BAB I PENDAHULUAN. masyarakat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara. Republik Indonesia Tahun 1945.Untuk mewujudkan kesejahteraan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016. PROSES PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN Oleh : Naomi Meriam Walewangko 2

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Sebagai warga negara Indonesia di dalam sebuah negara hukum,

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

FUNGSI SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN DITINJAU DARI KETENTUAN PASAL 15 UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

Imma Indra Dewi Windajani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB III METODE PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. kerja baik antara pelanggan/klien (customer) dengan pengusaha jasa

III. METODE PENELITIAN. dirumuskan dengan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup adalah dengan mengembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR PENERIMA JAMINAN HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH. Oleh Rizki Kurniawan

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

LEMBARAN-NEGARA Republik Indonesia No.42 Tahun 1996

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang.salah satunya dalam bidang pembangunan ekonomi.pembangunan ini merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang berfungsi untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Untuk mewujudkan kesejahteraan dan memelihara kesinambungan pembangunan tersebut, pemerintah ataupun masyarakat memerlukan dana yang cukup besar. Untuk itu, seringkali masyarakat maupun pemerintah baik sebagai orang perseorangan ataupun badan hukum memperolehnya melalui kegiatan pengkreditan. Mengingat pentingnya kedudukan dana pengkreditan tersebut dalam proses pembangunan, sudah semestinya jika pemberi dan penerima kredit serta pihak lain yang terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan yang dapat pula memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang berkepentingan. 1 Salah satu objek yang dapat diterima sebagai jaminan pengkreditan adalah tanah.bagi manusia, tanah merupakan hal yang sangat esensial dan menempati posisi yang sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, baik sebagai tempat tinggal, melakukan kegiatan usaha atau untuk hal-hal penting 1 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah, (Djambatan : Jakarta), 2000, hlm 173.

lainnya. Tanah dari waktu kewaktu semakin memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, sehingga pelaku usaha melihat kondisi yang demikian menjadikan tanah sebagai kegiatan penambahan modal dan keuntungan usaha. 2 Berkaitan dengan itu, maka tanah yang sangat penting tersebut memiliki kompleksnya masalah yang dapat menghambat proses pembangunan yang sedang berjalan. Untuk menghindari hal tersebut, salah satu langkah yang dilakukan adalah pembaharuan Hukum Pertanahan Indonesia dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah (UU No. 4 Tahun 1996). Keberadaan Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari Pasal 51 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, sehingga hak tanggungan dapat dibebankan pada hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai sebagai hak yang wajib didaftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindah tangankan dan dapat dibebani hak tanggungan. Lahirnya hak tanggungan setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tersebut merupakan satu-satunya lembaga hak jaminan atas tanah dalam hukum tanah nasional yang tertulis. Kehadiran Lembaga Hak Tanggungan ini dimaksudkan sebagai pengganti dari hypotheek (hipotek) sebagaimana diatur dalam buku II Kitab Undang- 2 Irwan Soerodjo,Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, (Arloka: Surabaya), 2003, hlm59-60.

Undang Hukum Perdata Indonesia sepanjang mengenai tanah, dan creditverband yang diatur dalam Staatblad 1908-542 yang telah diubah dengan Staatblad 1937-190, berdasarkan Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1960. 3 Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada Hak Atas Tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan tertentu terhadap kreditur-kreditur lain (Pasal 1 UU nomor 4 Tahun 1996). Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hak tangggungan memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. 4 Hal ini dapat diartikan bahwa keberadaan hak tanggungan memberikan pelindungan dan kedudukan yang istimewa kepada kreditur tertentu.maksud dari kreditur diutamakan dari kreditur lainnya yaitu apabila debitur cidera janji, kreditur pemegang Hak Tanggungan dapat menjual melalui pelelangan umum tanah untuk pelunasan utang debitur. Kedudukan diutamakan tersebut tentu tidak mempengaruhi pelunasan utang debitur terhadap kreditur-kreditur lainnya, keistimewaan inilah yang dibutuhkan oleh pihak kreditur (Bank) karena dapat dengan mudah melakukan pengeksekusian terhadap obyek jaminan, apabila debitur lalai atau tidak melakukan apa yang telah dijanjikannya atau dapat disebut juga dengan wanprestasi. 3 Supriadi, Hukum Agraria, (Sinar Grafika: Jakarta), 2012, hlm 172. 4 Ibid., hlm 174.

