BAHAN DAN METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Laboratorium Analitik Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

I. BAHAN DAN METODE. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Perlakuan P 0 P 1 P 2 P 3 M 1 M 1 P 0 M 1 P 1 M 1 P 2 M 1 P 3 M 2 M 2 P 0 M 2 P 1 M 2 P 2 M 2 P 3

I.MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Februari. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

III. MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dileksanakan dari bulan Juni sampai September 2013, lahan

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. MATERI DAN METODE. Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu 1.2. Bahan dan Alat 1.3. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

: panjang cm; lebar cm. Warna tangkai daun. Berat rata-rata kailan pertanaman. Daya Simpan pada suhu kamar

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

III. MATERI DAN METODE. Soebrantas KM 15,5 Pekenbaru. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mai

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Kelurahan

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini bertempat dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

Faktor kedua adalah dosis Dregs (D) yang terdiri dari 4 taraf yaitu: DO = Tanpa pemberian dregs DI = 10 g dregs /kg gambut D2 = 20 g dregs /kg gambut

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

III. MATERI DAN METODE

Growth Response of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) Pre Nursery Seedling to Application of Palm Oil Mill Effluent and NPKMg (15:15:6:4) Fertilizer

III. BAHAN DAN METODE. September 2016 di rumah kasa Growth Center Kopertis Wilayah 1 Sumut-Aceh

III. MATERI DAN METODE

BAB 3 METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan (rumah kassa) Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

TATA CARA PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Perternaka UIN Suska Riau. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung dari tanggal

III. MATERI DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

13 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU dengan ketinggian 32 meter diatas permukaan laut, mulai bulan Januari sampai dengan selesai. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kecambah kelapa sawit Tenera PPKS Medan varietas Yangambi, limbah cair kelapa sawit, media tanam kompos tandan kosong kelapa sawit, serat kelapa sawit, sludge, air, dan top soil, polybag volume 5 kg, insektisida berbahan aktif deltametrin konsentrasi 0,2% dan air. Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, jangka sorong digital, oven, kalkulator, meteran, piring plastik, ember, hand sprayer, gelas ukur, paranet, gembor, cangkul, piringan, ayakan 10 mesh, kertas label perlakuan, penggaris, format data, alat tulis. Metode Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Faktor I : Komposisi media tanam (M) dengan empat jenis, yaitu : M 0 : Topsoil M 1 : Topsoil + kompos TKKS (1:1) M2 : Topsoil + sludge (1:1) M3 : Topsoil + serat kelapa sawit (1:1) M4 : Topsoil + TKKS + Sludge + Serat kelapa sawit (1:1:1:1)

14 Faktor II : Dosis limbah cair pabrik kelapa sawit (L) dengan 3 taraf, yakni : L 0 : 0 l/bibit L 1 : 1,5 l/ Bibit L 2 : 3,0 l/bibit Maka diperoleh 15 kombinasi, yaitu : M 0 L 0 M 0 L 1 M 0 L 2 M 1 L 0 M 1 L 1 M 1 L 2 M 2 L 0 M 2 L 1 M 2 L 2 M 3 L 0 M 3 L 1 M 3 L 2 M 4 L 0 M 4 L 1 M 4 L 2 Jumlah ulangan (blok) Jumlah plot Jumlah tanaman per petakan Jumlah tanaman seluruhnya Jumlah sampel per petakan Jumlah sampel seluruhnya Ukuran petakan Jarak antar petakan Jarak antar blok : 3 ulangan : 45 plot : 2 tanaman : 90 tanaman : 2 tanaman : 90 tanaman : 100 cm x 100 cm : 50 cm : 100 cm Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut : Y ijk = µ + ρ i + α j + β k + (αβ) jk + ε ijk i = 1,2,3,4 j = 1,2,3, k = 1,2,3,4

15 Dimana: Y ijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat komposisi media tanam jenis ke j dan pengaruh pada jenis ke-k µ : Nilai tengah ρ i α j β k : Efek dari blok ke-i : Efek perlakuan komposisi media tanam pada jenis ke-j : Efek pemberian limbah cair kelapa sawit pada jenis ke-k (αβ) jk : Interaksi antara komposisi media tanam dan limbah cair kelapa sawit taraf ke-j dan ke-k ε ijk : Galat dari blok ke-i, komposisi media tanam ke-j dan limbah cair kelapa sawit taraf ke-k Data dianalisis dengan analisis sidik ragam, sidik ragam yang nyata dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf α = 5% (Steel dan Torrie, 1987).

