BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang. Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 (empat) yaitu, melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT CITA DEWI COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

kredit dari dana-dana yang di peroleh melalui perjanjian kredit. dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. lembaga penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Bank selaku badan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tergiur untuk memilikinya meskipun secara financial dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

ASPEK HUKUM JAMINAN DALAM PERJANJIAN PINJAM- MEMINJAM UANG ATAU KREDIT. (Studi Kasus Koperasi KPRI Guru Sekolah Dasar di Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. satu perolehan dana yang dapat digunakan masyarakat adalah mengajukan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diakses pada tanggal 11 Agustus 2009 pukul WIB.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. disertai oleh kebutuhan manusia yang semakin meningkat,sehingga. Nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan

Disusun dan. Oleh : SEPTIAN C

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Didalam perkembangan dunia yang sangat pesat ini mencakup didalamnya. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang keseluruhan bagiannya meliputi aspek kehidupan masyarakat, dalam hal ini dapat dikatakan merupakan tugas pemerintah untuk melaksanakan tujuan pembagunan nasional yang tercantum dalam Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka memelihara kesinambungan pembangunan tersebut yang para pelakunya meliputi baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang perorangan dan badan hukum, sangat diperlukan dana dalam jumlah yang besar. Berkaitan dengan upaya peningkatan perekonomian masyarakat, maka perlu dilaksanakannya program-program yang dapat meningkatkan taraf hidup masyrakat. Salah satu program tersebut adalah pemberian kredit kepada 1

2 masyarakat sehingga dapat memperkuat permodalan yang nantinya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat pada umumnya. Bank adalah lembaga keuangan yang diperlukan untuk memberikan dana berupa pinjaman kepada masyarakat untuk dapat memperkuat modal masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang perbankan, Fungsi utama bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Dari ketentuan tersebut dapat terlihat bahwa fungsi utama bank sebagai perantara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of founds) dengan pihak yang kekurangan dan memerlukan dana 1. Sektor Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam membiayai berbagai kegiatan usaha yang proaktif melalui kegiatan perkreditan perbankan. Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak 1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta : Kencana, 2005, Hal. 19.

3 peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga. Berdasarkan pengertian di atas tersebut, maka dapat diperinci dan dijelaskan unsur-unsur kredit adalah sebagai berikut : 2 1. Penyediaan uang sebagai hutang oleh pihak bank. 2. Tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang bagi pembiayaan, misalnya: pembiayaan pembuatan rumah,pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor. 3. Kewajiban pihak peminjam melunasi hutangnya menurut jangka waktu, disertai pembayaran bunga. 4. Berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam dengan persyaratan yang telah disepakati bersama. Dalam kehidupan manusia terutama dalam hubungan dagang atau transaksi antara seseorang, kepercayaan adalah salah satu syarat utama. Hanya orang yang dapat dipercaya yang dapat diajak untuk mengadakan suatu perjanjian, artinya masing-masing pihak akan memenuhi hak dan kewajibannya sesuai yang telah disepakati. Demikian juga dalam hal perkreditan perbankan hanya pihak yang dapat dipercaya sajalah yang dapat memperoleh pinjaman dari kreditur bank, orang yang mendapat pinjaman dari bank adalah orang yang dapat dipercaya, dalam arti orang tersebut akan mampu dan mau untuk mengembalikan pinjaman tepat waktu disertai imbalan berupa bunga. Orang yang tidak 2 Abdulkadir Muhamad, Segi Hukum Lembaga keuangan dan Pembiayaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 82.

4 mampu untuk mengembalikan pinjaman karena menyalahgunakan pinjaman itu diluar tujuannya maka orang itu tidak dipercaya. Apabila Bank menerima permohonan kredit dari nasabah bank ataupun pihak lainnya, maka bank perlu melakukan analisis terlebih dahulu terhadap permohonan kredit tersebut, analisis yang dilakukan bank tersebut meliputi: 3 1. Character (watak); 2. Capacity (kemampuan); 3. Capital (modal); 4. Collateral (jaminan); 5. Condition (keadaan). Jaminan meliputi jaminan yang sifatnya material berupa barang atau benda baik yang sifatnya bergerak atau tidak bergerak dan jaminan immaterial yang merupakan jaminan fisik yang tidak dapat dikuasai langsung oleh bank misalnya jaminan pribadi, garansi bank ataupun jaminan perusahaan. Fungsi jaminan itu sendiri memberikan hak dan kekuasaan kepada bank selaku kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari barang-barang jaminan tersebut bilamana debitur wanprestasi atau kredit bermasalah. Pengertian wanprestasi adalah apabila si berhutang (debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikan, maka ia melakukan wanprestasi, ia alpa atau ingkar janji, atau melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya. 4 3 Ibid., hlm.62 4 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT Intermasa, 1998, hlm. 45.

