung Langsung Langsung 40.570.867.413,00 35.390.014.900,00 87,23% 34.560.453.693,03 32.639.193.713,00 94,44% 37.261.900.690,00 35.075.749.521,00 94,13% Sumber Data: LAKIP Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2018

5 Tabel 1.2 Capaian Realisasi/Kinerja Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2013-2015 NO Kegiatan Realisasi Anggaran Tahun 2014-2016 Anggaran 2013 Realisasi 2013 Anggaran 2014 Realisasi 2014 Anggaran 2015 Realisasi 2015 Sumber Dana 1 2 3 4 5 6 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Program Peningkatan Disiplin Aparatur Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah 26.090.023.913,00 24.050.984.000,00 21.306.422.197,00 20.864.993.897 23.695.508.671,00 22.515.406.951,00 APBD 3.034.646.000,00 2.749.045.900,00 2.935.537.900,00 2.622.319.224,00 895.013.00,00 810.278.818,00 APBD 176.400.000,00 170.500.000,00 153.900.000,00 150.730.800,00 25.000.000,00 24.950.000,00 APBD 65.460.000,00 63.187.000,00 45.500.000,00 17.028.000,00 41.757.000,00 39.310.000,00 APBD 576.437.500,00 541.506,000,00 371.055.000,00 355.133.100,00 705.396.675,00 700.566.028,00 APBD 10.627.900.000,00 8.356.298.000,00 9.748.038.596,03 8.628.988.692,00 11.899.225.344,00 10.983.237.724,00 APBD JUMLAH 40.570.867.413,00 35.390.014.900,00 34.560.453.693,03 32.639.193.713,00 37.261.900.690,00 35.075.749.521,00 APBD Sumber Data : LAKIP Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2018

6 Berdasarkan Tabel 1.1 dan 1.2 mengenai Laporan Realisasi Anggaran dan Capaian Kinerja BKD Kabupaten Bandung. Fenomena dan permasalahan yang terjadi adalah berkaitan dengan penggunaan alokasi anggaran yang tidak terealisasikan dengan optimal sesuai dengan rencana alokasi anggaran yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari selisih antara target anggaran dengan realiasi anggaran belanja langsung tahun 2013, tahun 2014 dan tahun 2015 dari data capaian kinerja program yang dituangkan dalam LAKIP, meskipun menurut pedoman penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran dikategorikan baik, namun dalam efektifitas anggaran masih belum optimal. Dapat dilihat anggaran yang diberikan oleh pemerintah untuk BKD selama 3 tahun terakhir mengalami fluktuasi atau tidak stabil dan berdampak pada penyerapan anggarannya yang belum optimal tidak mencapai target 100%. Pada anggaran tahun 2013 adalah anggaran tertinggi selama 3 tahun terakhir sebesar Rp. 40.570.867.413,00 dengan realisasi anggaran Rp. 35.390.014.900,00 dengan presentase 87,23%. Pada tahun 2014 dimana anggaran belanja menurun dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp. 34.560.453.693,03 begitupun dalam realisasi anggarannya mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar Rp. 32.639.193.713,00 dengan presentase 94,44%. Terakhir pada tahun 2015 anggaran belanja yang diberikan pemerintah terhadap BKD mengalami kenaikan anggaran dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp. 37.261.900.690,00 dengan reaslisasi sebesar Rp. 35.075.749.521,00 dengan presentase 94,13%. Berdasarkan permasalahan diatas dapat di identifikasikan bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja masih belum berjalan dengan optimal di