16 PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal Pembibitan Areal pembibitan dipersiapkan sebaik mungkin di lahan yang datar dengan ukuran 25 meter x 7 meter, dekat dengan sumber air, memiliki drainase yang baik serta tidak tergenang. Areal dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman yang ada. Dibuat parit pada keliling lahan pembibitan. Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan adalah tandan kosong kelapa sawit, sludge, serat kelapa sawit dan tanah topsoil yang telah diayak dengan ayakan 10 mesh untuk memisahkan media tanam dari bahan-bahan yang tidak diinginkan seperti batu, akar dan lain-lain. Polybag yang digunakan ukuran 5 kg. Media diaduk hingga merata dengan cangkul. Pemindahan Bahan Banam Kecambah yang digunakan adalah Tenera PPKS Medan varietas Yangambi. Pemindahan bahan tanam dilakukan dari sebelumnya menggunakan polybag dengan volume 2 kg menjadi volume 5 kg. Polybag disusun dalam plot percobaan sesuai dengan perlakuan. Jarak antar polybag 30 cm x 30 cm, jarak antar petakan 50 cm, jarak antar ulangan 100 cm dan diberi label sesuai perlakuan. Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Masing masing dosis limbah cair pabrik kelapa sawit diberikan secara bertahap dalam 20 kali aplikasi. Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit dilakukan dari bibit berumur 42 Minggu Setelah Tanam (MST) sampai dengan 54 Minggu Setelah Tanam (MST) dengan interval dua hari. Tabel 1. Dosis aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit

17 Perlakuan Volume dosis/1x aplikasi (ml) L 0 = 0 l/bibit 0 L 1 = 1,5 l/bibit 75 L 2 = 3,0 l/bibit 150 Pemeliharaan Penyiraman Penyiraman dilakukan pada sore hari dengan menggunakan gembor. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual mencabut gulma pada polybag, dan membersihkan lahan areal pembibitan menggunakan cangkul. Interval penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma di pembibitan. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dilakukan secara kimia. Insektisida berbahan aktif deltametrin konsentrasi 0,2% yang disemprotkan ke tanaman ketika terjadi gejala serangan hama belalang dan semut api. Pengamatan Parameter Tinggi Bibit Pengamatan tinggi bibit dilakukan saat bibit berumur 42 MST dengan interval satu minggu sampai bibit berumur 54 MST menggunakan pita ukur. Tinggi bibit diukur dari pangkal batang hingga ujung daun terpanjang. Untuk mempermudah pengukuran, dibuat patok standar dengan tinggi 2 cm dari permukaan tanah. Jumlah Daun

18 Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat bibit berumur 42 MST dengan interval satu minggu sampai bibit berumur 54 MST. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna. Tenera PPKS Medan varietas Yangambi. Diameter Batang Pengamatan diameter batang dilakukan saat bibit berumur 42 MST dengan interval dua minggu sampai bibit berumur 54 MST. Pengukuran dilakukan pada ketinggian 2 cm dari pangkal batang bibit dengan menggunakan jangka sorong digital dengan dua arah yang berlawanan dan saling tegak lurus kemudian dirata-ratakan. Volume Akar Volume akar dihitung pada akhir penelitian, caranya dikeluarkan bibit dari polibag dengan memasukkan polibag ke dalam ember berisi air, kemudian mengoyak polibag dan membersihkan media tanam dari perakaran secara perlahan dengan menggunakan air yang mengalir, lalu memotong bagian akar dari bibit tanaman dan dibersihkan. Volume akar merupakan selisih dari volume air yang naik setelah akar dimasukkan ke gelas ukur dengan volume air sebelumnya. Volume akar diperoleh dengan rumus : Volume akar (ml) : Volume 2 (ml) Volume 1 (ml) Keterangan : Volume 1 (ml) : volume sebelum akar dimasukkan ke dalam air Volume 2 (ml) : volume setelah akar dimasukkan ke dalam air.

