*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

dokumen-dokumen yang mirip
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: ISPA, Pengetahuan Ibu, ASI Eksklusif, Merokok, Jenis Bahan Bakar Memasak

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Indramayu

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU (di Wilayah Kerja Puskesmas Legokjawa Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis)

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

Healthy Tadulako Journal (Enggar: 57-63) 57

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

Hubungan Antara Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sario Kecamatan Sario Kota Manado

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

Kata Kunci: anak, ISPA, status gizi, merokok, ASI, kepadatan hunian

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

Keywords : House physical condition, Child under five years old, Acute Respiratory Infection

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI (0-12 BULAN) (STUDI KASUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Purnama Sinaga 1, Zulhaida Lubis 2, Mhd Arifin Siregar 3

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tertinggi terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun. (Kemenkes RI, 2013).

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA KALINAUN KABUPATEN MINAHASA UTARA. Mega Rossita Togelang*, Finny Warouw*, Woodford B.S. Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas. ISPA merupakan penyakit infeksi yang paling sering dijumpai pada masyarakat. Balita merupakan kelompok umur yang sangat rentan terkena penyakit ISPA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Kalinaun Kabupaten Minahasa Utara. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2018. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total populasi balita di desa Kalinaun. Analisis data menggunakan uji Chi Square dengan CI=95% dan α=0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Kondisi Ventilasi (p=0.001) dan Kondisi Lantai Rumah (p=0.045) memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada Balita. Sedangkan variabel Kondisi Dinding Rumah (p=0.528) tidak berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita. Kata Kunci: Kondis Fisik Rumah, Kejadian Penyakit ISPA pada Balita ABSTRACT Acute Respiratory Infection (ARI) is an acute infectious disease that attack one or more of the respiratory tract. ARI is a most common infectious disease in the society. Toddler is a group of ages that is very susceptible to ARI disease. This research was done to discover the correlations between the house physical condition and houseold income level with ARI on toddlers in Kalinaun villages North Minahasa district. The research type is Analitycal observational with Cross Sectional Study research design, and conducted from Marchto July 2018. The sample that used in this research are the number of toddler populations in Kalinaun in March 2018. The data analitycal used Chi Square test with CI=95% and α=0.05. The results showed that the variable of ventilation conditions and the conditions of the floor of the house has a relationship with the incidence of ARI in infants. While the variable condition of the wall of the house is not related to the inciden of ARI in toddlers. Key Words: physical condition of the house, incidence of ARI disease in infan PENDAHULUAN Kejadian ISPA dinegara berkembang 30-70 kali lebih tinggi dari negara maju, dan diduga 20% dari bayi yang lahir dinegara berkembang gagal mencapai usia 5 tahun dan 26-30% dari kematian anak disebabkan oleh ISPA dan dinegara berkembang ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh ±4 juta anak balita setiap tahun (WHO, 2007). ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi dan rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak. Namun demikian, pathogen yang paling sering menyebabkan ISPA adalah virus, atau infeksi gabungan virus-bakeri. Sementara itu, ancaman ISPA akibat organisme baru yang dapat menimbulkan epidemi atau pandemi memerlukan tindakan pencegahan dan kesiapan khusus (WHO, 2017). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, prevalensi ISPA di Indonesia sekitar 25,5% dengan prevalensi tertinggi terjadi pada bayi berusia 2 tahun (>35%). Prevalensi penderita ISPA adalah 9,4% (Depkes, 2012). Berdasarkan data dari Penanggulangan Penyakit (P2) program ISPA, cakupan penderita ISPA melampaui target 16,534 kasus yaitu sebesar 18,749 kasus (13,4%) (Kemenkes RI, 2012). 1

ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama pada balita. Laporan Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa penyakit ISPA mempunyai gejala yang diawali dengan panas disertai salah satuatau lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Profil kesehatan Indonesia tahun 2014, menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi mengalami penurunan Period Prevalencepneumonia pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007. Menurut umur, Period Prevalence Pneumonia tertinggi terjadi pada kelompok umur balita terutama usia < 1 tahun. Menurut daerah tempat tinggal, Period Prevalence dipedesaan (2,0%) lebih tinggi dibandingkan diperkotaan (1,6%). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA terbagi menjadi 2 bagian, yaitu faktor instrinksik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir rendah (BBLR), status imunisasi, pemberian ASI, dan pemberian vitamin. Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, ventilasi, asap rokok, serta faktor ibu baik pendidikan, umur, maupun pengetahuan ibu (Depkes, 2009). Berdasarkan laporan 10 penyakit tertinggi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara tahun 2015 menunjukan bahwa penyakit ISPA menduduki peringkat teratas dari distribusi jenis penyakit yang ada di Minahasa Utara dengan jumlah kasus sebanyak 46.731 (Profil Dinkes Minut, 2017). Puskesmas Likupang merupakan bagian dari wilayah Minahasa Utara yang mempunyai delapan belas sebagai daerah wilayah kerjanya. Berdasarkan data dari puskesmas likupang, ISPA merupakan salah satu penyakit tertinggi di wilayah kerjannya, pada tahun 2015 terdapat 6.684 kasus, dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 8.247 kasus (Profil Puskesmas Likupang, 2016). Observasi awal yang telah dilakukan oleh penelitian menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat di Desa Kalinaun memiliki rumah yang masuk dalam kategori semi permanen. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian tertarik untuk meneliti tentang Hubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Kalinaun Kabupaten Minahasa Utara. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan rancanga penelitian Cross Sectional. Variabel bebas (independen) yaitu kondisi lingkungan fisik rumah (ventilasi, dinding dan lantai rumah) sedangkan variabel terikat (dependen) adalah penyakit ISPA. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2018 di Desa Kalinaun, Kabupaten Minahasa Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang ada di Desa Kalinaun pada satu bulan terakhir yang berjumlah 70 balita. 2

Penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan menggunakan kuesioner dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Pendidikan Ibu N % SD 23 32,9 SLTP 20 28,5 SLTA 25 35,7 PT 2 2,9 Tabel 1 menunjukkan tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 25 orang (35,7%), tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 23 orang (32,9%), kemudian tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 20 orang (26,6%), dan tingkat Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 2 orang (2,9%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Pekerjaan Ibu N % PNS 1 1,4 Wiraswasta 1 1,4 IRT 68 97,2 Tabel 2 menunjukkan sebagian besar pekerjaan responden adalah sebagai Ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 68 orang (97,1%), sedangkan jenis pekerjaan sebagai PNS dan Wiraswasta memiliki jumlah yang sama yaitu masingmasing 1 orang (1,4%). Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Usia Balita Umur N % 0-12 Tahun 7 10 13-59 Tahun 63 90 Tabel 3 menunjukkan balita dengan umur paling banyak adalah pada umur > 12 bulan dengan jumlah balita 63 (90%) sedangkan balita dengan kategori umur < 12 bulan sebanyak 7 (10%) balita. Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Balita Jenis Kelamin N % Perempuan 34 48,6 Laki-laki 36 51,4 Tabel 4 menunjukkan balita dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 36 balita (51.4%) dibandingkan balita yang berjenis kelamin perempuan yaitu 34 balita (48.6%). Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Usia Balita Penyakit ISPA N % Mengalami ISPA 48 68,6 Tidak Mengalami ISPA 22 31,4 Tabel 5 menunjukkan dari total 70 balita sebanyak 48 balita (68.6%) yang mengalami ISPA, dan yang tidak mengalami ISPA sebanyak 22 (31.4%). 3

