BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan memiliki 4 jenis serotipe, yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi virus dengue. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain juga dapat menularkan penyakit ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Ae. aegypti adalah spesies nyamuk yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis, biasanya terletak di antara 35 o Lintang Utara dan 35 o Lintang Selatan. Nyamuk Ae. aegypti sangat antropofilik dan berkembang biak di dekat manusia (1, 2). Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke-18, tetapi pada saat itu infeksi ini menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam lima hari terkadang disebut juga sebagai demam sendi. Disebut demikian karena demam terjadi lalu menghilang dalam lima hari, disertai dengan timbulnya rasa nyeri pada sendi, otot, dan kepala. Pada masa itu virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang tidak menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan manifestasi klinis yang berat, yaitu ditemukan di Manila, yang kemudian menyebar ke Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Pada tahun 1968 dilaporkan terjadi penyakit DBD di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang tinggi (1, 3). Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di beberapa kota/kabupaten di Indonesia. Hampir setiap tahun terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit DBD, dan biasanya terjadi pada musim penghujan. Kasus DBD meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Pada tahun 2005 terdapat 95.279 kasus, meningkat pada tahun 2006 meningkat sebanyak 16,90% (114.656 kasus), kemudian meningkat lagi pada tahun 2007 sebesar 27,48% (158.115 kasus) dan sempat mengalami penurunan sebesar 13,06% (137.469 kasus) pada tahun 2008, kemudian meningkat lagi pada tahun 2009 sebesar 13,43% (158.912 kasus) (4). Jawa tengah merupakan salah satu daerah endemis DBD. Infeksi DBD telah terbukti tersebar dan menjangkiti 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Angka Kesakitan/Incidence Rate
(IR) dan Angka Kematian/Case Fatality Rate (CFR) DBD di Jawa tengah dari tahun 2005 sampai 2009 terus meningkat. Tahun 2005 IR sebesar 2,17 dan CFR sebesar 2,53% kemudian pada tahun 2006 IR meningkat menjadi 3,39% dengan CFR 2,01%. Pada tahun 2007 IR meningkat lagi menjadi 6,35% dengan CFR sebesar 1,6% kemudian pada tahun 2008 IR sebesar 5,32% dengan CFR 1,19% dan tahun 2009 IR 5,74% dan CFR sebesar 1,42%. Angka kesakitan tertinggi terjadi di Kota Semarang. Tahun 2008 terdapat 5249 kasus dengan 18 kematian, pada tahun 2009 terdapat 3649 kasus dengan 42 kematian, dan pada tahun 2010 terdapat terdapat 5571 kasus kesakitan dan 47 kasus kematian (5-8). Kenaikan kasus tersebut salah satu penyebab yang memungkinkan yaitu karena kegiatan pemeriksaan jentik yang belum optimal. Kegiatan ini sudah berjalan namun tidak menyeluruh karena keterbatasan tenaga. Pihak puskesmas melaksanakan Pemeriksaan Jentik Berkala, kader-kader melaksanakannya seminggu sekali di lingkungannya, namun tidak tersedia dana operasional sehingga pemeriksaan mengendur. Faktor peran serta lintas sektor maupun masyarakat masih kurang dan cenderung mengharapkan sektor kesehatan saja yang mengatasi masalah DBD. Dengan kata lain masalah DBD masih dianggap sebagai masalah sektor kesehatan semata (4, 9). Selain itu, hal ini dapat disebabkan karena mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, musim, perubahan kepadatan dan distribusi penduduk. Musim dapat mempengaruhi perkembang biakkan nyamuk Aedes, terutama pada musim penghujan. Karena pada musim hujan banyak genangan air yang terbentuk. Air tersebut tertampung di barang-barang bekas, seperti ban bekas, kaleng bekas, botol bekas dan lainlain, yang merupakan kontainer buatan manusia yang sudah tidak digunakan (4, 10). Kontainer adalah tempat penampungan air (TPA) yang memiliki peluang sebagai tempat perindukan nyamuk Ae. aegypti. Keberadaan kontainer ini sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Ae. aegypti, semakin banyak kontainer maka semakin banyak pula tempat perindukan dan populasi nyamuk Ae. aegypti akan semakin padat. Semakin padat populasi nyamuk Ae. aegypti maka semakin tinggi resiko terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran yang singkat sehingga jumlah kasus DBD cepat meningkat kemudian berakibat pada terjadinya KLB (11, 12). Kontainer buatan memiliki berbagai macam karakteristik seperti jenis/tipe letak sumber air warna penutup serta