19 Total Luas Daun Pengukuran total luas daun dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat bibit berumur 47 MST. Panjang daun diukur dari pangkal sampai ujung daun dan lebar daun diukur pada bagian tengah daun yang terlebar. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris atau meteran. Luas daun dapat dihitung dengan menggunakan rumus A = P x L x k, dimana: A = Luas daun (cm 2 ), P = Panjang daun (cm), L = Lebar daun (cm) dan k = konstanta. Dihitung luas setiap daun dari satu tanaman kemudian dijumlahkan seluruhnya Dartius et al. (1991) konstanta (0,57) daun yang belum membelah dan konstanta (0,52) untuk daun yang telah membelah. Bobot Segar Tajuk Pengukuran bobot segar tajuk dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat bibit berumur 54 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara membersihkan tanaman, kemudian dikering anginkan terlebih dahulu lalu ditimbang dengan timbangan analitik. Bobot Segar Akar Pengukuran bobot segar akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat bibit berumur 54 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara membersihkan tanaman dengan air kemudian dikering anginkan terlebih dahulu, lalu ditimbang dengan timbangan analitik. Bobot Kering Tajuk Perhitungan bobot kering tajuk dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat bibit berumur 54 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara mengeringovenkan bagian tajuk tanaman yang telah dihitung bobot segarnya pada suhu 70 C, selama

20 24 jam kemudian ditimbang dengan timbangan analitik sehingga diperoleh bobot kering yang konstan. Bobot Kering Akar Pengukuran bobot kering akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat bibit berumur 47 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara mengeringovenkan akar tanaman yang telah dihitung bobot segarnya pada suhu 70 C, selama 24 jam kemudian ditimbang dengan timbangan analitik sehingga diperoleh bobot kering yang konstan.

21 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tinggi bibit Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam tinggi bibit umur 44-54 MST dapat dilihat pada Lampiran (2-12). Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan komposisi media tanam dan dosis limbah cair serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit kelapa sawit umur 44-54 MST (Tabel 2). Secara umum pemberian limbah cair kelapa sawit sampai dosis 3.0 l/bibit menurunkan tinggi tanaman walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Volume penyiraman sampai pada 1.5l/bibit merupakan jumlah terbaik karena menghasilkan rataan tertinggi (Tabel 2). Hasil ini mengindikasikan pemberian mencapai 3,0l/bibit menghasilkan kondisi media tanam yang jenuh air sehingga menghambat pertumbuhan bibit. Perlakuan media tanam hanya menggunakan top soil (M0) menghasilkan rataan tinggi bibit yang terendah, sedangkan rataan tertinggi diperoleh pada bibit yang ditanam pada media Top soil + sludge (1:1). Hasil penelitian ini menunjukkan potensial campuran dari media tanam top soil + sludge dapat digunakan sebagai media tanam kelapa sawit di pembibitan.

