BAB II KEADAAN UMUM DESA LEBAKWANGI. mereka sepakat mengatakan bahwa Desa Lebakwangi berasal dari dua kata, yaitu lebak dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DESA LEBAKWANGI. kuantitas maupun kualitas masyarakat itu. Banyak sedikit jumlah penduduk di suatu tempat

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENARIKAN PERSENAN TANAH PERSILAN OLEH POLISI HUTAN DI DESA TENGGIRING KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kapur IX adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota,

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB IV GAMBARAN UMUM KECAMATAN SEMARANG BARAT. 4.1 Situasi Umum Kecamatan Semarang Barat. Manyaran, Cabean, Tawang Mas, Tawang Sari, Tambak Harjo,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI BARANG REKONDISI DI DESA SIDOHARJO DUSUN TUMPAK MOJOKERTO

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif, Desa Tangkil Kulon merupakan salah satu desa di

BAB IV GAMBARAN UMUM DUSUN NONGKO DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DI KAMPUNG DESA BITUNG JAYA, KECAMATAN CIKUPA TANGERANG BANTEN

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

BAB I PROFIL WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

BAB II PENYAJIAN DATA. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di Desa Karang Kembang Kecamatan

BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI RISET PENDAMPINGAN. lain di Kecamatan Tulung. Desa yang memiliki luas 222,571 Ha ini

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

BAB II KONDISI DESA ADIREJA WETAN. Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Desa Adireja Wetan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB II PROFIL DESA WALIKUKUN KECAMATAN CARENANG KABUPATEN SERANG BANTEN

BAB V PENUTUP. kehidupan sosial ekonomi masyarakat akan meningkat, ketika masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

MUKHA<BARAH DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB III MENEROPONG BENTANG ALAM DESA BUNGURASIH. Desa Bungurasih 20 tahun yang lalu adalah Desa yang penuh damai, tentram,

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

BAB III PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DI RENTAL PLAY STATION DESA MLORAH KEC. REJOSO KAB. NGANJUK

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB I PENDAHULUAN. terletak sekitar 30 km dari pusat Kabupaten Tuban. Dusun ini jauh dari keramaian karena

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Desa Alam Panjang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Rumbio Jaya

BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dikenal karena keberadaan Desa Gobah berada diantara Sungai Kampar dan

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK PENGADAAN AIR SALURAN IRIGASI PERTANIAN DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN PLAOSAN KABUPATEN MAGETAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Desa Rotan Mulya. Selatan Desa Mulya Jaya. Desa Balian Makmur. Desa Kemang Indah. (sumber arsip desa Mataram Jaya)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN

diajarkan oleh pendidik yang seagama. Serta mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

BAB IV POTRET KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT. dari pusat Kecamatan Parengan. Desa Mojomalang ini berbatasan dengan Desa Sendangrejo

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh tentang kondisi geografis Dusun Sentolo Lor, kondisi alam dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya

BAB III PRATEK JUAL BELI POHON MANGGA DENGAN SISTEM TEBASAN DI DESA KEDONDONG KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB III PRAKTIK PEMASARAN HASIL PENAMBANGAN TANAH MERAH DI DESA KWADUNGAN LOR KECAMATAN PADAS NGAWI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Kelurahan/Desa. Desa Giripanggung merupakan salah satu desa yang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II KEADAAN UMUM DESA LEBAKWANGI A. Sejarah Desa Lebakwangi Banyak sekali cerita dari para sesepuh mengenai asal-usul Desa Lebakwangi, namun mereka sepakat mengatakan bahwa Desa Lebakwangi berasal dari dua kata, yaitu lebak dan wangi. Lebak itu sendiri artinya dataran rendah. Konon ceritanya ada seorang wali yang melihat desa ini merupakan dataran rendah karena beliau pada saat itu berasal dari dataran tinggi, yaitu Desa Gantungan (Arsip Desa, tahun 2006). Sedangkan kata wangi itu sendiri ada dua versi cerita yang berbeda. Ada yang menyebutkan bahwa kata wangi berasal dari wanginya buah nangka yang ada di Desa Lebak karena banyak dari pedagang kota yang berdagang di Pasar Jatilaba. Mereka mengatakan bahwa nangka yang berasal dari Desa Lebak rasanya enak dan baunya sangat wangi, sehingga jadilah Desa Lebak yang penuh dengan nangka yang wangi ini menjadi sebuah desa yang dikenal sampai sekarang dengan nama Desa Lebakwangi (wawancara dengan Syamsudin, 02 April 2012). Ada juga versi yang mengatakan berbeda mengenai maksud kata wangi itu. Disebutkan oleh tradisi lisan bahwa dulu di desa tersebut terdapat sebuah pohon yang mempunyai bau yang sangat wangi. Pohon tersebut merupakan pohon kemenyan. Karena sangat terkenal pohon tersebut akan wanginya dan terletak di Desa Lebak, maka sering disebut Desa Lebak yang wangi dan jadilah nama Desa Lebakwangi (wawancara dengan Pahing, 11 Mei 2012).

