BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI DI DESA BEBEKAN KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB I PENDAHULUAN. yang membentuk pandangan hidup manusia. Islam hadir dalam bentuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

murtahin di Desa Karangankidul Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik. Dari

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Utang Piutang Dengan Jaminan. bab sebelumnya, bahwa praktek utang piutang dengan jaminan barang

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB III PEMBAHASAN. adalah berasal dari kata "ribh" ( ر )yang artinya 'keuntungan'. 14. bersama tambahan keuntungan yang jelas'.

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB IV ANALISIS PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI QARD} BERAGUN EMAS DI BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG (KC) SIDOARJO

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

HILMAN FAJRI ( )

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, maka. satu dengan lainnya dalam berbagai kepentingan. 1

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan Islam sekarang ini telah dikenal luas di belahan dunia

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

KAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap penelitian-penelitian sebelumnya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI UANG RUSAK (STUDY KASUS DI PASAR KAYEN PATI) SKRIPSI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SIMPAN PINJAM BERGULIR PADA P2KP (PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN)

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB III TINJAUAN UMUM AQAD MURABAHAH DALAM FIQH MUAMALAH. Kata aqad dalam kamus bahasa arab berasal dari kata ع ق د - ی ع ق د - ع ق د ا yakni

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

Transkripsi:

54 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI DI DESA BEBEKAN KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Hukum Islam Terhadap Barang Gadai Berupa Hutang Dalam masalah transaksi keuangan, eksploitasi maupun ketidakadilan sering terjadi. Dalam hal simpan pinjam misalnya, Islam melarang untuk mengenakan denda jika pembayaran hutang tidak tepat pada waktunya, karena prinsip hutang adalah tolong menolong orang lain (tabarru ) dan tidak dibolehkan mengambil keuntungan dalam tabarru. Di samping itu, pengambilan keuntungan sepihak dalam transaksi keuangan juga dilarang dalam Islam, yang dikenal dengan istilah riba nasi ah dimana ada kesepakatan untuk membayar bunga dalam transaksi hutang piutang atau pembiayaan. Dalam hal ini satu pihak akan mendapatkan keuntungan yang sudah pasti sedangkan pihak yang lainnya hanya menikmati sisa keuntungannya. 48 Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dalam surat al- Maidah ayat 2, telah diungkapkan dimana Allah melarang adanya pelanggaran atau keuntungan sepihak, selain itu pula Islam dalam pedomannya yakni al- Qur'an dan hadits memerintahkan kepada kaum muslimin yang beriman untuk tidak mencari kekayaan dengan cara yang tidak benar baik bisnis ataupun transaksi lainnya harus sah berdasarkan al-qur'an dan al-hadits serta adanya 48 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah Deskripsi dan Ilustrasi, cet. 1, Yogyakarta: 2006, hlm. 150 54

55 kesepakatan kedua belah pihak (yang melakukan transaksi). 49 Oleh karena itu kerjasama antara seorang manusia merupakan sebuah kebutuhan, dan kebutuhan itu bisa berbagai bentuk, misalnya dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari kehidupan uang. Dalam kondisi seperti ini orang bisa melakukan beberapa alternatif guna mendapatkan uang, salah satu alternatif tersebut misalnya dengan menggadaikan barang atau lebih dikenal dengan istilah gadai (rahn) yang mana merupakan sebuah akad utang piutang yang disertai dengan barang jaminan. 50 Seperti yang terjadi di desa Bebekan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, praktek gadai barang tidak hanya transaksi sesama antar warga desa Bebekan, tetapi mencakup dengan warga yang berasal dari desa lainnya. 30% dari warga desa Bebekan 51 yang berjumlah 2.737 jiwa melakukan praktek gadai barang tersebut. 52 Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mencoba mengamati, selanjutnya menganalisa praktek gadai tersebut. Perbuatan yang dilakukan oleh seorang mukallaf baik yang berkenaan dengan aspek ibadah maupun mu amalah dalam hal membuat akad ada yang sudah sah dan yang belum memenuhi syarat, sehingga menjadi rusak. Menurut 49 Rahmat Safei, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2006, hlm. 76 50 Chuzaemah T. Yanggo, A. Hafidz Anshari, AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer III, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995, hlm. 78 51 Hasil Wawancara dengan Bapak Sukoco, selaku Kepala Desa Bebekan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 19 Nopember 2011 52 Buku Tata Monografi Desa Bebekan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, keadaan bulan Mei 2011

