BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

Pola buang air besar pada anak

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

Oleh: Aulia Ihsani

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. daya kesehatan dimasa depan. Salah satu pokok program pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan ibu ibu atau warga desa mampu : Menjelaskan pengertian diare

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : SARI DEWI MINTARDJA J

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1

PROFIL PENDERITA DIARE ANAK DI PUSKESMAS RAWAT INAP PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( lebih dari 3 kali/hari ), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200g/hari) dan konsistensi atau feses cair. Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan ketidaknyamanan perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosal, atau motilitas dapat menimbulkan diare(suzanne C. Smeltzer, 2002). Diare merupakan buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dalam frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih dalam sehari(depkes. RI, 2000). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang pada pada profil kesehatan tahun 2011 data diare pada balita 48.051 orang, sedangkan pada tahun 2012 kejadian diare di kota semarang mengalami peningkatan yaitu berjumlah 771.752 orang dari berbagai wilayah di kota semarang. Kasus kejadian diare pada daerah semarang yang paling tinggi tingkat kejadiannya di daerah tlogosari wetan, yang jumlahnya 61.074 orang. Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelaminnya dari laki-laki jumlahnya 627 orang dalam prosentase 1.01%, sedangkan jumlah diare yang ditangani pada balita perempuan berjumlah 720 orang dengan prosentase 1.16%. Jumlah balita perempuan lebih besar di bandingkan dengan jumlah balita laki-laki. Kasus diare pada daerah tlogosari wetan yang sudah ditangani jumlahnya 1347 orang dari balita laki-laki dan perempuan dengan prosentase 2%. Diare sering terjadi pada balita yang datang akibat pencernaan sikecil karena kemasukan bakteri. Sumbernya bisa karena kurang higienisnya waktu memberikan susu formula atau mungkin karena alergi tehadap protein susu sapi yang terkandung dalam susu formula. Pada kelurahan tlogosari wetan jumlah diare pada bayi kurang dari 1 tahun 164 orang. Komplikasi pada penderita diare dimulai dari yang paling buruk bisa menyebabkan kematian. Komplikasi lainnya yang sering terjadi yaitu dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Penatalkasanaan yang dianjurkan rehidrasi menggunakan oralit, berikan zink selama 10 hari berturut-turut, namun ASI dan makanan

tambahan tetap diteruskan antibiotik selektif dan edukasi kepada orang tua(nabila, 2011) Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan jumlah penderita yang meninggal akibat penyakit diare yang berobat di Rumah sakit sebesar 0,07% dan berdasarkan data yang masuk diketahui dari tahun 2005-2011 tidak ada laporan mengenai penderita diare yang meninggal di Puskesmas, berarti penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang di tolong kader tidak ada yang meninggal(dkk, 2011). Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumya disebabkan dari golongan virus, bakteri, parasit, raksi obat maupun dapat disebabkan karena intoleransi makanan. Gejala klinis akibat terjadinya diare yaitu cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang, atau tidak ada, tinja semakin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijauan, anus dan sekitarnya lecet. Penyebab dari diare itu sendiri bisa dari bawaan balita itu sendiri. Faktor resiko yang dapat meningkatkan atau menimbulkan diare antara lain: ibu tidak memberikan ASI secara penuh untuk 0-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadai persediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK) kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyimpanan dan penyiapan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Maka pencegahan diare yang dapat dilakukan antara lain menjaga kebersihan lingkungan dan pribadi yang baik seperti sarana MCK (mandi, cuci, kakus) yang baik, penyimpanan dan penyiapan makanan yang baik. Selain itu pencegahan diare pada anak usia kurang dari 1 tahun ini yang paling baik adalah memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari 1 tahun ini sangat baik karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi tersebut agar terhindar dari infeksi penyakit (Nabila, 2011). Pada klurahan tlogosari wetan sendiri faktor penyebab diare selain pemberian ASI eksklusif yang tidak diberikan secara penuh faktor lain seperti memberikan makanan tambahan pada bayi yang tidak hygienis, serta lingkungan yang kurang bersih. Penanggulangan diare yang dapat dilakukan oleh ibu dengan cara tetap memberikan ASI dan larutan gula garam. Jika bayi sudah dikenalkan dengan MP- ASI, maka dapat diberi makanan padat gizi sedikit-sedikit tidak merangsang tetapi sering. Praktik cuci tangan tiap melakukan pekerjaan terkait makanan atau menyusui