Pada dasarnya keberadaan Hak Tanggungan ditentukan melalui pemenuhan tata cara pembebanannya yang meliputi dua tahap kegiatan, yaitu: 5 1. Tahap pemberian Hak Tanggungan dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) sebelumnya telah dibuat perjanjian utang piutang yang menjadi dasar dari Hak Tanggungan ini (Pasal 8 ayat 1 Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996). 2. Tahap pendaftaran oleh kantor pertanahan, pendaftaran ini adalah penting karena membuktikan saat lahirnya hak tanggungan yang dibebankan. Bahwa untuk memperoleh kepastian mengenai saat pendaftaran maka ditentukan bahwa selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah penandatanganan akta pemberian hak tanggungan dan penerimaan surat-surat yang diperlukan untuk pendaftaran tersebut secara lengkap oleh kantor pertanahan. Apabila hari ketujuh jatuh pada hari libur, maka dihitung hari kerja berikutnya. Pembebanan Hak Atas Tanah atau Hak Tanggungan merupakan hak jaminan pembayaran utang tertentu yang dibebankan atas hak atas tanah dari debitur kepada kreditur dengan menggunakan akta otentik. Sebagaimana yang diketahui bahwa akta merupakan alat yang dijadikan sebagai suatu pembuktian bagi masyarakat Indonesia dalam mengadakan suatu transaksi atau perjanjian. Pada masa kebutuhan terhadap akta sebagai alat bukti belum begitu menonjol, masyarakat lebih dominan menggunakan saksi sebagai alat pembuktiannya, akan tetapi seiring berjalannya waktu, ditemukan kelemahankelemahan dalam peranan saksi tesebut. Contohnya saja apabila saksi tersebut meninggal dunia atau sebagainya.oleh karena itu pada saat sekarang, masyarakat Indonesia lebih memilih akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat 5 J, Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, (citra Aditya Bakti : Bandung), 2002, hlm 10.

Akta Tanah (PPAT) sebagai alat pembuktiannya karena jaminan keamanannya lebih tinggi. Pejabat pembuat akta tanah merupakan pejabat umum yang memilik hak dan kewenangan atas pembuatan suatu akta pemindahan hak, baik hak atas atas tanah maupun akta lainnya yang bentuk aktanya ditetapkan sebagai bukti atas suatu perbuatan hukum tertentu mengenai tanah yang berada di dalam lingkup daerahnya masing-masing.dengan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa setiap akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah akta otentik. Sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah penandatanganan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT), PPAT wajib mengirimkan APHT yang bersangkutan beserta berkas-berkas penting lainnya yang diperlukan kepada Kantor Pertanahan. Pendaftaran Hak Tanggungan dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan membuat Buku Tanah Hak Tanggungan dan mencatatnya dalam Buku Tanah Hak Atas Tanah yang menjadi obyek Hak Tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada Sertifikat Hak Atas Tanah yang bersangkutan. Pejabat Pembuat Akta Tanah mempuyai hak-hak dan kewajiban yang harus ditaati.pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) mempunyai standar pelayanan yang harus ditaati oleh seorang profesional dan apabila standar profesional tersebut dilanggar maka Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi.sanksi-sanksi tersebut dapat berupa pidana, administratif, maupun perdata. Dengan adanya sanksi-sanksi tersebut, seharusnya pejabat yang berwenang tidak akan melakukan pelanggaran-pelanggaran yang akan merugikan dirinya sendiri. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang melakukan pelanggaranpelangaran tersebut. Seperti halnya pendaftaran Hak Tanggungan yang memiliki batas waktu yakni tujuh hari kerja setelah penandatanganan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT), masih saja ada Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang melanggar hal tersebut walaupun terlambat sehari atau dua hari. Berdasarkan keterangan dari pegawai di salah satu kantor PPAT di Kota Padang, menyatakan pernah (walaupun jarang terjadi) melakukan Pendaftaran Akta Hak Tanggungan lewat dari batas yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 (didaftarkan selama 7 hari kerja setelah penandatanganan akta pemberian hak tanggungan). 6 Begitu pula menurut keterangan dari salah satu pegawai di Kantor Pertanahan Kota Padang, menyatakan bahwa, masih saja ada Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang melalaikan tanggung jawabnya dalam melaksanakan pendaftaran Hak Tanggungan yang lewat waktu, yakni melebihi 7 (tujuh ) hari kerja. Namun pada ke- nyataannya saat ini, kantor pertanahan Kota Padang masih mentolerir pendaftaran hak tanggungan yang lewat waktu walaupun terlambat sehari atau Januari 2016) 6 Masfera Rahmi, Wawancara Pribadi, PPAT Beatrix Benni, Di Kota Padang (Tgl 4