Tabel 6 Distribusi Rumah Balita Berdasarkan Kondisi Ventilasi Ventilasi N % Tidak memenuhi syarat 43 61,4 Memenuhi Syarat 27 38,6 Tabel 6 menunjukkan sebagian besar ventilasi kamar balita termasuk tidak memenuhi syarat yaitu 43 rumah (61.4%) dan sebanyak 27 rumah (38.6%) termasuk dalam kategori memenuhi syarat. Tabel 7 Distribusi Rumah Balita Berdasarkan Kondisi Dinding Dinding N % Kurang Baik 28 40 Baik 42 60 Tabel 7 menunjukkan sebagian besar dinding rumah dari responden masuk dalam kategori baik sebanyak 42 rumah (60%) dan rumah dengan kategori dinding kurang baik sebanyak 28 rumah (40%). Tabel 8 Distribusi Rumah Balita Berdasarkan Kondisi Lantai Lantai N % Kurang Baik 52 74,3 Baik 18 25,7 Tabel 8 menunjukkan sebanyak 52 rumah (74.3%) masuk dalam kategori lantai rumah kurang baik (tanah dan semen), dan 18 rumah (25.7%) yang memiliki lantai dengan kategori baik (ubin dan keramik). Analisis Bivariat Tabel 1 Hubungan antara Kondisi Ventilasi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Kalinaun Kabupaten Minahasa Utara. Kondisi Ventilasi Kejadian ISPA Total p-value Ya Tidak n % n % n % Memenuhi Syarat 25 35.8 2 2.8 27 38.6 Tidak Memenuhi Syarat 23 32.8 20 28.6 43 61.4 0.001 Total 48 68.6 22 31.4 70 100 Berdasarkan data pada tabel 9 dapat dilihat bahwa sebanyak 23 dari 43 (61.4%) rumah yang memiliki ventilasi kamar dengan kategori tidak memenuhi syarat, balita mengalami ISPA, dan sebanyak 2 dari 27 (38.6%) rumah dengan kategori ventilasi kamar memenuhi syarat, balita tidak mengalami ISPA. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0.001 (p-value < 0.05). Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara kondisi ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita di desa Kalinaun Kabupaten Minahasa Utara. 4

Hal ini sesuai dengan keadaan di desa Kalinaun, dimana sebagian besar dari rumah responden memiliki kondisi ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan, kemungkinan yang terjadi adalah masyarakat mengganggap kondisi ventilasi yang mereka punya tidak akan berdampak terhadap kejadian penyakit pada penghuninya, jenis ventilasi dari responden yang dikategorikan tidak memenuhi syarat bukan hanya karena ukurannya <10% dari luas lantai kamar, namun tidak sedikit juga dari rumah responden yang sama sekali tidak memiliki ventilasi pada kamar tidurnya, hal inilah yang menyebabkan meningkatnya bakteri pathogen dalam ruangan sehingga menyebabkan ISPA pada Balita. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti sebagian besar masyarat belum terlalu menyadari pentingnya keberadaan ventilasi didalam rumah. Sebanyak 60% memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat, ada juga masyarakat yang hanya menggunakan jendelanya sebagai ventilasi, bahkan ada masyarakat yang tidak memiliki ventilasi pada kamar tidur mereka. Sirkulasi yang tidak lancar dan kondisi ruangan yang lembab akan mempermudah bakteri dan virus ISPA untuk berkembang, dan dapat menular dari anggota keluarga yang mengalami ISPA kepada anggota keluarga yang sehat. Tabel 2 Hubungan antara Kondisi Dinding Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Kalinaun Kabupaten Minahasa Utara. Kondisi Dinding Rumah Kejadian ISPA Total p-value Ya Tidak n % n % n % Baik 30 43.8 12 17.2 42 60 Kurang Baik 18 25.8 10 14.2 28 40 0.528 Total 48 68.6 22 31.4 70 100 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan sebanyak 18 dari 28 rumah (40%) dengan kategori dinding kurang baik, balita mengalami ISPA, dan 12 dari 42 rumah (60%) yang memiliki dinding dengan kategori baik, balita tidak mengalami ISPA. Berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai p = 0.528 (p-value > 0.05). Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa Ho di terima yang artinya tidak ada hubungan antara kondisi dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Kalinaun Kabupaten Minahasa Utara. Masyarakat Desa Kalinaun sudah banyak yang memiliki rumah dengan keadaan dinding permanen yang berarti bahwa risiko kejadian ISPA dapat diminimalisir sehingga berdasarkan uji statistic diatas variabel ini tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian ISPA. 5