22 Tabel 2. Tinggi bibit kelapa sawit pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit umur 44-54 MST Dosis Komposisi media tanam MST LCPKS Rataan (l/bibit) M 0 M 1 M 2 M 3 M 4 -----------------------cm----------------------- 44 46 48 50 52 54 L 0 = 0 88,25 119,88 138,73 102,13 111,90 112,18 L 1 = 1,5 111,02 115,52 131,77 120,27 118,48 119,41 L 2 = 3,0 116,45 110,82 117,08 121,45 121,82 117,52 Rataan 105,24 115,41 129,19 114,62 117,40 116,37 L 0 = 0 89,02 121,17 130,48 102,47 112,13 112,55 L 1 = 1,5 111,72 115,33 132,42 121,03 118,97 119,89 L 2 = 3,0 117,45 111,47 118,12 122,72 122,52 118,45 Rataan 106,06 115,99 127,01 115,41 117,87 116,47 L 0 = 0 90,53 122,78 133,78 103,53 114,05 112,94 L 1 = 1,5 112,62 116,30 134,33 130,30 120,68 122,25 L 2 = 3,0 118,52 112,52 119,92 124,38 123,92 119,85 Rataan 107,22 117,20 129,34 119,41 119,55 118,54 L 0 = 0 91,82 123,45 135,85 104,13 115,35 114,12 L 1 = 1,5 113,18 117,10 135,73 123,68 121,55 122,85 L 2 = 3,0 119,47 113,42 122,02 125,30 125,78 121,20 Rataan 108,16 117,99 131,20 117,71 120,89 119,19 L 0 = 0 93,12 124,70 136,53 105,37 116,40 115,22 L 1 = 1,5 116,33 118,60 136,48 124,73 124,13 123,25 L 2 = 3,0 120,77 115,40 122,75 126,18 126,83 122,39 Rataan 110,07 119,57 131,92 118,76 122,46 120,56 L 0 = 0 94,43 125,47 137,38 106,58 117,33 116,24 L 1 = 1,5 117,03 119,45 137,33 117,68 124,75 124,06 L 2 = 3,0 121,93 116,25 123,77 127,52 127,72 123,44 Rataan 111,13 120,39 132,83 117,26 123,27 120,98 Jumlah Daun Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah daun umur 44-54 MST dapat dilihat pada Lampiran (26-36) yang menunjukkan perlakuan komposisi

23 media tanam dan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit umur 44-54 MST (Tabel 3). Jumlah daun kelapa sawit umur 44-54 MST pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.Jumlah daun kelapa sawit pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 48-54 MST MST 48 50 52 54 Dosis LCPKS (l/bibit) Komposisi media tanam M 0 M 1 M 2 M 3 M 4 -----------------------helai----------------------- Rataan L 0 = 0 9,33 10,83 10,83 9,50 9,83 10,07 L 1 = 1,5 10,33 10,33 12,33 10,17 11,00 10,83 L 2 = 3,0 11,33 11,00 10,50 10,33 10,67 10,77 Rataan 10,33 10,72 11,22 10,00 10,50 10,56 L 0 = 0 9,67 11,33 11,33 10,17 10,50 10,60 L 1 = 1,5 10,67 10,67 12,67 10,33 11,33 11,13 L 2 = 3,0 11,83 11,67 11,00 11,00 11,33 11,37 Rataan 10,72 11,22 11,67 10,50 11,06 11,03 L 0 = 0 10,50 11,67 12,50 11,17 11,33 11,43 L 1 = 1,5 11,33 11,17 13,17 11,33 12,50 11,90 L 2 = 3,0 12,83 12,33 12,00 12,00 12,33 12,30 Rataan 11,56 11,72 12,56 11,50 12,06 11,88 L 0 = 0 11,33 12,33 13,17 12,00 12,33 12,23 L 1 = 1,5 12,00 12,00 14,00 12,00 13,33 12,67 L 2 = 3,0 13,83 13,17 12,50 12,83 13,17 13,10 Rataan 12,39 12,50 13,22 12,28 12,94 12,67 Jumlah daun bibit kelapa sawit yang tertinggi diperoleh pada komposisi media tanam M 2 sebesar 13,22 helai, sedangkan media tanam yang menghasilkan jumlah daun terbanyak adalah media top soil + sludge (1:1). Diameter Batang

24 Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam diameter batang umur 44-54 MST dapat dilihat pada Lampiran (14-24). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam, penyiraman dengan limbah cair berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang, sedangkan interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata. Rataan diameter batang kelapa sawit umur 44-54 MST pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4. Pengamatan diameter bibit sampai umur 46 MST menghasilkan perbedaan yang tidak nyata dengan pemberian perlakuan media tanam dan penyiraman dengan limbah cair. Akan tetapi sejalan dengan peningkatan umur bibit, terlihat bahwa diperoleh respons yang nyata dari dua perlakuan. Pada setiap minggu pengamatan rataan diameter tertinggi diperoleh pada bibit dengan media tanaman top sil + sludge, sedangkan terendah pada media tanam top soil. Tabel 4. Diameter batang kelapa sawit komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 44-54 MST Dosis Komposisi media tanam LCPKS Rataan MST (l/bibit) M 0 M 1 M 2 M 3 M 4 -----------------------mm----------------------- 44 L 0 = 0 23,07 33,29 45,02 30,04 30,73 32,43 L 1 = 1,5 31,65 33,29 41,90 34,75 38,20 35,95 L 2 = 3,0 33,26 36,80 39,17 37,73 31,98 35,79 Rataan 29,33c 34,46b 42,03a 34,17b 33,64b 34,72