dua hari, dimana ketentuan ini melanggar pasal 13 ayat (2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan. Oleh karena itu penulis tertarik mengangkat hal ini sebagai tugas terakhir yang berjudul Pendaftaran Hak Tanggungan Untuk Kepastian Hukum Jaminan Kredit Perbankan Di Kota Padang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana proses pendaftaran Hak Tangungan sebagai Jaminan Kredit Perbankan di Kota Padang. 2. Bagaimana tindakan Kantor Pertanahan Kota Padang terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah yang terlambat mendaftarkan Akta Pemberian Hak Tanggungan. 3. Bagaimana penegakan sanksi administratif terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang terlambat mendaftarkan Hak Tanggungan pada Kantor Pertanahan Kota Padang. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian dan penulisan ini adalah : 1. Untuk mengetahui proses Pendaftaran Hak Tanggungan sebagai jaminan kredit Perbankan di Kota Padang.

2. Untuk mengetahui tindakan Kantor Pertanahan Kota Padang terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah yang terlambat mendaftarkan Akta Pemberian Hak Tanggungan. 3. Untuk mengetahui penegakan sanksi administrasi terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang terlambat mendaftarkan Hak Tanggungan pada Kantor Pertanahan Kota Padang. D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu : 1. Secara Teoritis a. Melatih kemampuan penulis melakukan penelitian secara ilmiah dan sekaligus menuangkan hasil penelitian tersebut ke dalam bentuk tulisan. b. Untuk memperkaya khasanah Ilmu Hukum, serta dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan dan dapat berlatih dalam melakukan penelitian yang baik. c. Dan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjelaskan bagaimana proses Pendaftaran Hak Tanggungan sebagai jaminan kredit Perbankan di Kota Padang, dan bagaimanatindakan Kantor Pertanahan Kota Padang terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang terlambat mendaftarkan Akta Pemberian Hak Tanggungan serta dapat menjelaskan bagaimana penegakan sanksi administrasi terhadap

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang terlambat mendaftarkan Hak Tanggungan pada Kantor Pertanahan Kota Padang. 2. Secara Praktis Memberikan kontribusi serta manfaat bagi individu, masyarakat maupun pihak-pihak yang berkepentingan dalam menambah pengetahuan mengenai pendaftaran Hak Tanggungan terutama yang menyangkut tentang Pendaftaran Hak Tanggungan Untuk Kepastian Hukum Jaminan Kredit Perbankan Di Kota Padang. E. Metode Penelitian Guna memperoleh data yang kongkrit, maka penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan Yuridis-Sosiologis atau pendekatan Empiris yaitu suatu pendekatan yang dilakukan untuk menganalisis tentang sejauh manakah suatu Peraturan Perundang- Undangan atau hukum yang sedang berlaku efektif. 7 Metode pendekaan ini merupakan metode penelitian dimana peneliti harus berhadapan dengan warga masyarakat yang menjadi objek penelitian sehingga banyak peraturan-peraturan yang tidak tertulis berlaku dalam masyarakat, khususnya dalam hal pendaftaran hak tanggungan yang lewat waktu di Kantor Pertanahan Kota Padang. Dengan kata lain, pendekatan Yuridis- hlm 52. 7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Universitas Indonesia:Jakarta), 1982,