Masyarakat di Desa Kalinaun sudah memiliki rumah dengan jenis dinding permanen, responden juga sangat sering membersihkan tembok rumah. Jenis dinding permanen akan memperkecil angka kejadian ISPA pada penghuninya, hal ini disebabkan karena penyebab lain dari ISPA adalah debu yang masuk dari luar ke dalam rumah melalui selasela dinding yang tidak permanen, dan akan menumpuk jika tidak sering dibersihkan, dinding yang berdebu akan mendukung pertumbuhan kuman penyakit yang dapat menyebabkan ISPA pada balita. Tabel 3 Hubungan antara Kondisi Lantai Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Kalinaun Kabupaten Minahasa Utara Kondisi Lantai Rumah Kejadian ISPA Total p-value Ya Tidak n % n % n % Baik 15 21.4 2 2.8 17 24.2 Kurang Baik 33 47.2 20 28.6 53 75.8 0.045 Total 48 68.6 22 31.4 70 100 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebanyak 39 dari 53 rumah (75.8%) dengan kategori lantai tidak memenuhi syarat balita mengalami ISPA dan 2 dari 17 rumah (24.2%) kondisi lantai dengan kategori memenuhi syarat balita tidak mengalami ISPA. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0.045 (p-value > 0.05). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak, yang artinya ada hubungan antara kondisi lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Kalinaun Kabupaten Minahasa Utara. Masyarakat desa kalinaun masih memiliki rumah dengan jenis lantai tidak permanen (tanah dan semen), jenis lantai ini akan mempermudah timbul dan berkembangnya penyakit terutama penyakit pernapasan. Lantai rumah dari masyarkat Desa Kalinaun masih digolongkan dalam kategori kurang baik, berdasarkan data dan hasil observasi yang dilakukan, sebanyak 53 (75.8%) rumah dengan jenis lantai semen dan tanah, jenis lantai demikian akan meningkatkan keberadaan debu, dan mikroorganisme pathogen dalam rumah yang kemudian akan menyebabkan ISPA pada balita, hal ini juga tidak sesuai dengan Depkes No 202 tentang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yang menyebutkan bahwa lantai yang memenuhi syarat adalah jenis lantai yang mudah untuk dibersihkan. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan menunjukkan bahwa ada hubungan antara kondisi ventilasi dan kondisi lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita sedangkan kondisi dinding rumah tidak memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita. 6

SARAN Masyarakat diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentan pentingnya masalah penyakit ISPA, faktor penyebab dan dampak yang dapat terjadi karena ISPA. Masyarakat diharapkan agar dapat berperilaku lebih sehat terkait dalam pola asuh terhadap balita. Keluarga juga harus aktif dalam hal sanitasi lingkungan rumah untuk mendukung upaya penyehatan lingkungan fisik rumah. Penelitian ini hanya melihat hubungan antara tiga bagian dari kondisi fisik rumah yaitu ventilasi, dinding dan lantai rumah. Bagi peneliti diharapkan untuk mengembangkan penelitian terkait dengan faktor lingkungan lainnya dengan kejadian ISPA pada balita. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2004. Informasi tentang ISPA pada Balita dan Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita.Jakarta: Depkes RI Dinkes Minut. 2017.Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara Puskesmas Likupang. 2017. Profil Kesehatan Puskesmas Likupang. WHO. 2007. Pencegahan dan pengendalian infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menajdi epidemic dan pandemic di fasilitas pelayanan kesehatan. Geneva. ahli bahasa : Trust Indonesia. 7