5 Lembaga jaminan mempunyai tempat yang sangat penting dalam kegiatan perkreditan, dan penyempurnaan Hukum Jaminan yang telah ada, seperti telah diaturnya lembaga jaminan untuk benda-benda bergerak yang telah diatur dalam Undang-undang No 42 Tahun 1999 tentang Fidusia dan lembaga jaminan untuk benda-benda tidak bergerak seperti tanah dan benda benda yang berkaitan dengan tanah dalam Undang-undang No. 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan. Jaminan adalah sesuatu yang diberikan debitur kepada kreditur untuk memberikan keyakinan kepada kreditur bahwa debitur akan membayar hutangnya sesuai dengan yang di perjanjikan. 5 Sebelum memberikan fasilitas kredit, Bank dan calon debitur mengawalinya dengan mengadakan perjanjian kredit atau perjanjian utangpiutang. Selanjutnya terhadap benda bergerak yang dijadikan sebagai agunan akan dibuat perjanjian jaminan fidusia. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang dimaksud dengan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya. Oleh Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan perjanjian kredit adalah keadaan dimana debitur lalai untuk melakukan kewajibannya atau yang 5 Hartono Hadisaputro, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Jaminan, Yogyakarta: Liberty, 1986, Hal. 31

6 biasanya disebut wanprestasi. Fakta yang sering kali terjadi dilapangan adalah debitur terlambat dalam melakukan pembayaran baik cicilan maupun bunga. Oleh karena itu setiap pemberian kredit yang disalurkan oleh bank, dalam prakteknya bank selalu meminta kepada nasabah debitur untuk menyerahkan jaminan, guna keamanan dalam pengembalian kredit tersebut. Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. Hal ini disebabkan oleh : a. Error Omission (EO) Timbulnya kredit macet yang ditimbulkan oleh adanya unsur kesengajaan untuk melanggar kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. b. Error Commusion Timbulnya kredit macet karena memanfaatkan lemahnya peraturan atau ketentuan yaitu memang belum ada atau sudah ada, tetapi tidak jelas 6. Jaminan fidusia harus didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia, dengan didaftarkanya objek jaminan fidusia, maka lahirlah sertifikat jaminan fidusia. Bank sebagai kreditur menjadi kreditur preference, yaitu mempunyai hak untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia mandahului kreditur-kreditur sebab itu keberadaan agunan sebagai objek jaminan fidusia akan memberi kepastian hukum bagi kreditur dalam hal debitur wanprestasi. 6 http://syopian.net/blog/?p=700, hari selasa tanggal 26 Oktober 2010, pukul 10.00

7 Sertifikat jaminan fidusia mengadung parate eksekusi, dalam hal debitur wanprestasi terhadap perjanjian pokok yaitu perjanjian kredit atau perjanjian utang piutang, bank memiliki kewenangan untuk mengeksekusi agunan objek fidusia diluar campur tangan Pengadilan. 7 Undang-Undang Perbankan tidak cukup akomodatif untuk mengatur masalah kredit macet. Hal ini terbukti dari: a) UU Perbankan No.7 Tahun 1992 tidak cukup banyak pasal yang mengatur tentang kredit macet; b) UU Perbankan No.7 Tahun 1992 tidak mengatur jalan keluar dan langkah yang ditempuh perbankan menghadapi kredit macet; c) UU Perbankan No.7 Tahun 1992 tidak menunjuk lembaga mana yang menangani kredit macet, dan sejauh mana keterlibatannya, dan d) UU Perbankan No.7 Tahun 1992 tidak memberikan tempat yang cukup baik kepada komisaris bank sebagai badan pengawas 8. Pihak kreditur dalam mengambil jaminan kredit tidak boleh melakukan pemaksaan karena hal tersebut merupakan tindakan melawan hukum. Oleh karena itu masalah kredit macet memerlukan penyelesaian yang bijaksana dimana para pihak tidak merasa dirugikan. PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Klaten dalam melakukan usaha perbankan, menghadapi masalah dengan adanya debitur yang wanprestasi, sehingga Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Klaten harus melakukan upaya dalam menyelesaikan kredit bermasalah atau kredit macet. 7 J. Satrio, 2007, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 199. 8 http://id.shvoong.com/law-and-politics/1811061-upaya-hukum-penyelesaian-kredit-macet, pada hari selasa tanggal 26 Oktober 2010, pukul 09.55 WIB.

