BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( lebih dari 3 kali/hari ), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200g/hari) dan konsistensi atau feses cair. Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan ketidaknyamanan perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosal, atau motilitas dapat menimbulkan diare(suzanne C. Smeltzer, 2002). Diare merupakan buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dalam frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih dalam sehari(depkes. RI, 2000). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang pada pada profil kesehatan tahun 2011 data diare pada balita 48.051 orang, sedangkan pada tahun 2012 kejadian diare di kota semarang mengalami peningkatan yaitu berjumlah 771.752 orang dari berbagai wilayah di kota semarang. Kasus kejadian diare pada daerah semarang yang paling tinggi tingkat kejadiannya di daerah tlogosari wetan, yang jumlahnya 61.074 orang. Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelaminnya dari laki-laki jumlahnya 627 orang dalam prosentase 1.01%, sedangkan jumlah diare yang ditangani pada balita perempuan berjumlah 720 orang dengan prosentase 1.16%. Jumlah balita perempuan lebih besar di bandingkan dengan jumlah balita laki-laki. Kasus diare pada daerah tlogosari wetan yang sudah ditangani jumlahnya 1347 orang dari balita laki-laki dan perempuan dengan prosentase 2%. Diare sering terjadi pada balita yang datang akibat pencernaan sikecil karena kemasukan bakteri. Sumbernya bisa karena kurang higienisnya waktu memberikan susu formula atau mungkin karena alergi tehadap protein susu sapi yang terkandung dalam susu formula. Pada kelurahan tlogosari wetan jumlah diare pada bayi kurang dari 1 tahun 164 orang. Komplikasi pada penderita diare dimulai dari yang paling buruk bisa menyebabkan kematian. Komplikasi lainnya yang sering terjadi yaitu dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Penatalkasanaan yang dianjurkan rehidrasi menggunakan oralit, berikan zink selama 10 hari berturut-turut, namun ASI dan makanan
tambahan tetap diteruskan antibiotik selektif dan edukasi kepada orang tua(nabila, 2011) Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan jumlah penderita yang meninggal akibat penyakit diare yang berobat di Rumah sakit sebesar 0,07% dan berdasarkan data yang masuk diketahui dari tahun 2005-2011 tidak ada laporan mengenai penderita diare yang meninggal di Puskesmas, berarti penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang di tolong kader tidak ada yang meninggal(dkk, 2011). Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumya disebabkan dari golongan virus, bakteri, parasit, raksi obat maupun dapat disebabkan karena intoleransi makanan. Gejala klinis akibat terjadinya diare yaitu cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang, atau tidak ada, tinja semakin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijauan, anus dan sekitarnya lecet. Penyebab dari diare itu sendiri bisa dari bawaan balita itu sendiri. Faktor resiko yang dapat meningkatkan atau menimbulkan diare antara lain: ibu tidak memberikan ASI secara penuh untuk 0-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadai persediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK) kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyimpanan dan penyiapan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Maka pencegahan diare yang dapat dilakukan antara lain menjaga kebersihan lingkungan dan pribadi yang baik seperti sarana MCK (mandi, cuci, kakus) yang baik, penyimpanan dan penyiapan makanan yang baik. Selain itu pencegahan diare pada anak usia kurang dari 1 tahun ini yang paling baik adalah memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari 1 tahun ini sangat baik karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi tersebut agar terhindar dari infeksi penyakit (Nabila, 2011). Pada klurahan tlogosari wetan sendiri faktor penyebab diare selain pemberian ASI eksklusif yang tidak diberikan secara penuh faktor lain seperti memberikan makanan tambahan pada bayi yang tidak hygienis, serta lingkungan yang kurang bersih. Penanggulangan diare yang dapat dilakukan oleh ibu dengan cara tetap memberikan ASI dan larutan gula garam. Jika bayi sudah dikenalkan dengan MP- ASI, maka dapat diberi makanan padat gizi sedikit-sedikit tidak merangsang tetapi sering. Praktik cuci tangan tiap melakukan pekerjaan terkait makanan atau menyusui