keberadaan air pada kontainer. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi keberadaan Jentik, seperti hasil penelitian yang dilakukan di Malaysia. Sebanyak 262 kontainer yang teridentifikasi sebagai tempat perindukan yang potensial, yaitu 45 di dalam ruangan dan 217 di luar ruangan. Tetapi bagaimanapun juga hanya 65 kontainer yang terdiri dari 9 di dalam dan 56 di luar yang ditemukan Jentik(13, 14). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kota Lubuklinggau, Jentik Ae. aegypti banyak ditemukan di tempayan/gentong 33,33%, kemudian pada vas/pot bunga 33,33%, bak mandi/wc 21,21%, Drum/tanki sebesar 13,89%, Ban bekas 10,53%, Penampungan kulkas 9,09%, ember 3,33% dan kaleng/botol bekas/pecahan gelas/piring sebesar 1,54% (15). Selain jenis kontainer sumber air kontainer juga harus diperhatikan. Rumah tangga yang tidak memiliki sumber air bersih berisiko lebih besar daripada yang memiliki air bersih. Proporsi rumah tangga yang terdapat jentik Ae. aegypti lebih tinggi pada kelompok yang tidak memiliki sumber air bersih (14). Warna kontainer yang gelap adalah tempat perindukan nyamuk Ae. aegypti yang paling disukai. Karena Jentik Ae. aegypti bersifat fototaksis negatif yaitu mendekati cahaya dan menyukai warna gelap. Keberadaan penutup pada kontainer juga merupakan salah satu faktor yang memberi peluang kepada nyamuk Ae. aegypti meletakkan telurnya. Pada kontainer yang tertutup rapat dan tanpa celah, peluang nyamuk meletakkan telurnya menjadi kecil sehingga mempengaruhi keberadaan Jentik pada kontainer tersebut (16, 17). Keberadaan air pada kontainer juga mempengaruhi perindukan nyamuk Ae. aegypti. Jentik sering ditemukan pada tempat penampungan air yang menampung air dalam jangka waktu yang lama dan selalu ada. Tidak jarang Jentik Ae. aegypti ditemukan di tempat-tempat seperti vas bunga, tempat minum burung, bahkan tempat penampungan air kulkas. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat kurang memperhatikan kebersihan kontainer-kontainer tersebut, sehingga menjadi tempat perindukan nyamuk Ae. aegypti yang ideal (17, 18). Berdasarkan penelitian yang telah saya lakukan dapat diketahui bahwa keberadaan air yang selalu ada ditemukan positif jentik sebesar 75,9% dan yang negatif jentik sebesar 58,3%. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan air yang selalu ada berpotensi ditemukan jentik lebih tinggi dibandingkan yang tidak, walaupun angka tersebut tidak signifikan. Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Semarang, karena Semarang merupakan kota yang paling tinggi terjangkit penyakit DBD disetiap tahunnya. Tahun 2008 IR kasus DBD
sebesar 365,58 dan CFR sebesar 0,34%, pada tahun 2009 terdapat IR sebesar 241,5 dan CFR sebesar 1,2%, dan pada tahun 2010 dengan IR sebesar 363,2 dan CFR sebesar 0,8%. Berdasarkan latar belakng tersebut dapat disimpulkan bahwa Semarang merupakan daerah endemis DBD, karena selama 3 tahun berturut-turut terjadi kasus DBD. Penyakit DBD merupakan penyakit virus yang vaksin dan obatnya belum ditemukan, sehingga salah satu cara yang efektif dalam memutus rantai penularan yaitu dengan mencegah dan memutus siklus hidup nyamuk Ae. aegypti. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan mengenali profil kontainer yang disukai nyamuk untuk berkembang biak. Untuk itu perlu diadakan penelitian mengenai Aedes aegypti berdasarkan profil kontainer di daerah endemis DBD di Jawa Tengah. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut disusun pertanyaan umum sebagai berikut : Apakah ada perbedaan Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue berdasarkan profil kontainer? Dari pertanyaan umum penelitian diatas, diuraikan pertanyaan khusus sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue berdasarkan tipe kontainer? 2. Apakah ada perbedaan Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue berdasarkan letak kontainer? 3. Apakah ada perbedaan Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue berdasarkan sumber air? 4. Apakah ada perbedaan Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue berdasarkan warna kontainer? 5. Apakah ada perbedaan kontainer Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue berdasarkan keberadaan penutup? 