8 Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan mengadakan suatu penelitian hukum di Bank Rakyat Indonesia kantor cabang klaten. Melalui penulisan hukum ini penulis akan melakukan penelitian hukum dengan judul Upaya Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia Di Bank Rakyat Indonesia Cabang Klaten. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, rumusan masalah penulisan hukum atau skripsi ini adalah : Bagaimana Upaya Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia Di Bank Rakyat Indonesia Cabang Klaten? C. Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya hukum dalam menyelesaikan kredit macet dengan jaminan fidusia di Bank Rakyat Indonesia Cabang Klaten. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Jaminan, tentang perjanjian kredit dengan jaminan fidusia. 2. Praktis a. Bagi perumus Peraturan Perundang-undangan, hasil penelitian ini bermanfaat memberikan masukan dalam rangka menilai isi peraturan perundang undangan yang berlaku saat ini. Saran dan penilaian

9 terhadap isi peraturan perundang-undangan tersebut selanjutnya dapat dijadikan masukan apabila akan dilakukan revisi peraturan perundang undangan. b. Bagi pemberi kredit atau kreditur, agar dapat menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit kepada nasabah serta melaksanakan prinsip penyaluran kredit yaitu Character (sifat atau kepribadian Debitur), Capasity (Kemampuan Debitur mengembalikan pinjaman), Capital (Modal awal yang dimiliki oleh Debitur), Condition of Economic (berupa mikro yaitu kondisi ekonomi secara nasioanal dan makro yaitu kondisi ekonomi dari Debitur), dan Collateral (Agunan) supaya kredit yang diberikan dapat kembali. c. Bagi penerima kredit atau debitur, agar dapat mengetahui upaya hukum penyelesaian kredit macet dengan jaminan fidusia. d. Bagi Penulis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam kegiatan penelitian dan permasalahan yang akan diteliti serta sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum. E. Keaslian Penelitian Penulisan hukum (skripsi) yang berjudul, Upaya Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia Di Bank Rakyat Indonesia Cabang Klaten merupakan hasil karya asli bukan merupakan duplikasi maupun plagiasi dari hasil karya peneliti lain.apabila dikemudian

10 hari ditemukan karya yang sejenis, maka penulisan hukum skripsi ini merupakan pelengkap dari penelitian terdahulu. F. Batasan Konsep 1. Upaya hukum adalah usaha untuk mancapai sesuatu maksud atau memecahkan persoalan,mencari jalan keluar sesuai peraturan yang berlaku. 2. Kredit Macet adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya tidak dapat dilunasi lebih dari 2 masa angsuran ditambah 21 bulan,atau penyelesaian kredit telah diserahkan kepada pengadilan atau telah diajukan ganti rugi kepada Perusahaan Asuransi Kredit,dengan demikian kredit macet merupakan kredit bermasalah,akan tetapi kredit bermasalah belum seluruhnya merupakan kredit macet. 9 3. Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak,baik berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia,sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu,yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada pemberi fidusia terhadap kreditur lainnya. 4. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 9 Hasanuddin Rahman, op. cit., hlm. 120.

11 G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang titik fokusnya pada perilaku masyarakat hukum yang hasilnya berupa fakta sosial. Penelitian hukum empiris dalam penalarannya menggunakan penalaran induksi yaitu metode penalaran yang ditarik dari peraturan hukum yang khusus kedalam kesimpulan hukum yang lebih umum. Penelitian hukum empiris menggunakan data primer yang digunakan sebagai data utama dan data sekunder yang berupa bahan hukum digunakan sebagai pendukung. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan responden sebagai sumber utama. 2. Sumber Data Dalam penelitian hukum empiris ini,data yang diperlukan adalah data primer sebagai sumber data utama disamping data sekunder yang berupa bahan hukum sebagai sumber data pendukung. a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama 10 atau data yang diperoleh secara langsung dari responden tentang obyek yang sedang diteliti.data ini dapat diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada responden. Data primer terbagi atas : 10 Amirudin,SH.,M.Hum dan H. Zanial Asikin,SH.,S,U., Pengantar Metode Penelitian Hukum,P.T Raja Grafindo Persada,Jakarta,2004,hlm.30.