56 Rahmat akad yang sah adalah yang memenuhi syarat dan rukun yang terkandung dalam akad tersebut. 653 sebagaimana yang telah dijelaskan di Bab II oleh Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid bahwa rukun gadai terdiri dari aqid (orang yang melakukan akad), maqud alaih (yang diaqadkan) dan sighat (akad gadai). 54 - Aqid (orang yang melakukan akad) Sebagaimana yang telah dikemukakan di Bab II, orang yang melakukan akad dalam gadai harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya adanya kedua belah pihak, yaitu pihak rahin (orang yang menggadaikan barang atau orang yang hutang) dan murtahin (orang yang menerima barang gadai atau orang yang berpiutang). 855 Selain itu, orang atau pihak yang melakukan transaksi ini harus atas kehendak sendiri, berakal, dan baligh. Berkenaan dengan hal tersebut, transaksi gadai yang terjadi di desa Bebekan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo untuk subyek yang melakukan transaksi tersebut sudah memenuhi persyaratan sebagaimana yang dikemukakan pada proses wawancara yang ada di Bab III yaitu adanya rahin dan murtahin. Penggadaian barang gadai yang dilakukan oleh seorang subyek atas dasar kehendak sendiri, karena didorongnya kebutuhan. Kendati demikian, mereka telah dewasa (baligh) dan berakal. Dari hasil penelitian di lapangan, 53 Rahmat Safei, op.cit., hlm. 76 54 Al-Faqih Abd. Walid Muhammad ibn Ahmad bin Muhammad ibn Rusyd, Bidayatul al Mujtahid al-muqtasid, Beirut: dar al-jaih, 1990, hlm. 204 55 Ibid. 52

57 menurut pengetahuan penulis tidak ada satupun responden yang ditemukan belum cukup umur atau bahkan mengalami gangguan kejiwaan, mereka pada umumnya orang yang sudah berkeluarga dan karena kebutuhan yang semakin meningkat menjadikan mereka melakukan transaksi gadai tersebut. Dilihat dari syarat-syarat aqid (orang yang melakukan akad), maka praktek gadai yang dilakukan warga desa Bebekan dilakukan oleh orangorang yang telah memenuhi persyaratan akad, yang sudah sesuai dengan aturan gadai menurut pandangan Islam. - Sighat (akad gadai) Akad yang ada dalam gadai disebut ijab qabul. Adapun mengenai syarat sahnya akad gadai (rahn) adalah : a. Berakal b. Baligh c. Bahwa barang yang dijadikan borg (jaminan) itu ada pada saat akad sekalipun tidak satu jenis. d. Bahwa barang tersebut dipegang oleh orang yang menerima gadaian (murtahin) atau wakilnya. 56 Dalam masalah akad gadai barang ada permasalahan, artinya telah sesuai dengan ketentuan sighat (akad gadai) yakni adanya kedua belah pihak dengan akad yang saling berkaitan langsung dan memenuhi syarat yang ada dalam sighat. Oleh karena itu dilihat dari syarat-syarat sighat maka praktek gadai 56 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz III, Beirut: Dar al-fikr, t.th., hlm. 188