Desa Lebakwangi itu sendiri terbagi manjadi dua pedukuhan, yaitu Dukuh Krajan dan Dukuh Karet. Untuk Dukuh Krajan ini tidak begitu dikenal namanya oleh masyarakat Lebakwangi, mereka hanya mengenalnya hanya Lebakwangi saja. Padahal, Dukuh Krajan inilah yang menjadi pusat pemerintahan Desa Lebakwangi (Arsip Desa, tahun 2006). Berbeda dengan Dukuh Krajan, Dukuh Karet ini sangat dikenal namanya oleh warga Desa Lebakwangi. Dinamakan Dukuh Karet karena letak dukuh ini berdekatan dengan hutan karet milik perhutani. Oleh karena itu, dinamakan dengan Dukuh Karet. B. Perkembangan Pemerintahan Desa Lebakwangi Pemerintahan Desa Lebakwangi dahulu dipimpin oleh seorang yang disebut dengan Bekel. Bekel ini tidak dipilih oleh masyarakat Desa Lebakwangi. Jadi siapa saja yang mampu memimpin dan mengurusi Desa Lebakwangi dan disukai oleh masyarakat, maka dialah kepala desanya. Untuk jabatan bekel ini tidak ada batas tahun untuk kepemimpinannya karena pada waktu itu tidak ada peraturan mengenai itu. Kepala Desa pertama yang memerintah di Desa Lebakwangi dan yang tidak melalui pemilihan yaitu bernama Sarya, dan kemudian dilanjutkan oleh Suja, Maun, dan Wasad. Desa Lebakwangi baru mengadakan pemilihan kepala desa tahun 1965. Pada pemilihan kepala desa tersebut masyarakat memilih langsung kepala desa yang mereka kehendaki. Hampir sama dengan pemilihan kepala desa pada masa sekarang, bedanya pada masa itu media memilihnya dengan menggunakan lidi. Jika salah satu calon mendapatkan lidi terbanyak, maka calon tersebutlah yang menjadi kepala desa. Kepala Desa pertama yang menjabat dengan cara pemilihan yaitu Nasir. Setelah Nasir, kepala desa dijabat oleh Sukirno. Sukirno dikenal sebagai kepala desa yang berstatus Kartikan dan Pejabat Sementara (PJS). Untuk status