dan minum air yang telah dimasak, merupakan bentuk praktek perawatan bayi yang dapat mencegah terjadinya diare, termasuk usaha mencegah makanan dari gangguan lalat dan kontaminasi lain(bahar B, 2000). Hasil survey demografi kesehtan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Presentase ini menurun dengan jelas menjadi 46% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi berumur 4-5 bulan. Akibat pemberian makanan tambahan yang terlalu dini, menjadikan tingkat kematian bayi usia 9-11 bulan di negara-negara berkembang lebih tinggi 40% dari bayi yang diberikan ASI. Menurut data yang di dapat dari daerah kerja puskesmas tlogosari wetan tahun 2012 jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif pada bayi yang berumur kurang dari 1 tahun menurut jenis kelaminnya 103 orang. Jumlah balita pada lakilaki yang berumur 0-6 bulan diberikan ASI eksklusif sebesar 28 orang,bayi perempuan sebesar 26 orang. Sedangkan bayi yang diberikan ASI pada usia 6-12 bulan berjumlah 49 orang, pada bayi laki-laki jumlahnya sebesar 23 orang, lebih sedikit dari pada bayi perempuan yang berjumlah 26 orang. Jadi jumlah keseluruhan bayi yang berumur 0-6 bulan dan 6-12 bulan pada tahun 2012 yang diberikan ASI eksklusif pada balita laki-laki sebesar 51 orang, sedangkan balita perempuan berjumlah 52 orang. Sedangkan pada tahun 2013 di wilayah kelurahan Tlogosari wetan jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif pada umur 5-11 bulan jumlahnya 55 orang yang dibagi menurut jenis kelaminnya, oada perempuan 30 orang sedangkan pada laki-laki 25 orang.wilayah kelurahan tlogosari wetan letak geografisnya pada dataran rendah yang rawan terhadap banjir selain itu cakupan ASI eksklusif yang masih rendah serta kebiasaan masyarakat dalam memberikan MP- ASI secara dini pada bayinya, sehingga keadaan ini dapat menjadi faktor terjadinya wabah diare. B. Rumusan Masalah Diare merupakan masalah yang banyak terjadi pada balita. Masalah ini bisa sampai terjadi kematian jika tidak segera ditangani. Pemberian ASI eksklusif pada balita yang kurang baik dapat menimbulkan diare. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Hubungan PraktikPemberian ASI eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi 6-7 Bulan di Kelurahan Tlogosari Wetan?.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Study Deskriptif Praktik Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi 6-7 Bulan di Kelurahan Tlogsari Wetan 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi praktik pemberian ASI eksklusi b. Mengidentifikasi praktik pemberian MP ASI c. Mengidentifikasi praktik pemberian tanpa ASI d. Menganalisis hubungan praktik pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare e. Menganalisis hubungan tanpa pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Sebagai bahan masukan bagi puskesmas tlogosari wetan dalam memberikan pelayanan yang tepat pada ibu dan balita 2. Bagi institusi pendidikan Diharapkan dapat memberikan data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut dan menggambarkan praktik pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare sehingga dapat menjadi bahan untuk pengembangan ilmu dan pelayanan kesehatan khususnya pada ibu dan anak. 3. Bagi Perawat Memberikan informasi tentang gambaran praktik pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare sehingga dapat membantu perawat dalam menentukan strategi koping untuk mengatasi masalah praktk pemberian Asi yang benar sehingga tidak terjadi diare 4. Bagi Para Ibu Memberikan informasi tentang pemberian ASI secara benar agar tidak terjadi diare. 5. Bagi Peneliti Menjadi pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian yang baik dan benar sehingga menjadi landasan dan motivasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

E. Bidang Ilmu Penelitian ini dilakukan dalam bidang keperawatan dan kesehatan yaitu pada keperawatan anak F. Originalitas Penelitian No Peneliti Tahun Judul Penelitian Jenis Penelitian 1. Diah Arini 2012 Hubungan Pola Jenis pemberian ASI penelitian ini dengan menggunakan frekuensi analitik kejadian diare observasional dan Ispa pada dengan anak di wilayah rancangan puskesmas cross Balongpanggang sectional Gresik 2. Atika, 2009 Hubungan Menggunakan S.Si,M.kes pemberian ASI cross ekslusif dengan sectional kejadian diare dengan pada anak usia pendekatan 6-23 bulan di point time desa sumberporong kecamatan lawang, kabupaten malang Hasil Hasil analisis pada variabel pemberian MP- ASI 6 bulan pada anak kejadian diare terjadi peningkatan menunjukkan p=0,013 Di dapat analisis chi&ndash square menggunakan SPSS 13 dengan hasil X2 sebesar 0,1217 pada α=0.05

3. Nabilla 2011 Hubungan pemberian ASI eksklusif tehadap kejadian diare pada bayi 0-6 bulan di kecamatan duren sawit jakarta timur Menggunakan desain penelitian cross sectional melaui studi retrospektif Anallisis chi square menunjukkan ada hubungan pemberian ASI eksklusif terhadapkejadian diare dengan hasil signifikansi 0,002 dengan kemaknaan (p<0.05) 4. Yuli Wijayanti 2013 Praktik Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian diare Pada Bayi 6-7 Bulan di Kelurahan Tlogosari Wetan Menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional deskriptive correlation