PENERAPAN ARSITEKTUR PERILAKU PADA PERANCANGAN AKADEMI SEPAK BOLA DI YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
PUSAT PAMERAN DAN KONVENSI DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR FUTURISTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB III METODE PERANCANGAN. harus diperhatikan dengan teliti agar menghasilkan hasil yang maksimal.

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

PUSAT PELATIHAN SEPAKBOLA TERPADU PSS di SLEMAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

LEMBAGA PENDIDIKAN KEJURUAN KECANTIKAN DI YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

SEKOLAH SEPAK BOLA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MELALUI PENDEKATAN PERILAKU

Compact House. Fotografer Ahkamul Hakim

RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

LP Pemuda Yogyakarta dengan Tinjauan Mental Psikologis

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember Penulis

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

PENERAPAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR PADA FASILITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA

PENERAPAN MIXED USE PADA PERANCANGAN PUSAT BISNIS INDUSTRI KREATIF DI SURAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

GALERY SENI LUKIS DI BSD WADAH EKSPRESI

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PUSAT PELATIHAN FUTSAL DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

1.1 Latar Belakang Objek 1. Tempat Pendidikan ( Skala Makro) Latar Belakang Site Tujuan dan Sasaran 9

BAB V KONSEP RANCANGAN

b e r n u a n s a h i jau

BAB VI HASIL RANCANGAN

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BALI UNITED FOOTBALL ACADEMY DI GIANYAR BALI UNITED FOOTBALL ACADEMY DI GIANYAR UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR (REGULER) 2016

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perancangan

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar...

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN BAB I: PENDAHULUAN

Fasilitas Informasi dan Pelatihan Futsal di Surabaya

ANYER BEACH RESORT BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TUJUAN JENIS KEGIATAN. Latar Belakang Pemilihan OBJEK

2. Sejarah Desain Interior

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SOLO FUTSAL CENTER

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 DESAIN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragan Nasional. Hal ini

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SANGGAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF DI YOGYAKARTA. Siwi Gita Kartika I

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

Transkripsi:

SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018 PENERAPAN ARSITEKTUR PERILAKU PADA PERANCANGAN AKADEMI SEPAK BOLA DI YOGYAKARTA Nuur Fatimah Susilowati, Gunawan, Ummul Mustaqimah Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta mellamofatimah@hotmail.com Abstrak Fasilitas pembinaan sepak bola usia muda di D. I. Yogyakarta belum memenuhi standar yang ditetapkan PSSI. Sekolah sepak bola yang ada masih menyewa lapangan untuk latihan, tidak memiliki fasilitas latihan sendiri seperti ruang ganti, ruang kebugaran, dan ruang kelas. Pelaksanaan kurikulum juga belum sesuai kategori usia siswa. Selain kurikulum, materi yang diberikan hanya berupa praktik, tidak ada pelatihan teori dan pembentukan karakter. Akademi sepak bola di Yogyakarta merupakan bangunan pendidikan, untuk mewadahi kegiatan pembinaan sepak bola usia muda yang memenuhi standar PSSI. Akademi sepak bola ini menerapkan arsitektur perilaku sebagai pedoman perancangan. Arsitektur perilaku mengkaji pemahaman dasar psikologi dan perilaku manusia sebagai pelaku kegiatan dan pengguna bangunan, terutama siswa akademi dari berbagai kategori usia. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan dan pengolahan data tentang kriteria perancangan arsitektur perilaku, untuk diterapkan dalam desain. Kriteria yang diperoleh dari kajian teori arsitektur perilaku disimpulkan menjadi suatu pedoman perancangan. Analisis yang dilakukan menghasilkan penerapan arsitektur perilaku di empat aspek. Pertama, pengolahan tapakmelalui penentuan zona berdasarkan jenis kegiatan. Kedua, pengolahan massa dan tampilan bangunan melalui bentuk fasad bangunan. Ketiga, pengolahan ruang luar dan ruang dalam melalui penentuan layout ruang. Keempat, penggunaan struktur dan utilitas bangunan melalui pemilihan material untuk mendukung pencahayaan dan fasad bangunan. Kata kunci: pendidikan, akademi sepak bola, perilaku, arsitektur perilaku 1. PENDAHULUAN Pendidikan dan pembinaan sepak bola usia muda menurut PSSI dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu sekolah sepak bola (SSB) dan akademi sepak bola. Berdasarkan standar fasilitas dan kurikulum yang sudah ditetapkan, akademi sepak bola mempunyai tingkatan yang lebih tinggi daripada sekolah sepak bola. Akademi sepak bola harus mempunyai fasilitas seperti lapangan latihan milik sendiri, ruang ganti, pusat kebugaran, ruang kelas, dan fasilitas kesehatan. Selain itu akademi sepak bola juga harus memiliki minimal empat kategori umur, contohnya U-8, U-12, U-14, dan U-20, yang sudah melewati tes kemampuan pada seleksi masuk akademi. Kurikulum yang diterapkan di akademi sepak bola harus sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan Badan Pembinaan Usia Muda PSSI, dengan materi yang terdiri dari aspek teknik, fisik, taktik, dan mental. Kegiatan di akademi sepak bola dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang ditetapkan Badan Pembinaan Usia Muda PSSI. Kurikulum tersebut berbeda pada setiap kategori usia sesuai dengan karakteristik anak (Scheunemann, 2012). Siswa pada kelompok usia U-12 berada pada masa pra puber dan memiliki masalah keterbatasan fisik, terutama pada kekuatan dan ketahanan. Kemampuan anakanak untuk mengatasi masalah berkembang dengan pesat, tetapi masih kurang percaya diri. Pada kategori usia U-12, bagian terpenting latihan adalah yang bersifat teknis. Sangat baik dalam usia ini mengembangkan teknik dan pengertian taktik dasar. Latihan fisik yang diberikan hanya sebatas kecepatan dengan bola, kelincahan, keseimbangan, dan koordinasi. Pada kelompok usia U-14, pemahaman siswa tentang permainan mulai meningkat. Kondisi fisik pemain dalam usia ini terbatas, karena perubahan-perubahan fisik yang muncul seiring dengan 179