kartikan merupakan kepala desa yang ditunjuk oleh pemerintah setempat (camat) untuk mengurus desa. Alasan ditunjuk Kartikan karena pemerintah setempat merasa pada saat itu keadaan tidak aman, maka ditunjuklah seorang kartikan. Kepala desa kartikan ini berasal dari kalangan militer (ABRI). Karena setelah Nasir purna dan pada saat itu keadaan desa sedang tidak aman karena kegiatan pemberontakan oleh PKI yang dikenal dengan G 30 S PKI. Untuk menjaga keamanan warga Desa Lebakwangi, maka Camat Jatinegara menunjuk seorang dari militer (ABRI) untuk menjadi kepala desa (Wawancara dengan Pahing, 11 Mei 2012). Setelah Sukirno selesai tugasnya karena dirasa keadaan sudah aman, maka ditunjuklah Taroni oleh camat untuk menjadi kepala desa sementara atau lebih dikenal dengan Pejabat Sementara (PJS). Tujuan penunjukkannya berbeda dengan Kartikan. PJS ini ditunjuk jika pemerintahan setempat (camat) merasa desa tersebut belum dirasa siap untuk melakukan pemilihan kepala desa setelah kepala desa sebelumnya habis masa jabatan, sehingga ditunjuklah seorang yang dirasa mampu untuk memimpin desa tanpa dipilih oleh masyarakat desa tersebut. Sebelumnya Taroni ini merupakan staf pegawai pada masa pemerintahan Sukirno. Karena dirasa mempunyai pengalaman dalam mengurus desa, maka ditunjuklah beliau untuk memerintah desa menggantikan Sukirno. Taroni ini ditugaskan untuk mengurus Desa Lebakwangi dan juga mempersiapkan masyarakat untuk mengadakan pemilihan. Setelah masyarakat Lebakwangi siap untuk melakukan pemilihan kepala desa, maka desa menyelenggarakan pemilihan tersebut dan Taroni yang tadinya menjabat sebagai kepala desa sementara ikut mencalonkan diri menjadi kepala desa. Karena masyarakat sudah percaya kepada Taroni pada masa jabatan sebelumnya, dalam pemilihan tersebut Taroni

memperoleh suara terbanyak dan akhirnya menjadi kepala desa terpilih. Selanjutnya setelah Taroni purna dari jabatannya, dilakukan lagi pemilihan dan hasil dari pemilihan tersebut Syamsudin terpilih menjadi kepala desa dan kemudian dilanjutkan oleh Suprapto. Kepala Desa Suprapto ini merupakan kepala desa sementara atau PJS. Suprapto yang merupakan orang dari dinas pertanian ditunjuk oleh Camat Jatinegara untuk menjabat sebagai PJS di Desa Lebakwangi sebagai kepala desa. Ditunjuknya Suprapto sebagai kepala desa tidak sama alasannya dengan masa Kepala Desa Taroni. Namun, karena pada saat itu ada aturan dari pemerintah pusat bahwa setelah periode kepala desa yang dipilih oleh masyarakat, harus diselingi oleh kepala desa sementara (PJS) (wawancara dengan M. Wahyudin, 11 Mei 2012). Setelah masa jabatan PJS tersebut berakhir, barulah dilakukan pemilihan kepala desa dan terpilihlah Abdul Ghofur. Kemudian setelah Abdul Ghofur purna, digantikan oleh Syamsudin. Syamsudin sebelumnya pernah menjabat kepala desa pada periode 1989-1997. Pada tahun 2007 ikut pemilihan lagi dan akhirnya mendapat kepercayaan lagi dari masyarakat untuk memimpin Desa Lebakwangi sampai sekarang. Tabel 1. Daftar Kepala Desa yang pernah menjabat di Desa Lebakwangi No periode Nama kepala desa keterangan 1 1920-1940 Sarya Tanpa Dipilih 2 1940-1945 Suja Tanpa Dipilih 3 1945-1950 Maun Tanpa Dipilih 4 1950-1965 Wasad Tanpa Dipilih 5 1965-1966 Nasir Dipilih 6 1966-1972 Sukirno Kartikan/PJS 7 1972-1982 Taroni PJS 8 1982-1989 Taroni Dipilih 9 1989-1997 Syamsudin Dipilih 10 1997-1999 Suprapto PJS 11 1999-2007 Abdul Ghafur Dipilih