25 46 48 50 52 L 0 = 0 24,45 35,28 46,41 31,19 33,50 34,17 L 1 = 1,5 33,45 35,28 44,16 34,99 39,46 37,47 L 2 = 3,0 35,38 38,20 41,46 39,40 37,49 38,38 Rataan 31,09c 36,25b 44,01a 35,19b 36,82b 36,67 L 0 = 0 26,66 38,07 49,49 33,34 37,98 37,11c L 1 = 1,5 36,90 38,07 47,01 39,15 41,80 40,58b L 2 = 3,0 40,71 41,05 49,61 42,27 44,78 43,68a Rataan 34,76d 39,06c 48,70a 38,25c 41,52b 40,46 L 0 = 0 29,57 42,79 54,68 35,70 42,73 41,09c L 1 = 1,5 42,19 42,79 53,61 43,32 49,13 46,21b L 2 = 3,0 47,80 46,76 56,84 47,81 51,06 50,05a Rataan 39,85d 44,11c 55,04a 42,28c 47,64b 45,78 L 0 = 0 35,78 50,67 59,07 39,77 49,71 47,00c L 1 = 1,5 49,51 50,67 60,69 49,90 53,71 52,90b L 2 = 3,0 52,02 52,12 63,97 52,33 61,44 56,38a Rataan 45,77d 51,16c 61,24a 47,33d 54,95b 52,09 L 0 = 0 39,11 55,24 64,64 45,16 58,08 52,44c L 1 = 1,5 56,58 55,24 65,89 59,25 61,49 59,69b L 2 = 3,0 58,51 58,78 69,87 58,54 70,48 63,23a 54 Rataan 51,40d 56,42c 66,80a 54,32c 63,35b 58,46 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom minggu amatan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%. Jika digambarkan bagaimana hubungan dosis pemberian limbah cair dengan diameter batang diperoleh Gambar 1.

26 Gambar 1. Diameter bibit kelapa sawit dengan pemberian dosis limbah cair kelapa sawit Hasil pada Gambar 1 menunjukkan terdapat hubungan liniear antara pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dengan diameter batang pada umur 54 MST dengan diameter tertinggi diperoleh pada 63,23 mm. Volume Akar Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam volume akar umur 54 MST dapat dilihat pada lampiran (38). Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap volume akar sedangkan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar bibit kelapa sawit umur 54 MST (Tabel 5). Secara umum pemberian limbah cair kelapa sawit sampai dosis 3.0 l/bibit menaikkan volume akar walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Volume penyiraman sampai pada 3.0 l/bibit merupakan dosis terbaik karena menghasilkan

27 rataan tertinggi (Tabel 5). Hasil ini mengindikasikan pemberian mencapai 3.0 l/bibit menghasilkan kondisi yang dibutuhkan oleh akar tanaman untuk berkembang. Perlakuan media tanam menggunakan top soil + serat kelapa sawit menghasilkan rataan volume akar yang terendah, sedangkan rataan tertinggi diperoleh pada bibit yang ditanam pada media top soil + TKKS (1:1). Hasil penelitian ini menunjukkan potensial campuran dari media tanam top soil + TKKS dapat digunakan sebagai media tanam kelapa sawit di pembibitan. Tabel 5. Volume akar kelapa sawit pada berbagai komposisi media tanamdan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 54 MST Dosis Komposisi Media Tanam LCPKS Rataan (l/bibit) M 0 M 1 M 2 M 3 M 4 -----------------------m----------------------- L 0 = 0 120,40 237,57 207,90 85,50 142,97 158,87 L 1 = 1,5 128,60 237,57 223,97 142,93 129,70 172,55 L 2 = 3,0 153,10 218,13 196,17 140,37 213,57 184,27 Rataan 134,03c 231,09a 209,34a 122,93c 162,08b 171,90 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom minggu amatan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.h Total Luas Daun Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam total luas daun umur 54 MST dapat dilihat pada Lampiran (40). Hasil analisis statistik diketahui bahwa perlakuan media tanam dan limbah cair kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata (Tabel 6). Secara umum pemberian limbah cair kelapa sawit sampai dosis 3.0 l/bibit menurunkan total luas daun walaupun secara statistic tidak berbeda nyata. Tanpa diberikan limbah cair kelapa sawit merupakan jumlah terbaik karena