58 yang dilakukan warga di desa Bebekan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, dilakukan orang-orang yang telah memenuhi persyaratan sighat gadai dan sesuai kaidah yang ada dalam hukum (fiqh) Islam. - Maqud alaih Untuk sahnya gadai yang dilakukan dalam praktek gadai, harus memenuhi syarat-syarat antara lain : a. Marhun (barang yang digadaikan atau barang gadai) b. Dain Marhun biih (hutang yang karenanya diadakan gadai). 10 Kendati demikian, menurut kaidah hukum Islam praktek gadai harus memenuhi syarat-syarat di atas. Barang yang dijadikan obyek gadai di desa Bebekan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo berupa barang gadai seperti, sepeda motor dan hp sebagai jaminan peminjaman hutang karena diadakannya gadai. Berkenaan dengan barang yang digadaikan secara sepintas tidak ada indikasi pelanggaran hukum, mengingat barang yang digadaikan (sepeda motor dan hp) secara Lizzati adalah milik pribadi. Namun demikian yang menjadi persoalan dalam hal ini adalah tentang praktek yang dilakukan ra>hin dan murtahin. Untuk barang yang berupa sepeda motor dan hp tersebut secara hukum sah, dan halal untuk digadaikan, namun adakalanya praktek yang terjadi hukumnya menjadi tidak jelas. Dari hasil pengetahuan peneliti di lapangan, dalam praktek gadai sepeda motor dan hp banyak terjadi kecurangan atau penyelewengan yang terjadi dalam prakteknya., yakni banyak di antara mereka (pihak rahin) melakukan sistem manipulasi. Menurut hemat penulis,

59 para rahin menggadaikan nya masih dalam keadaan kredit di dealer pembelian, hal ini berkenaan dengan kebutuhan rahin yang mendesak, dikarenakan hutang yang belum terlunasi serta bunga yang semakin membengkak. Selain itu, ada di antara pihak rahin yang menggadaikan barang yang sudah digadaikan di Perum Pegadaian, karena di Perum Pegadaian hanya meminta surat-surat berharga tanpa meminta barangnya, sehingga rahin bisa memanfaatkan barang gadai itu untuk digadaikan kembali kepada pihak murtahin 57 Dalam perjanjian antara rahin dan murtahin tersebut tidak ada kejelasan waktu, kapan barang gadai akan ditebus kembali. Dan rata-rata rahin tidak menebus kembali barang gadai dengan alasan tidak mampu untuk menebus kembali barang gadai tersebut. Hal ini jelas bahwa hal tersebut bertentangan dengan syari'at Islam, dimana praktek yang terjadi tidak sesuai dengan syarat gadai kaitannya dengan barang yang digadaikan ( Ma qud alaih), yaitu barang yang digadaikan berupa hutang serta dalam proses pembayaran. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-qur'an (١ و ي ل ل ل م ط فف ين : ) ا ل م ط فف ين Artinya : Celaka besarlah bagi orang-orang yang curang. B. Analisis Hukum Islam Terhadap Adanya Unsur Tambahan, Pihak Rahin Kepada Murtahin Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum 2011 57 Hasil Wawancara dengan Bapak Aris, selaku pihak rahn pada tanggal 16 Nopember

60 terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip mu amalah dalam Islam. 58 Mengenai hal ini, Allah swt mengingatkan dalam firman-nya : ي اأ ي ه ا ال ذ ي ن و أ م نا لا ت ا ك ل و ا أ م و ال ك م بي ن ك م ب ال ب اط ل إ لا أ ن ت ك و ن تج ار ة ع ن ا ر ت ض م ن ك م و لا ت ق ت ل و ا ا ن ف س ك م إ ن االله ك ان ب ك م ر ح ي م ا (النساء: ٢٩) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Qs.An-Nisa :29) Dalam al-qur'an, hadits dan ijma ulama yang merupakan hukum Islam yang digunakan untuk menyelesaikan kemusykilan-kemusykilan yang muncul di dalam masyarakat. Fiqh adalah formula yang dipahami dari syari'ah tidak bisa dijalankan dengan baik, tanpa dipahami melalui fiqh atau pemahaman yang memadai dan diformulasikan secara baku. Fiqh sebagai usaha memahami, sangat dipengaruhi oleh tuntutan ruang dan waktu. Karena itulah, wajar jika terdapat perbedaan-perbedaan dalam rumusan mereka. Gadai dalam istilah fiqh dikenal dengan al-rahn 59 dan dalam pengertian bahasa adalah menggadaikan, menangguhkan atau jaminan. 60 Di sekitar persoalan apakah pemanfaatan barang gadai di dalam hukum Islam diperbolehkan atau tidak, yang berlangsung hingga saat ini. Karena banyak hlm. 57 58 Heri Sudarsono, op.cit., hlm. 1 59 M. Syafi i Antonio, Bank Syari ah: Dari Teori ke Praktek, Cet. I, Jakarta: Gema Insani, 60 Chuzaemah T. yanggo, A. Hafidz Anshari, op.cit., hlm 78