masa pubertas. Kedisipilinan siswa harus ditekankan dalam usia ini, yaitu dengan mengikuti petunjuk yang diberikan pelatih, baik selama latihan ataupun di luar waktu latihan. Latihan lebih berfokus pada taktik daripada teknik dan mengurangi aspek fisik. Aspek fisik yang paling diutamakan untuk usia U- 14 adalah latihan koordinasi dan kelenturan. Siswa pada kelompok usia U-16 sudah mengerti kekurangan dan kemampuan diri. Kemampuan bekerja sama juga meningkat dan kemampuan fisik sudah berkembang. Aspek teknik penting untuk ditingkatkan pada usia U-16, yaitu dengan memberikan latihan khusus sesuai posisi masing-masing dan melatih kecepatan permainan. Latihan fisik juga perlu diperhatikan untuk menguatkan otot dan mengembangkan teknik dengan kecepatan tinggi. Pada kelompok usia U-18, kemampuan fisik siswa berada dalam keadaan maksimal. Kemampuan konsentrasi juga berkembang. Siswa dalam usia U-18 diminta untuk menunjukkan komitmen dan kerjasama tim, serta memberikan usaha yang terbaik saat bertanding. Kebugaran fisik sangat penting untuk diperhatikan. Latihan fisik berfokus pada ketahanan stamina, kekuatan, dan kecepatan. Berdasarkan data dari Asosiasi Sekolah Sepak Bola Indonesia, di Provinsi D.I.Yogyakarta terdapat lima fasilitas pembinaan sepak bola usia muda yang sudah diakui PSSI, yaitu SSB Bintang Muda Arum Sleman, SSB Browidjoyo Yogyakarta, SSB Tunas Jogja Wonosari, SSB Klub PSS Sleman, dan SSB Klub PSIM Yogyakarta. Dari lima sekolah sepak bola tersebut, tidak ada sekolah yang mempunyai fasilitas lapangan latihan sendiri, pusat kebugaran, ruang kelas, dan fasilitas kesehatan SSB Klub PSS Sleman dan SSB Klub PSIM Yogyakarta memiliki ruang ganti, sedangkan tiga sekolah lainnya tidak. Fasilitas latihan yang tidak memenuhi standar tersebut menyebabkan pelaksanaan kurikulum belum sesuai dengan kategori usia siswa. Selain kurikulum, materi pelatihan hanya sebatas pelatihan praktik, tidak ada pelatihan teori dan pembentukan karakter. Berdasarkan fakta yang ada, maka arsitektur perilaku dipilih menjadi solusi untuk menjawab permasalahan tersebut. Arsitektur perilaku diterapkan dalam perancangan akademi sepak bola untuk mewujudkan wadah kegiatan yang memperhatikan perilaku sesuai karakteristik siswa di setiap kategori usia. Dengan demikian, pengguna bisa melakukan kegiatan sesuai dengan kurikulum dengan nyaman dan kondusif. Arsitektur perilaku mengkaji pemahaman dasar psikologi dan perilaku manusia sebagai pelaku kegiatan dan pengguna bangunan. Perilaku tersebut kemudian menjadi suatu pertimbangan dalam upaya penyediaan wadah kegiatan melalui arsitektur, yang dapat diekspresikan melalui perencanaan tata ruang dan tampilan bangunan (Laurens, 2004). Arsitektur perilaku juga didefinisikan sebagai arsitektur yang mampu menanggapi kebutuhan dan perasaan pengguna bangunan, serta menyesuaikan dengan gaya hidup manusia di dalamnya (Snyder, 1989). Menurut Weinstein dan David (1987), arsitektur perilaku memiliki prinsip-prinsip desain yaitu mencerminkan fungsi bangunan, mewadahi aktivitas penghuni dengan nyaman, memenuhi nilai estetika, memperhatikan kondisi dan perilaku pengguna. Pencerminan fungsi bangunan diterapkan melalui bentuk yang didukung oleh bahan dan struktur bangunan. Bangunan hendaknya dapat dipahami melalui indera ataupun imajinasi pengguna. Bentuk bangunan merupakan media komunikasi yang banyak digunakan oleh perancang, karena mudah ditangkap dan dimengerti manusia. Aspek kenyamanan pada bangunan diterapkan melalui penentuan layout ruang dalam, struktur, dan utilitas bangunan. Kenyamanan dapat berupa kenyamanan fisik dan psikis. Kenyamanan fisik memengaruhi keadaan tubuh manusia secara langsung, meliputi pencahayaan, penghawaan, dan akustik. Kenyamanan psikis meliputi privasi dan teritori. Pada aspek estetika, diterapkan unity (kesatuan), proporsi, dan irama melalui tampilan interior dan eksterior bangunan. Kondisi dan perilaku pengguna juga harus diperhatikan dalam perancangan. Kondisi dan perilaku pengguna yang harus diperhatikan di antaranya adalah usia, jenis kelamin, kondisi fisik, dan kebiasaan. Penerapan aspek berdasarkan kondisi dan perilaku pengguna adalah melalui penentuan layout ruang dalam dan ruang luar. 180