6. Apakah ada perbedaan Aedes aegypti pada kontainer di daerah endemis demam berdarah dengue berdasarkan keberadaan air? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue di Jawa Tengah berdasarkan profil kontainer. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan Ae.aegypti di masing-masing kelurahan b. Mendeskripsikan tipe kontainer di masing-masing kelurahan c. Mendeskripsikan letak kontainer di masing-masing kelurahan d. Mendeskripsikan sumber air kontainer di masing-masing kelurahan e. Mendeskripsikan warna dinding kontainer di masing-masing kelurahan f. Mendeskripsikan keberadaan penutup kontainer di masing-masing kelurahan g. Mendeskripsikan keberadaan air pada kontainer di masing-masing kelurahan h. Menganalisis perbedaan Ae.aegypti berdasarkan tipe kontainer i. Menganalisis perbedaan Ae.aegypti berdasarkan letak kontainer j. Menganalisis perbedaan Ae.aegypti berdasarkan sumber air kontainer k. Menganalisis perbedaan Ae.aegypti berdasarkan warna dinding kontainer l. Menganalisis perbedaan Ae.aegypti berdasarkan keberadaan penutup kontainer m. Menganalisis perbedaan Ae.aegypti berdasarkan keberadaan air pada kontainer D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Manfaat praktis adalah sumbangan hasil penelitian terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang berguna: a. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD. b. Bagi institusi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah pada program kesehatan bidang penyakit menular, khususnya masalah
pencegah penyakit DBD agar dapat dijadikan sebagai monitoring dan evaluasi program pemberantasan penyakit menular (P2M). 2. Manfaat Teoritis dan Metodologis Manfaat teoritis dan metodologis adalah sumbangan hasil penelitian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan metodologi penelitian, khususnya bagi peneliti selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh R.Yudhastuti, S. Badrah, dan Rulam yaitu pada variabel yang diteliti kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban), dan perilaku masyarakat (tingkat pengetahuan, sikap responden tindakan responden), kebersihan TPA, jenis TPA Alami, kepadatan Jentik, jenis tempat atau fasilitas umum, jenis letak jenis jentik. Sedangkan pada penelitian ini hanya meneliti tentang profil kontainer (tipe, letak, sumber air, warna, keberadaan penutup, keberadaan air). Berikut ini merupakan tabel keaslian penelitian: no Peneliti (tahun) 1. R.Yudhastuti, A.Vidiyani (2005) Judul Peneliti an Hubungan Kondisi Lingkunga n, Kontainer dan Perilaku Masyaraka t dengan Keberadaa n Jentik Nyamuk Ae. aegypti di Daerah endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Variabel Disai Hasil n Kondisi Lingkungan, Kontainer dan Perilaku Masyarakat dan Keberadaan Jentik Nyamuk aegypti Ae. Cross Secti onal - Tidak ada hubungan antara suhu udara dengan - Ada hubugan antara kelembaban udara dengan - Ada hubungan jenis kontainer dengan - Ada hubungan tingkat pengetahuan responden dengan - Tidak ada hubungan anatar sikap responden dengan - Ada hubungan anatara tindakan responden dengan No Peneliti (tahun) Judul Penelitian Variabel Disain Hasil
2. S. Badrah N. Hidayah (2011) 3. Rulam (2005) Hubungan antara Tempat Perindukan Nyamuk Ae. aegypti dengan Kasus Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Penajam Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara Survey Jentik Aedes aegypti di Desa Saung Naga Kabupaten Oku Tahun 2005 Tempat perindukan nyamuk dan kasus DBD Jenis tempat, tipe bahan letak keberadaan penutup dan jenis jentik Cross Sectional Cross Sectional jenis bahan TPA dengan keberadaan tutp TPA dengan keberadaan jentik kebersihan TPA dengan Jenis TPA Lainnya dengan Keberadaan Jentik Jenis TPA Alami dengan Kebera aan Jentik - Tidak ada hubungan antara Kepadatan Jentik dengan Kasus Demam Berdarah Dengue - Jenis tempat atau fasilitas umum harus diperhatikan karena dapat menjadi tempat perindukan nyamuk - Jenis kontainer yang paling dominan adalah bak mandi - Bahan kontainer yang paling dominan adalah semen - Letak kontainer positif jentik yang paling banyak ditemukan di dalam rumah (75%) - Kontainer positif jentik yang berpenutup memiliki prosentase 52,78% dan yang tidak berpenutup 47,22% - Jenis jentik yang paling banyak ditemukan adalah Aedes aegypti (94,45%) dan Aedes albopictus (5,55%)