dan minum air yang telah dimasak, merupakan bentuk praktek perawatan bayi yang dapat mencegah terjadinya diare, termasuk usaha mencegah makanan dari gangguan lalat dan kontaminasi lain(bahar B, 2000). Hasil survey demografi kesehtan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Presentase ini menurun dengan jelas menjadi 46% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi berumur 4-5 bulan. Akibat pemberian makanan tambahan yang terlalu dini, menjadikan tingkat kematian bayi usia 9-11 bulan di negara-negara berkembang lebih tinggi 40% dari bayi yang diberikan ASI. Menurut data yang di dapat dari daerah kerja puskesmas tlogosari wetan tahun 2012 jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif pada bayi yang berumur kurang dari 1 tahun menurut jenis kelaminnya 103 orang. Jumlah balita pada lakilaki yang berumur 0-6 bulan diberikan ASI eksklusif sebesar 28 orang,bayi perempuan sebesar 26 orang. Sedangkan bayi yang diberikan ASI pada usia 6-12 bulan berjumlah 49 orang, pada bayi laki-laki jumlahnya sebesar 23 orang, lebih sedikit dari pada bayi perempuan yang berjumlah 26 orang. Jadi jumlah keseluruhan bayi yang berumur 0-6 bulan dan 6-12 bulan pada tahun 2012 yang diberikan ASI eksklusif pada balita laki-laki sebesar 51 orang, sedangkan balita perempuan berjumlah 52 orang. Sedangkan pada tahun 2013 di wilayah kelurahan Tlogosari wetan jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif pada umur 5-11 bulan jumlahnya 55 orang yang dibagi menurut jenis kelaminnya, oada perempuan 30 orang sedangkan pada laki-laki 25 orang.wilayah kelurahan tlogosari wetan letak geografisnya pada dataran rendah yang rawan terhadap banjir selain itu cakupan ASI eksklusif yang masih rendah serta kebiasaan masyarakat dalam memberikan MP- ASI secara dini pada bayinya, sehingga keadaan ini dapat menjadi faktor terjadinya wabah diare. B. Rumusan Masalah Diare merupakan masalah yang banyak terjadi pada balita. Masalah ini bisa sampai terjadi kematian jika tidak segera ditangani. Pemberian ASI eksklusif pada balita yang kurang baik dapat menimbulkan diare. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Hubungan PraktikPemberian ASI eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi 6-7 Bulan di Kelurahan Tlogosari Wetan?.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Study Deskriptif Praktik Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi 6-7 Bulan di Kelurahan Tlogsari Wetan 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi praktik pemberian ASI eksklusi b. Mengidentifikasi praktik pemberian MP ASI c. Mengidentifikasi praktik pemberian tanpa ASI d. Menganalisis hubungan praktik pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare e. Menganalisis hubungan tanpa pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Sebagai bahan masukan bagi puskesmas tlogosari wetan dalam memberikan pelayanan yang tepat pada ibu dan balita 2. Bagi institusi pendidikan Diharapkan dapat memberikan data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut dan menggambarkan praktik pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare sehingga dapat menjadi bahan untuk pengembangan ilmu dan pelayanan kesehatan khususnya pada ibu dan anak. 3. Bagi Perawat Memberikan informasi tentang gambaran praktik pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare sehingga dapat membantu perawat dalam menentukan strategi koping untuk mengatasi masalah praktk pemberian Asi yang benar sehingga tidak terjadi diare 4. Bagi Para Ibu Memberikan informasi tentang pemberian ASI secara benar agar tidak terjadi diare. 5. Bagi Peneliti Menjadi pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian yang baik dan benar sehingga menjadi landasan dan motivasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.
E. Bidang Ilmu Penelitian ini dilakukan dalam bidang keperawatan dan kesehatan yaitu pada keperawatan anak F. Originalitas Penelitian No Peneliti Tahun Judul Penelitian Jenis Penelitian 1. Diah Arini 2012 Hubungan Pola Jenis pemberian ASI penelitian ini dengan menggunakan frekuensi analitik kejadian diare observasional dan Ispa pada dengan anak di wilayah rancangan puskesmas cross Balongpanggang sectional Gresik 2. Atika, 2009 Hubungan Menggunakan S.Si,M.kes pemberian ASI cross ekslusif dengan sectional kejadian diare dengan pada anak usia pendekatan 6-23 bulan di point time desa sumberporong kecamatan lawang, kabupaten malang Hasil Hasil analisis pada variabel pemberian MP- ASI 6 bulan pada anak kejadian diare terjadi peningkatan menunjukkan p=0,013 Di dapat analisis chi&ndash square menggunakan SPSS 13 dengan hasil X2 sebesar 0,1217 pada α=0.05
3. Nabilla 2011 Hubungan pemberian ASI eksklusif tehadap kejadian diare pada bayi 0-6 bulan di kecamatan duren sawit jakarta timur Menggunakan desain penelitian cross sectional melaui studi retrospektif Anallisis chi square menunjukkan ada hubungan pemberian ASI eksklusif terhadapkejadian diare dengan hasil signifikansi 0,002 dengan kemaknaan (p<0.05) 4. Yuli Wijayanti 2013 Praktik Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian diare Pada Bayi 6-7 Bulan di Kelurahan Tlogosari Wetan Menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional deskriptive correlation