28 menghasilkan rataan tertinggi (Tabel 6). Hasil ini mengindikasikan kondisi media tanam yang jenuh air sehingga menghambat pertumbuhan bibit. Perlakuan media tanam top soil + TKKS (M 1 ) menghasilkan rataan total luas daun yang terendah, sedangkan rataan tertinggi diperoleh pada bibit yang ditanam pada media top soil + TKKS + sludge + serat. Hasil penelitian ini menunjukkan campuran dari media top soil + TKKS + sludge + serat dapat digunakan sebagai media tanam kelapa sawit di pembibitan. Tabel 6.Total luas daunkelapa sawit pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair umur 54 MST Dosis Komposisi Media Tanam LCPKS Rataan (l/bibit) M 0 M 1 M 2 M 3 M 4 -----------------------cm 2 ----------------------- L 0 = 0 206,88 206,47 171,54 183,46 231,12 199,89 L 1 = 1,5 172,20 164,95 202,76 202,26 196,15 187,66 L 2 = 3,0 204,27 179,96 180,28 199,83 193,65 191,60 Rataan 194,45 183,79 184,86 195,18 206,97 193,05 Bobot Segar Tajuk Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot Segar tajuk umur 54 MST dapat dilihat pada Lampiran (46). Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan komposisi media tanam dan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot segar tajuk bibit kelapa sawit umur 54 MST sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar tajuk bibit kelapa sawit umur 54 MST (Tabel 7). Secara umum pemberian limbah cair kelapa sawit sampai dosis 3.0 l/bibit menaikkan berat bobot segar tajuk kelapa sawit. Volume penyiraman sampai pada 3.0 l/bibit merupakan jumlah terbaik karena menghasilkan rataan tertinggi (Tabel 7).

29 Perlakuan media tanam hanya menggunakan top soil (M 0 ) menghasilkan rataan tinggi bibit yang terendah, sedangkan rataan tertinggi diperoleh pada bibit yang ditanam pada media top soil + TKKS + sludge + serat (M 4 ). Hasil penelitian ini menunjukkan potensial campuran dari media tanam top soil + TKKS + sludge + serat dapat digunakan sebagai media tanam di pembibitan. Pengamatan bobot segar tajuk menghasilkan perbedaan yang nyata dengan pemberian perlakuan media tanam dan penyiraman dengan limbah cair. Tabel 7.Bobot Segar tajuk kelapa sawit pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 54 MST Dosis Komposisi Media Tanam LCPKS Rataan (l/bibit) M 0 M 1 M 2 M 3 M 4 -----------------------g----------------------- L 0 = 0 86,36 210,48 298,14 109,87 213,18 183,60c L 1 = 1,5 183,77 210,48 380,33 173,17 213,36 232,22b L 2 = 3,0 264,78 166,33 297,62 253,99 328,63 262,27a Rataan 178,30c 195,77c 325,36a 179,01c 251,72b 226,03 Jika digambarkan bagaimana hubungan dosis pemberian limbah cair dengan bobot segar tajuk diperoleh Gambar 2. Gambar 2. Bobot segar tajuk dengan pemberian dosis limbah cair kelapa sawit