61 diantaranya yang berpendapat, dengan berdalih pemanfaatan barang gadai itu tidak bertentangan dengan syara karena orang yang melakukan transaksi gadai itu minim pengetahuannya tentang syara. Telah ditegaskan dimuka, bahwa gadai bukan termasuk pada akad pemindahan hak milik. Tegasnya bukan pemilikan atas suatu benda dan bukan pula akad atas manfaat suatu benda atau sewa menyewa, melainkan hanya sekedar jaminan untuk suatu utang piutang. Pada dasarnya tujuan diadakannya gadai untuk mengatasi masalah kebutuhan warga yang semakin meningkat dan karena terdesaknya rahn yang harus melunasi bunga serta tumpukan hutang rahin kepada pihak-pihak yang memberi hutang pada rahin (murtahin). Namun demikian, jika dalam pelaksanaannya sampai menimbulkan kerugian kepada salah satu pihak atau pada pihak-pihak tertentu, maka dilarang oleh syari'at. Selain itu pula dalam persoalan ini, menurut jumhur ulama fiqh, selain Hanabilah berpendapat bahwa pemegang barang jaminan tidak boleh memanfaatkan barang jaminan karena barang itu bukan miliknya secara penuh. Hak pemegang barang jaminan terhadap barang itu hanyalah sebagai jaminan piutang. يرى الحمهور غير الحنابلة انه ليس للمر ن ان تننتفع بشي من الرهن Mayoritas ulama selain madzhab Hambali berpendapat bahwa penerima gadai tidak boleh memanfaatkan barang gadai sama sekali. 61 Dilihat dari segi manfaatnya jelas bahwa mempunyai banyak fungsi 61 Dewan Syari ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syari ah Nasional, Komplek Kejaksaan Agung Blok E1/3 Cipayung Ciputat, CV. Gaung Persada, cet. ke-3, September 2006, hlm. 153

62 seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sukoco selaku kepala desa Bebekan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, bahwa sulitnya transportasi dan komunikasi yang ada di daerah tersebut menjadikan murtahin mau menerima barang gadai untuk dimanfaatkan sebagai alat transportasi dan komunikasi, selain itu faktor utama terjadinya transaksi ini adalah keadaan ekonomi, dimana kebutuhan rahin yang mendesak karena sebagian besar profesinya yang hanya sebagai buruh bangunan dan tukang becak serta adat kebiasaan warga yang lebih percaya menggadaikan barang gadainya kepada tetangga atau sanak saudara di mana mereka yakin bahwa barang tersebut dirasa lebih aman dan pihak rahin bisa melihat sewaktu-waktu barang gadai itu dimanfaatkan oleh murtahin. dirasa sangat efektif digunakan sebagai jaminan atau barang gadai. Cara pelaksanaan pemanfaatan gadai sepeda motor dan hp di desa Bebekan tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan gadai pada umumnya, tata cara yang digunakan dalam pelaksanaan tersebut dengan menggunakan kata-kata yang bermaksud untuk menolong. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan kesepakatan antara kedua belah pihak. Kondisi demikian dalam prakteknya terdapat persoalan yang muncul dalam hal pemanfaatan barang gadai sepeda motor dan hp itu. Meskipun pihak murtahin bermaksud untuk menolong, namun dalam kenyataannya pihak murtahin meminta bunga dari pihak rahn selama meminjam uang, bahkan piha murtahin juga tidak menentukan batas waktu pengambilan barang gadai tersebut, sehingga murtahin dapat menjual barang gadai tersebut. Oleh karena itu, menurut pandangan penulis ini tidak sah dan mengandung unsur riba.