2. METODE PENELITIAN Arsitektur perilaku mengkaji pemahaman dasar psikologi dan perilaku manusia sebagai pelaku kegiatan dan pengguna bangunan. Perilaku tersebut kemudian menjadi suatu pertimbangan dalam upaya penyediaan wadah kegiatan melalui arsitektur, yang dapat diekspresikan melalui perencanaan tata ruang dan tampilan bangunan (Laurens, 2004). Metode penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan dan mengolah data tentang kriteria perancangan arsitektur perilaku untuk diterapkan dalam desain. Sumber data primer dalam penelitian arsitektur perilaku berupa hasil pengamatan, wawancara, dan dokumentasi foto. Objek pengamatan berupa fasilitas, kegiatan, dan perilaku pengguna di akademi sepak bola ASIFA Malang sebagai preseden. Wawancara ditujukan kepada pelatih dan siswa akademi sepak bola. Pengambilan gambar dilakukan dengan objek berupa fasilitas dan kegiatan di akademi sepak bola. Sumber data sekunder adalah kajian arsitektur perilaku yang didapat melalui tinjauan pustaka, jurnal maupun artikel terkait. Pembahasan lebih terfokus pada penerapan arsitektur perilaku dalam perancangan bangunan. Melalui kajian teori arsitektur perilaku Weinstein dan David diperoleh prinsip sebagai pedoman dalam desain akademi sepak bola. Prinsip-prinsip arsitektur perilaku tersebut kemudian diterapkan pada empat poin perancangan, yaitu pengolahan tapak, pengolahan massa dan tampilan bangunan, pengolahan ruang dalam dan ruang luar, serta penggunaan struktur dan utilitas bangunan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kesimpulan dari kajian pustaka dan kegiatan pengamatan, maka penerapan arsitektur perilaku sebagai pedoman perancangan dilakukan dengan memperhatikan empat prinsip. Prinsip tersebut yaitu mencerminkan fungsi bangunan, mewadahi aktivitas penghuni dengan nyaman, memenuhi nilai estetika, serta memperhatikan kondisi dan perilaku pengguna. Penerapan prinsip arsitektur perilaku dalam bangunan terdapat pada pengolahan tapak, pengolahan massa dan tampilan bangunan, pengolahan ruang dalam dan ruang luar, serta penggunaan struktur dan utilitas bangunan. Penerapan prinsip arsitektur perilaku pada bangunan akademi sepak bola bertujuan mewujudkan fasilitas pembinaan sepak bola usia muda, yang nyaman dan kondusif dan sesuai dengan standar PSSI. Dengan demikian kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan kurikulum masing-masing kategori usia siswa. Akademi sepak bola ini akan berlokasi di Jalan Kepuhsari, Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, D. I. Yogyakarta. Pemilihan lokasi berdasarkan kriteria FIFA untuk pusat pelatihan sepak bola. Kriteria tersebut yaitu dekat dengan stadion berstandar internasional, dekat dengan camp klub sepak bola yang dinaungi liga profesional, dan terletak di wilayah pengembangan kota. Lokasi terpilih berada di Jalan Kepuhsari, Maguwo, Sleman, dengan luas ± 28.655,6 m 2 Gambar 1 Lokasi terpilih di Maguwoharjo, Sleman 181