12 2007-2013 Syamsudin Dipilih Sumber : Arsip Desa, 2006 C. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lebakwangi Mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Lebakwangi adalah sebagai petani dan buruh tani. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu karena sudah turun temurun sejak dahulu bahwa masyarakat Lebakwangi adalah seorang petani. Kedua, karena minimnya tingkat pendidikan masyarakat sehingga masyarakat tidak memiliki keahlian lain dan tidak punya pilihan lain selain menjadi petani ataupun buruh tani. Tabel 2. Mata pencaharian masyarakat Desa Lebakwangi No Mata Pencaharian jumlah 1 Petani 368 2 Buruh 491 3 Peternak 2 4 Pedagang 30 5 Tukang kayu 21 6 Tukang Batu 30 7 Penjahit 5 8 PNS 15 9 Pensiunan 12 10 TNI/Polri 1 11 Perangkat Desa 7 12 Pengrajin 13 13 Industri Kecil - 14 Buruh Industri - 15 Lain-Lain - Sumber : Arsip Desa, 2006 Di Desa Lebakwangi ada dua macam petani, yaitu petani asli dan petani garap. Petani asli yaitu petani yang memiliki sawah sendiri dan dalam menggarap sawah tersebut dikerjakan oleh sendiri, tidak dikerjakan oleh orang lain, sedangkan untuk petani garap, yaitu petani yang menggarap sawah, tapi sawah tersebut milik orang lain atau bukan milik

sendiri. Hal ini terjadi karena orang yang mempunyai sawah tidak begitu mahir dalam menggarap sawah ataupun karena memiliki pekerjaan lain sehingga tidak ada waktu untuk menggarap sawah. Pemilik sawah tersebut mencari orang yang dirasa cukup mahir dalam menggarap sawah untuk menggarap sawahnya agar nantinya hasil panennya lebih baik dan juga agar sawah miliknya tidak terbengkalai karena tidak ada yang menggarap. Pada tahun1980-an, para petani menggarap sawahnya dengan ditanami padi dan jagung. Keadaan pertanian di Desa Lebakwangi sangat mengandalkan hujan (tadah hujan), sehingga jika pada masa penghujan sawah mereka ditanami padi dan jika memasuki masa kemarau sawah mereka ditanami jagung. Dalam menggarap sawahnya, petani masih menggunakan alat-alat tradisional dalam menggarap sawah mereka, seperti untuk membajak sawah masih menggunakan tenaga hewan seperti kerbau ataupun sapi. Untuk pupuk masyarakat masih menggunakan pupuk kandang atau kompos. Pupuk kompos ini sangat diandalkan oleh petani untuk menyuburkan tanah dan tanaman mereka. Pupuk kandang ini sangat sederhana, sehingga perkembangan tanaman padi terbilang lambat. Hal ini sangat mempengaruhi penghasilan para petani. Irigasi juga masih terbilang kurang, karena sistem irigasi yang kurang baik membuat pengairan sawah-sawah petani kurang maksimal. Apalagi jika masuk musim kemarau, kebanyakan sawah mereka tidak digarap karena tidak adanya air. Beberapa faktor tersebut mengakibatkan hasil tani mereka tidak dapat maksimal karena masih terbatas dalam penggarapannya. Hasil yang mereka dapat hanya cukup untuk menggarap kembali sawah mereka dan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, bahkan jika petani yang hanya memiliki tanah sawah yang tidak begitu luas, hasil yang didapat terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena mereka juga harus

mengeluarkan biaya untuk menggarap sawah mereka selanjutnya. Untuk memenuhi kebutuhan mereka, tidak jarang mereka bekerja sebagai buruh tani ataupun buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masuk tahun 1990-an Desa Lebakwangi mulai tersentuh dengan adanya kemajuan teknologi, tidak terkecuali kemajuan teknologi dalam bidang pertanian. Sekarang petani sudah banyak menggunakan teknologi dalam menggarap sawah mereka dan mulai meninggalkan alat-alat tradisional, seperti dalam membajak sawah yang dulunya menggunakan tanaga hewan sekarang sudah menggunakan tenaga mesin (traktor). Dengan menggunakan traktor pekerjaan membajak sawah jauh lebih efisien dan cepat. Selain itu, dalam penggunaan pupuk yang dulu masyarakat menggunakan pupuk kandang atau kompos sebagai pupuk andalan, sekarang sudah banyak yang menggunakan pupuk kimia dari pabrik walaupun masih menggunakan pupuk kompos yang jumlahnya sedikit. Dengan menggunakan pupuk kimia ini pertumbuhan tanaman padi jadi lebih baik, sehat, dan cepat. Selain itu, juga ditambah dengan adanya sistem irigasi yang jauh lebih baik sehingga para petani dapat lebih mudah menggunakan air. Apalagi jika musim kemarau, petani masih bisa menggarap sawah mereka walaupun debit air tidak sebanyak pada musim hujan. Atas masuknya teknologi pertanian di Desa Lebakwangi dan digunakan oleh para petani membuat hasil dari sawah-sawah mereka jauh lebih maksimal. Penghasilan atau ekonomi masyarakat mulai meningkat. Kini hasil dari mereka bertani cukup untuk membiayai untuk menggarap sawah mereka selanjutnya dan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, bahkan mereka bisa untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Kesadaran masyarakat akan pendidikan mulai tumbuh dan meningkat karena mereka bisa