12 1) Lokasi penelitian Lokasi penelitian dalam penulisan ini adalah bertempat di Bank Rakyat Indonesia kantor cabang klaten. 2) Responden Responden adalah subyek yang memberikan jawaban pertanyaan dalam penelitian. Pada penelitian hukum ini, yang menjadi responden adalah Direktur pada PT.BRI Cabang Klaten dan Kepala Bagian Kredit pada PT.BRI Cabang Klaten. b. Data sekunder adalah merupakan data yang diperoleh dari bahan hukum primer yang meliputi peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekunder yang meliputi pendapat para ahli hukum,buku-buku dan sebagainya. 1) Bahan hukum primer Bahan hukum primer terdiri dari norma hukum positif yang penulis pergunakan yaitu : a) Kitab Undang-undang Hukum Perdata. b) Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. c) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. d) UU Perbankan No.7 Tahun 1992.

13 2) Metode Analisis a) Analisis terhadap data primer Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif yaitu metode analisis data yang diperoleh dari jawaban-jawaban hasil wawancara dan studi pustaka dengan responden yang berupa suatu kalimat yang tersusun secara sistematis dan logis kemudian disajikan dengan metode induktif. Metode induktif adalah cara berpikir yang bertolak dari suatu pengetahuan yang bersifat khusus, kemudian diambil dari suatu kesimpulan yang bersifat umum. Analisis penulis terhadap data empiris akan diperoleh dari penelitian di lokasi penelitian tentang upaya hukum apa yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia Cabang Klaten dalam menangani kredit macet dengan jaminan fidusia. b) Analisis terhadap data sekunder (1) Bahan Hukum Primer Berupa Hukum Positif Analisis bahan hukum primer dilakukan dengan deskripsi Hukum Positif. Penelitian ini melakukan deskripsi terhadap isi dan stuktur dari beberapa hukum positif yang berkaitan dengan penyelesaian kredit macet dengan jaminan fidusia yaitu Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Undang-Undang Nomor 42

14 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, UU Perbankan No.7 Tahun 1992. (2) Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai intelektual yang tinggi. 11 Berupa pendapat ahli hukum, buku-buku, artikel, atau website, yang dapat memberikan pengertian terhadap penelitian penulis.dalam pengertian tersebut di cari adanya persamaan atau perbedaan pendapat yang berguna untuk membantu penulis dalam mendapatkan pengertian hukum. H. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Pada Bab I ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Batasan Konsep, Metode yang digunakan dalam penulisan hukum ini dan juga sistematika penulisan hukum ini. 11 Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki,SH.,MS.,LLM, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, hlm.142.

15 Bab II : Pembahasan Dalam bab ini dibagi menjadi beberapa sub bab. Sub bab pertama adalah mengenai tinjauan umum tentang upaya hukum yang dibagi menjadi 2 sub bab bahasan yaitu pengertian upaya dan pengertian hukum. Pada sub bab kedua membahas tentang tinjauan umum tentang perjanjian kredit yang terbagi menjadi pengertian perjanjian,subyek dalam perjanjian, jenis perjanjian, asas-asas umum perjanjian, syarat sahnya perjanjian, pengertian kredit, unsur-unsur kredit. Sub bab ketiga membahas tentang tinjauan umum pengertian kredit macet. Sub bab keempat membahas tentang tinjauan umum tentang jaminan fidusia yang terbagi menjadi pengertian jaminan fidusia, sifat jaminan fidusia, obyek jaminan fidusia, hapusnya jaminan fidusia. Sub bab kelima membahas tentang tinjauan umum tentang bank yang terbagi menjadi pengertian bank dan tugas bank. Sub bab keenam membahas tentang hasil penelitian yang terbagi menjadi sejarah pendirian Bank Rakyat Indonesia, visi dan misi Bank Rakyat Indonesia, Prosedur dan pelaksanaan pemberian kredit pada Bank Rakyat Indonesia, upaya hukum dalam dalam menyelesaikan kredit macet dengan jaminan fidusia di Bank Rakyat Indonesia.

16 Bab III : Kesimpulan dan saran Dalam bab ini menguraikan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan rumusan masalah, dan saran untuk penyelesaian permasalahan yang muncul.