Pengolahan tapak akademi sepak bola menggunakan prinsip memperhatikan perilaku pengguna. Penerapan prinsip memperhatikan perilaku pengguna adalah melalui penentuan jalur masuk ke dalam tapak dan pembagian zona berdasarkan jenis kegiatan. Jalur masuk ke dalam tapak dibagi menjad jalur masuk utama (main entrance) dan jalur masuk samping (side entrance). Jalur masuk utama diletakkan di sisi Barat tapak dengan pertimbangan akses langsung dari Jalan Kepuhsari yang merupakan jalan utama dari arah ring road menuju permukiman. Jalur masuk samping diletakkan di Jalan Stadion yang berada di sisi Utara tapak. Jalan Stadion merupakan jalan permukiman sehingga tidak terlalu ramai dilewati kendaraan (lihat Gambar 2). Side entrance berada di Jalan Stadion yang merupakan jalan permukiman Main entrance berada di Jalan Kepuhsari yang merupakan jalan utama dari arah Ringroad menuju permukiman Gambar 2 Letak jalur masuk ke dalam tapak Akademi sepak bola ini dibagi menjadi lima zona tapak, yaitu zona pengelola, zona pendidikan, zona fasilitas kesehatan, zona latihan, dan zona asrama siswa. Zona pengelola ditempatkan dekat dengan jalur masuk utama (main entrance) sebagai area penerima. Zona asrama diletakkan di bagian dalam tapak dan jauh dari jalur masuk utama (main entrance) maupun samping (side entrance) dengan pertimbangan privasi untuk memudahkan kegiatan sesuai dengan fungsinya sehingga tidak terganggu aktivitas dari luar tapak. Zona latihan terdiri dari fasilitas latihan indoor dan outdoor. Fasilitas latihan indoor diletakkan berdekatan dengan asrama dengan pertimbangan privasi, sehingga jalannya kegiatan tidak terganggu aktivitas dari luar tapak. Fasilitas latihan outdoor sebagai point of interest tapak diletakkan dekat dengan jalur masuk samping, untuk memudahkan akses pengunjung saat diadakan kegiatan latih tanding (lihat Gambar 3). Penentuan zona pada tapak berdasarkan jenis kegiatan dan memperhatikan aspek privasi dan perilaku pengguna Peletakkan bangunan pada tapak memperhatikan aspek privasi dan perilaku pengguna Gambar 3 Pembagian zona pada tapak 182