menyekolahkan anak-anaknya, sehingga keadaan sosial ekonomi masyarakat Lebakwangi semakin tumbuh dan berkembang. Buruh yang ada di Desa Lebakwangi sebagian besar menjadi buruh tani dan buruh bangunan. Buruh tani sendiri bekerja membantu petani dalam mengerjakan sawah mereka. Biasanya tenaga mereka dibutuhkan untuk mencangkuli sawah atau membersihi tanaman padi dari tanaman-tanaman pengganggu. Masa kerja buruh tani tidak menentu. Mereka bekerja jika ada yang membutuhkan tenaga mereka. Jika pekerjaan mereka sudah selesai, mereka akan dibayar, dan selanjutnya mereka menganggur sampai ada yang menyuruh mereka untuk bekerja. Hal ini membuat keadaan ekonomi mereka cukup rendah karena penghasilan mereka mengandalkan dari pekerjaan dari orang lain. Untuk buruh bangunan keadaan ekonomi mereka tidak jauh berbeda dengan buruh tani. Buruh bangunan ini bekerja juga ada orang yang membutuhkan tenaga mereka untuk membangun rumah atau yang lainnya. Jika tidak ada yang menyuruh mereka, maka mereka pun tidak bekerja dan itu berarti mereka tidak mendapatkan penghasilan, bahkan ada orang yang bekerja sebagai buruh tani dan buruh bangunan. Jika ada orang yang menyuruh untuk bekerja di sawah, mereka akan mengerjakannya. Jika di saat mereka menganggur lalu ada orang yang membutuhkan tenaga mereka untuk membangun sebuah rumah, mereka juga akan melakukannya. Hal ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari karena upah dari buruh tani dan buruh bangunan cukup rendah. Namun tidak semua buruh tani bekerja juga sebagai buruh bangunan. Hanya orang-orang yang menguasai dua pekerjaan tersebut. Seiring berjalannya waktu dengan terus meningkatnya kebutuhan untuk hidup seharihari sedangkan upah bekerja sebagai buruh di desa cukup rendah, akhirnya banyak sekarang

terutama para pemuda Desa Lebakwangi banyak yang melakukan urbanisasi ke kota-kota besar untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Mereka tergiur dengan upah kerja di kota yang besar. Harapan mereka dengan bekerja di kota besar mereka mendapat upah yang besar dan bisa mencukupi kebutuhan mereka. Selain itu juga didorong dengan mulai berkembangnya pendidikan di dalam masyarakat. Mereka yang telah lulus sekolah walaupun itu cuma SMP ataupun SMA merasa punya bekal cukup untuk bekerja di kota. Sekarang tidak sedikit dari mereka yang bekerja menjadi buruh di kota, keadaan ekonominya jauh lebih baik dan bisa mengangkat derajat hidup mereka di masyarakat dan juga menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi. D. Keadaan Agama dan Budaya Masyarakat Lebakwangi Secara keseluruhan masyarakat Lebakwangi beragama Islam. Untuk menunjang kegiatan keagamaan, sejumlah masjid dan mushola berdiri di setiap dusun sebagai tempat ibadah umat Islam. Kegiatan agama Islam yang dilakukan masyarakat Lebakwangi bersifat kegiatan tahunan dan kegiatan rutin. Kegiatan tahunan yang dilakukan adalah perayaan Maulid Nabi, Tadarus Al Quran pada bulan Ramadhan, Khaul desa, dan halal bihalal. Tabel 3. Daftar Pemeluk Agama di Desa Lebakwangi No Agama Jumlah 1 Islam 4027 2 Protestan - 3 Khatolik - 4 Hindu - 5 Budha - Sumber : Arsip Desa, 2006 Desa Lebakwangi baru mengadakan khaul desa, berjalan kurang lebih sekitar tujuh tahun ini. Khaul ini dilakukan untuk mengenang dan mendoakan arwah para pendahulu yang