7 Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung dengan rincian data diatas bahwa realisasi anggaran masih belum 100% mencapai target anggaran yang telah direncanakan. Sehingga dalam hal ini Efektivitas Anggaran dalam pencapaian targetnya kurang baik dan harus adanya perbaikan akuntabilitas dan transparansi dalam menjelaskan proses dari hasil yang telah dicapai. Berdasarkan perhitungan dan analisis kerja Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung yang dilakukan dengan cara membandingkan rencana kinerja dengan tingkat realisasi, ternyata tingkat pencapaian atas kegiatan dan sasaran menunjukkan capaian kinerja pada tahun 2013 yaitu 87,23%, pada tahun 2014 adalah 94,44% dan pada tahun 2015 yaitu 94,13%. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa terjadi fluktuasi anggaran yaitu penurunan pada realisasi anggaran tahun 2013 ke tahun 2014 kemudian peningkatan realiasi anggaran pada tahun 2014 ke tahun 2015. Selanjutnya, sesuai dengan ketentuan penerapan anggaran berbasis kinerja yang dinyatakan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 13 Tahun 2006 dan diubah lagi menjadi Permendagri No.59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Dalam peraturan ini disebutkan tentang penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA- SKPD). Adanya RKA-SKPD ini diharapkan untuk bisa memenuhi kebutuhan tentang anggaran berbasis kinerja dan efektivitas anggaran, dimana anggaran berbasis kinerja menuntut adanya output optimal atau pengeluaran yang dialokasikan sehingga setiap pengeluaran harus berorientasi atau bersifat ekonomi,

8 efisien dan efektif di dalam pelaksanaannya dan mencapai suatu hasil (outcome). Kemudian melakukan penerapan anggaran berbasis kinerja tersebut, instansi dituntut untuk membuat standar kinerja pada setiap anggaran kegiatan sehingga jelas tindakan apa yang akan dilakukan, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berupa hasil yang diperoleh (fokus pada hasil). Fenomena-fenomena diatas mengindikasikan bahwa efektivitas anggaran di Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung diduga masih belum optimal hal ini diindikasikan karena anggaran berbasis kinerja yang diduga masih belum dapat diterapkan dengan baik, karena berbagai faktor. 1. Terjadinya fluktuasi atau ketidak stabilan target anggaran dan realisasi di tiap tahunnya. 2. Tidak tercapainya target anggaran yang telah direncanakan selama 3 tahun terkahir. 3. Realisasi selalu lebih rendah dari target anggaran yang telah direncanakan. Berdasakan penjelasan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas Anggaran Pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, seperti yang telah diuraikan di atas adalah sebagai berikut:

9 1. Terjadinya fluktuasi atau tidak stabil nya target anggaran dan realisasi di tiap tahunnya. 2. Tidak tercapainya target anggaran yang telah direncanakan selama tahun terkahir. 3. Realisasi selalu lebih rendah dari target anggaran yang telah direncanakan C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas anggaran? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas anggaran pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung. E. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini diharapkan berguna untuk: 1. Kegunaan Teoritis Secara Teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta sumbangan pemikiran dalam mengembangkan keilmuan

10 dalam bidang ilmu sosial, serta menambah wawasan dalam keilmuan Administrasi Publik khususnya yang berkaitan dengan Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Efektivitas Anggaran. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Peneliti Untuk memperluas kemampuan berfikir dan menambah wawasan keilmuan khususnya yang berkaitan dengan Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Efektivitas Anggaran. b. Bagi Instansi Terkait Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan evaluasi kerja terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung yang berkaitan dengan Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Efektivitas Anggaran. c. Untuk peneliti lain Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk studi-studi selanjutnya dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama secara lebih spesifik dan lebih mendalam. F. Kerangka Pemikiran Fokus pemikiran penelitian ini adalah Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Efektivitas Anggaran, yang menjelaskan salah satu pelaksanaan dari kegiatan Administrasi Negara, khususnya administrasi keuangan negara. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan cukup

11 penting karena dengan anggaran manajemen dapat merencanakan, mengatur dan mengevaluasi jalannya suatu kegiatan. Menurut M. Nafarin (2007;11) mengemukakan bahwa anggaran adalah Suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan rencana kerja suatu perusahaan yang disusun untuk jangka waktu satu tahun berdasarkan pada program-program yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangkan pengertian anggaran menurut Sony Yuwono, dkk (2005;27) adalah sebagai berikut : Suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang (perencanaan keuangan) untuk menunjukan perolehan dan penggunaan sumber-sumber organisasi. Anggaran merupakan rincian kegiatan perolehan dan penggunaan sumbersumber yang dimiliki dan disusun secara formal dan dinyatakan dalam bentuk satuan uang. Anggaran disebut juga sebagai perencanaan keuangan organisasi. Penyusunan anggaran merupakan tahapan awal dari sebuah organisasi atau perusahaan dalam membuat rencana-rencana kerja. Dasar penyusunan anggaran pada rencana kegiatan jangka panjang yang ditetapkan dalam penyusunan program (programming). Menurut M. Narifin (2007;12) dikemukakan bahwa dalam penyusunan anggaran perlu mempertimbangkan beberapa faktor sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang tujuan dan kebijakan umum perusahaan. 2. Data-data waktu yang lalu. 3. Kemungkinan perkembangan kondisi. 4. Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing dan gerak gerik pesaing. 5. Kemungkinan adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah. 6. Penelitian untuk pengembangan perusahaan.