Sosiologis akan melihat bagaimana penerapan hukum dalam permasalahan yang akan diteliti. 2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat Deskriptif Analisis, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan secara menyeluruh dan sistematis objek dari pokok permasalahan.pada penelitian ini penulis menggambarkan dan menguraikan keadaan maupun fakta yang ada secara jelas diuraikan secara sistematis terkait permasalahan diatas. 3. Jenis dan Sumber Data Karena penelitian ini adalah penelitian Yuridis-Sosiologis, dimana data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer, disamping itu juga dipergunakan data sekunder yang dikumpulkan sebelumnya. a. Data Primer Data primer merupakan data yang langsung diperoleh melalui studi di lapangan, yang meliputi terapan dari ketentuan normatif terhadap suatu peristiwa hukum, dengan melalui wawancara dengan responden yang terlibat secara langsung dalam proses pendaftaran Hak Tanggungan untuk kepastian hukum jaminan kredit Perbankan yang telah ditentukan oleh Undang-Undang di Kota Padang. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui proses pengumpulan data baik melalui penelusuran atas Peraturan Perundang-Undangan,

dokumen atau literatur-literatur yang erat kaintannya dengan permasalahan yang akan diteliti. Sumber data sekunder dalam penelitian ini utamanya adalah bahan hukum yang terdiri dari : 1) Bahan hukum primer, meliputi bahan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat yang mencakup Perundang-Undangan yang berlaku yang ada kaitannya dengan permasalahan diatas. Adapun peraturan yang dipergunakan adalah : a. Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 tahun 1960, b. Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 tahun 1996, c. Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 d. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik f. Peraturan Menteri Agraria /Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan. 2) Bahan hukum sekunder, bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer yang meliputi : a. Buku-buku atau literatur-literatur yang erat kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti. b. Dokumen-dokumen yang erat kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti. 3) Bahan hukum tersier, bahan hukum tersier adalah petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum

sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan sebagainya. 4. Alat/Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, disini penulis menggunakan teknik : a. Wawancara Adalah situasi peran antar pribadi bertatap-muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seseorang responden. 8 Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui wawancara semi terstruktur (semi structured interview) dengan menggunakan pedoman wawancara (interview sguidance) untuk menggali sebanyakbanyaknya informasi yang diperoleh dari responden tersebut. Adapun yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Pihak dari Kantor Pertanahan Kota Padang, Salah Satu Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di Kota Padang, dan Bank Nagari Padang. b. Studi Dokumen Adalah dengan mempelajari dokumen-dokumen berupa data tertulis mengenai permasalahan yang akan diteliti. Studi dokumen bagi peneliti hukum meliputi studi bahan-bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Setiap bahan hukum ini harus diperiksa ulang validitas dan 8 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengatar Metode Penelitian Hukum, (Raja Grafindo Persada:Jakarta), 2008, hlm 82.

rehabilitasnya, sebab, hal ini sangat menentukan hasil suatu penelitian. 9 5. Analisis Data Dari bahan atau data-data yang diperoleh melalui data primer dan data sekunder tidak semuanya dimasukkan kedalam hasil penelitian, akan tetapi terlebih dahulu dipilih data yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti kemudian dituangkan dalam bentuk logis dan sistematis, sehingga diperoleh data yang lebih terstruktur. Untuk menganalisa data yang diperoleh, kemudian dianalisis secara kualitatif, yaitu analisis terhadap data-data untuk mengasilkan data yang tersusun secara sistematis berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan, pendapat para ahli dan hasil penelitian penulis. 9 Ibid., hlm 68.