sudah membangun desa. Khaul ini biasanya dilakukan dengan cara mengadakan pengajian umum, yaitu dengan mendatangkan seorang kiai untuk berceramah. Meskipun kegiatan khaul ini belum lama berjalan namun antusiasme masyarakat desa sangat tinggi. Terbukti dengan banyaknya masyarakat yang datang menghadiri khaul ini dan seluruh biaya untuk kegiatan ini bersumber dari hasil swadaya masyarakat Lebakwangi itu sendiri. Halal bihalal sendiri dilakukan oleh masyarakat Lebakwangi dengan mengadakan halal bihalal setiap satu tahun sekali setelah Bulan Ramadhan berakhir atau pada Hari Raya Idul Fitri. Mereka mengadakan Halal bihalal dengan tujuan untuk lebih mengeratkan tali silaturahmi di antara masyarakat dan demi syiarnya agama Islam. Setiap kaum masjid atau mushola sangat antusias untuk mengadakan pengajian Halal bihalal tersebut meskipun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Biaya untuk mengadakan Halal bihalal diperoleh dari swadaya masyarakat atau kaum masjid/mushola tersebut. Kegiatan ini sudah mengakar dan menjadi tradisi masyarakat Lebakwangi sehingga terus berjalan setiap tahunnya. Adapun kegiatan rutin yang dilakukan adalah pengajian rutin setiap minggu yang dilakukan secara bergiliran oleh masyarakat di setiap dusun yang ada di Desa Lebakwangi. Adapun mengenai organisasi Islam yang ada di desa Lebakwangi adalah NU dan LDII. Masyarakat Lebakwangi menyadari bahwa masyarakat dan kebudayaan itu selalu berubah. Setelah adanya alat komunikasi yang memadai seperti sarana transportasi, sarana informasi sedikit demi sedikit masyarakat Lebakwangi mengalami pergeseran. Hal ini dapat dilihat pada cara pengelolaan tanah, pengambilan hasil hutan, dan acara-acara ritual yang bersifat tradisional. Pengelolaan tanah di Desa Lebakwangi sejak dulu sampai dibukanya jalur komunikasi dengan wilayah luar masih menggunakan alat yang sederhana. Pengelolaan

tanah masih sering dihubungkan dengan hal-hal irrasional, misalnya, dalam kegiatan penanaman padi. Dalam kegiatan penanaman padi masyarakat Lebakwangi masih menggunakan cara-cara kejawen atau menggunakan kalender Jawa. Setelah dibukanya jalur komunikasi dengan wilayah lain, hal-hal semacam itu sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Sebagian besar masyarakat Lebakwangi sudah memiliki televisi, bahkan akses internet juga sudah ada. Sarana informasi yang sedemikian ini tidak mengherankan kalau perubahan kebudayaan dapat berlangsung. Masyarakat Lebakwangi yang mengandalkan sektor pertanian dari lahan kering sering mengalami kesulitan dalam pengambilan hasil hutan seperti penebangan pohon. Adanya sarana informasi yang memadai keadaan ini dapat diatasi, yaitu dengan pergeseran penggunaan alat dari kapak ke mesin pemotong. Penggunaan mesin pemotong ini masyarakat dengan mudah dapat menebang pohon dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pemotongan kayu. Perubahan kebudayaan itu juga berimbas pada minat yang besar dari warga masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya sarana informasi, komunikasi, dan perubahan pada cara pengolahan pertanian menyebabkan masyarakat Lebakwangi menjadi masyarakat yang maju. Kemajuan yang dicapai mendorong mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang paling tinggi.