12 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran tersebut pada uraian diatas berguna supaya anggaran yang dihasilkan dapat lebh menyeluruh dan akurat sehingga tujuan dan sasaran organisasi ataupun perusahaan dapat tercapai. Menurut Bastian (2010:107) pengertian anggaran berbasis kinerja adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi, serta rencana strategis organisasi. Performance budgeting mengalokasikan sumber daya ke program, bukan ke unit organisasi semata dan memakai pengukuran output (output measurement) sebagai indikator kinerja organisasi. Anggraini dan Puranto (2010:100) anggaran berbasis kinerja sebagai metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Adapun prinsip-prinsip atau dimensi anggaran sebagai berikut menurut Anggraini dan Puranto (2010:106-107): 1) Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. 2) Disiplin Anggaran Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarakan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. 3) Keadilan Anggaran Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi

13 dalam pemberian pelayanan karena pendapatan daerah pada hakikatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat. 4) Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Penyusunan Anggaran henaknya dilakukan berlandaskan azaz efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. 5) Disusun dengan Pendekatan Kinerja APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Menurut Anggraini dan Puranto (2010:101), ABK yang efektif akan mengidentifikasikan keterkaitan antara nilai uang dan hasil, serta dapat menjelaskan bagaimana keterkaitan tersebut dapat terjadi yang merupakan kunci pengelolaan program secara efektif. Jika terjadi perbedaan antara rencana dan realisasinya, dapat dilakukan evaluasi sumber-sumber input dan bagaimana keterkaitannya dengan output/outcome untuk menentukan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program. Efektivitas menurut Mardiasmo (2002:105) mengungkapkan efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektifitas tidak menyatakan tentang besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar atau bahkan tiga kali lebih besar daripada yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas merupakan hasil prestasi yang dicapai suatu organisasi (Maman Ukas, 2004:56).

14 Efektivitas secara umum adalah berkaitan dengan ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan dicapainya tujuan dari suatau organisasi tertentu maka organisasi tersebut dapat dikatakan efektif. Menurut Mardiasmo (2005:132) menyatakan pengertian efektivitas sebagai berikut, Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Semakin besar konstribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi. Menurut Mardiasmo (2009:3-7) dimensi efektivitas adalah sebagai berikut: 1. Output Output (Keluaran) adalah sesuatu yang terjadi akibat proses tertentu dengan menggunakan masukan/input yang telah ditetapkan. Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu aktivitas atau tolak ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dengan baik dan terukur. 2. Outcome Outcome (Hasil) adalah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan atau hasil nyata dari suatu keluaran, segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran (output) dari kegiatan-kegiatan dalam satu program. Untuk memperjelas pengaruh dari masing-masing variabel, maka disajikan skema kerangka berfikir sebagai berikut:

15 Gambar 1.1 Skema Kerangka Berfikir Input Proses Output 1. Undang Undang Nomor 17 tahun 2003 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran 2. Disiplin Anggaran 3. Keadilan Anggaran 4. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran 5. Disusun dengan Pendekatan Kinerja Tercapainya efektivitas anggaran pemerintah daerah Feedback G. Hipotesis Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti menyatakan bahwa hipotesis penelitian sebagai berikut: adanya pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas anggaran pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung berdasarkan transparansi dan akuntabilitas anggaran, disiplin anggaran, keadilan anggaran, efisiensi dan efektivitas anggaran dan disusun dengan pendekatan kinerja.