Pengolahan massa dan tampilan bangunan akademi sepak bola menggunakan prinsip pencerminan fungsi bangunan dan nilai estetika. Komposisi massa bangunan akademi sepak bola menggunakan sistem cluster untuk mengelompokkan zona berdasarkan kegiatan (lihat gambar 3). Pengelompokkan jenis kegiatan dengan sistem cluster ini bertujuan agar pelaku kegiatan terutama siswa dapat menjalankan kegiatan pelatihan dengan fokus, misalnya saat berkegiatan dalam bangunan pendidikan formal perhatian siswa tidak teralihkan oleh kegiatan di zona latihan. Pada tampilan bangunan, diambil motif kulit bola sepak berbentuk segi enam untuk fasad bangunan (lihat Gambar 4). Motif kulit bola sepak dipilih sebagai fasad bangunan, untuk menggambarkan fungsi bangunan sebagai fasilitas pembinaan sepak bola dan memberi kesan dan suasana semangat kepada pengguna terutama siswa dan pelatih. Pola segi enam pada fasad bangunan yang diambil dari motif kulit bola sepak sebagai pencerminan fungsi bangunan yaitu akademi sepak bola Gambar 4 Tampilan fasad bangunan Pengolahan ruang dalam di akademi sepak bola menerapkan prinsip kenyamanan psikis dan memperhatikan perilaku pengguna. Prinsip tersebut diterapkan dilayout peruangan klinik, sekolah, dan asrama siswa. Tangga di bangunan klinik diletakkan dekat pintu masuk agar sirkulasi vertikal tidak mengganggu privasi ruang perawatan di lantai bawah (lihat Gambar 5). Pengolahan ruang dalam pada klinik bertujuan menciptakan suasana tenang dan kondusif, agar kegiatan perawatan dan rehabilitasi siswa akademi dapat berjalan dengan optimal, sehingga siswa dapat berlatih kembali dengan normal. Alur sirkulasi ke lantai dua dekat dengan pintu masuk dan tidak melewati zona perawatan di bagian belakang bangunan Zona staff berada di lantai dua sehingga tidak mengganggu aktivitas di zona perawatan pada lantai satu Lantai 1 Lantai 2 Gambar 5 Sirkulasi pada bangunan klinik Ruang kelas formal mempunyai layout yang berbeda dengan ruang kelas materi sepak bola (lihat gambar 6). Pengolahan ruang dalam pada kedua ruang kelas tersebut bertujuan menciptakan suasana dan mendukung jalannya kegiatan di masing-masing ruang kelas. Ruang kelas formal digunakan untuk kegiatan belajar mengajar seperti sekolah formal pada umumnya dengan mata pelajaran yang diikutsertakan dalam Ujian Nasional. Ruang kelas formal memiliki layout grid dengan kursi dan meja mengarah hanya ke satu titik yaitu ke depan kelas, dengan perbandingan jumlah siswa dan guru sekitar 15:1, sehingga siswa dapat fokus saat kegiatan belajar. Ruang kelas materi sepak bola mempunyai layoutcluster yang lebih flexible dengan pertimbangan karakter pengguna kategori usia junior (U-12 dan U-14). Susunan meja dan kursi pada ruang kelas materi sepak bola dapat diubah- 183

ubah sesuai kegiatan yang dilakukan, misalnya diskusi kelompok, penyampaian materi, dan penggunaan media. Layout cluster yang flexible pada meja dan kursi kelas materi sepak bola untuk kegiatan diskusi kelompok usia U-12 dan U-14 Layout grid pada kelas formal dengan satu titik perhatian yaitu papan tulis di depan kelas Gambar 6 Layout ruang kelas materi sepak bola (kiri) dan ruang kelas formal (kanan) Pengolahan ruang luar di akademi sepak bola menerapkan prinsip kenyamanan dan memperhatikan perilaku pengguna. Prinsip tersebut diterapkan pada fasilitas latihan outdoor dan asrama siswa. Fasilitas latihan outdoorterdiri dari satu lapangan utama dan dua lapangan latihan. Lapangan utama memiliki ukuran sesuai dengan standar FIFA untuk latihan dan tanding. Dua lapangan yang lain memilki ukuran lebih kecil untuk pengguna di kategori usia junior yang lebih menekankan latihan dengan kelompok-kelompok kecil. Asrama siswa untuk kategori junior (U-12 dan U-14) dan senior (U-16 dan U-18) memiliki bangunan terpisah agar tidak terjadi bullying (lihat gambar 7). Dua lapangan kecil untuk latihan kelompok kecil Lapangan utama untuk latihan dan tanding Asrama siswa junior dipisah dari asrama siswa senior Gambar 7 Lapangan latihan dan asrama siswa pada akademi sepak bola Prinsip yang diterapkan dalam penggunaan struktur dalam bangunan akademi sepak bola adalah mencerminkan fungsi bangunan. Struktur dipilih dengan pertimbangan mendukung bentuk tampilan bangunan. Bangunan pengelola, sekolah, dan klinik memiliki fasad kaca dengan struktur beton yang membentuksegi enam (lihat gambar 8). Bentuk tersebut diambil dari motif kulit bola sepak. Struktur beton dipilih dengan pertimbangan mudah dicetak sesuai bentuk yang dinginkan dan tahan lama.pada fasilitas latihan indoor digunakan struktur atap lengkung dengan material baja konvensional karena bangunan mempunyai ukuran bentang lebar (lihat gambar 9). Ketinggian dan bentang bangunan fasilitas latihan indoor didapatkan dari perhitungan standar ukuran lapangan indoor dan kolam renang. Pemilihan struktur pada bangunan di akademi sepak bola bertujuan agar kegiatan pembinaan sepak bola dapat berjalan dengan optimal. 184

Nuur Fatimah Susilowati, Gunawan, Ummul Mustaqimah/ Jurnal SENTHONG 2018 Penggunaan struktur beton untuk mendukung bentuk segi enam pada fasad bangunan Gambar 8 Penerapan struktur pada bangunan Gambar 9 Struktur atap lengkung pada fasilitas latihan indoor Penggunaan atap lengkung dengan material finishingalumunium Composite Panel (ACP) dan kaca. Penggunaan utilitas dalam bangunan akademi sepak bola menerapkan prinsip kenyamanan fisik. Utilitas diterapkan dalam bangunan dengan memperhatikan jenis kegiatan dan persyaratan ruang. Fasilitas latihan indoor mewadahi kegiatan berlatih futsal dan berenang yang memerlukan cahaya alami dengan jumlah banyak. Oleh karena itu, atap dibuat dari material alumunium composite panel (ACP) dan kaca agar sinar matahari dapat masuk ke dalam bangunan (lihat gambar 10). Penggunaan kaca pada atap bangunan latihan indoor untuk pencahayaan alami Penggunaan jendela yang lebar pada fasilitas latihan indoor untuk pencahayaan alami Gambar 10 Pencahayaan alami pada fasilitas latihan indoor 185

4. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan kajian pustaka dari teori Weinstein dan David didapatkan empat prinsip desain arsitektur perilaku yang diterapkan pada bangunan, yaitu mencerminkan fungsi bangunan, mewadahi aktvitas dengan nyaman, memperhatikan nilai estetika, dan memperhatikan perilaku pengguna. Prinsip tersebut menjadi pedoman perancangan akademi sepak bola di Yogyakarta. Penerapan kriteria perancangan tersebut menghasilkan desain yang optimal untuk penghuni, khususnya siswa dan pendidik di akademi sepak bola. Pengolahan tapak diterapkan melalui penentuan zona berdasarkan jenis kegiatan, yaitu zona pengelola, zona fasilitas kesehatan, zona pendidikan, zona latihan, dan zona asrama. Pengolahan massa dan tampilan bangunan diterapkan dengan memperhatikan prinsip pencerminan fungsi bangunan. Pengolahan massa bangunan menerapkan komposisi cluster sesuai dengan kelompok kegiatan. Tampilan bangunan menerapkan bentuk segi enam pada fasad yang diambil dari motif kulit bola sepak. Pengolahan ruang dalam dan ruang luar diterapkan melalui penetuan layout ruang, yang sesuai dengan karakter pengguna dan kebutuhan privasi. Pengolahan dalam dan ruang luar diterapkan pada layout ruang kelas dan klinik. Penggunaan struktur dan utilitas bangunan diterapkan dengan memperhatikan kenyamanan pengguna, diwujudkan melalui penggunaan material kaca untuk pencahayaan alami pada atap fasilitas latihan indoor. Struktur bangunan diterapkan dengan pertimbangan mendukung bentuk dan tampilan bangunan, diwujudkan melalui penggunaan struktur beton untuk fasad bangunan dan rangka baja konvensional untuk atap lengkung pada fasilitas latihan indoor. Penerapan arsitektur perilaku sebagai pedoman perancangan akademi sepak bola diharapkan mampu mewujudkan fasilitas pembinaan sepak bola usia muda yang nyaman, kondusif, dan sesuai dengan standar PSSI. Dengan demikian, kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan kurikulum masingmasing kategori usia siswa. REFERENSI Laurens, J. M. (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT. Grasindo. Peta Rencana Pola Ruang DIY. (2017, April 12). Retrieved from Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta: bappeda.jogjaprov.go.id Scheunemann, T. (2012). KURIKULUM SEPAK BOLA INDONESIA Untuk Usia Dini (U5-U12), Usia Muda (U13-U20) & Senior. Jakarta: PSSI. Snyder, J. C. (1989). Pengantar Arsitektur. Jakarta: Erlangga. Weinstein, C. S. (1987). Space for Children: The Built Environment and Child Development. USA: Plenum Press. USA: Penum Press. 186