30 Hasil pada Gambar 2 menunjukkan terdapat hubungan liniear antara limbah cair pabrik kelapa sawit dengan bobot segar tajuk pada umur 54 MST dengan diameter tertinggi diperoleh pada 698,55 g.m Bobot Segar Akar Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot segar akar umur 54 MST dapat dilihat pada Lampiran (42) yang menunjukkan perlakuan komposisi media tanam dan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar akar bibit kelapa sawit umur 54 MST (Tabel 8). Secara umum pemberian limbah cair kelapa sawit sampai dosis 3.0 l/bibit menaikkan bobot segar akar walaupun secara statistik berbeda tidak nyata. Volume penyiraman sampai pada 3.0 l/bibit merupakan jumlah terbaik karena menghasilkan rataan tertinggi (Tabel 8). Perlakuan media tanam menggunakan top soil + serat (M 3 ) menghasilkan rataan bobot segar akar yang terendah, sedangkan rataan tertinggi diperoleh pada bibit yang ditanam pada media top soil + TKKS (1:1). Pengamatan bobot segar akar menghasilkan perbedaan yang nyata dengan pemberian media tanam, akan tetapi berbeda tidak nyata pada pemberian penyiraman dengan limbah cair. Tabel 8.Bobot segar akarkelapa sawit pada berbagaikomposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 54 MST Dosis LCPKS (l/bibit) Komposisi Media Tanam M 0 M 1 M 2 M 3 M 4 -----------------------g----------------------- Rataan L 0 = 0 125,43 294,99 275,03 106,41 176,17 195,61 L 1 = 1,5 150,74 294,99 250,04 165,40 146,92 201,62

31 L 2 = 3,0 195,03 264,27 182,59 194,93 246,86 216,74 Rataan 157,07d 284,75a 235,89b 155,58d 189,98c 204,65 Bobot Kering Tajuk Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk umur 54 MST dapat dilihat pada Lampiran (48). Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan komposisi media tanam dan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk pada umur 54 MST sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk bibit kelapa sawit umur 54 MST (Tabel 9). Secara umum pemberian limbah cair kelapa sawit sampai dosis 3.0 l/bibit menaikkan bobot kering tajuk. Volume penyiraman sampai dosis 3.0 l/bibit merupakan jumlah terbaik karena menghasilkan rataan tertinggi (Tabel 9). Perlakuan media tanam hanya menggunakan top soil (M 0 ) menghasilkan rataan bobot kering tajuk yang terendah, sedangkan rataan tertinggi diperoleh pada bibit yang ditanam pada media top soil + sludge (1:1). Pengamatan bobot kering tajuk menghasilkan perbedaan yang nyata dengan pemberian perlakuan media tanam dan penyiraman dengan limbah cair. Tabel 9. Bobot kering tajuk kelapa sawit pada berbagai komposisimedia tanam dan pemberian dosis limbah cair pabrik kelapa sawit umur 54 MST Dosis LCPKS (l/bibit) Komposisi Media Tanam M 0 M 1 M 2 M 3 M 4 -----------------------g----------------------- Rataan L 0 = 0 86,36 210,48 298,14 109,87 213,18 183,60c L 1 = 1,5 183,77 210,48 380,33 173,17 213,36 232,22b

32 L 2 = 3,0 264,78 166,33 297,62 253,99 328,63 262,27a Rataan 178,30c 195,77c 325,36a 179,01c 251,72b 226,03 Jika digambarkan bagaimana hubungan dosis pemberian limbah cair dengan bobot kering tajuk diperoleh Gambar 3. Gambar 3. Bobot kering tajuk bibit kelapa sawit dengan pemberian dosis limbah cair kelapa sawit Hasil pada gambar 3 menunjukkan terdapat hubungan liniear antara pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dengan bobot kering tajuk pada umur 54 MST dengan bobot kering tajuk tertinggi diperoleh pada 262,27 g. Bobot kering Akar Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering akar umur 54 MST dapat dilihat pada Lampiran (44) yang menunjukkan perlakuan komposisi media tanam dan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar bibit kelapa sawit umur 54 MST (Tabel 10).

33 Secara umum pemberian limbah cair kelapa sawit sampai dosis 3.0 l/bibit menaikkan bobot kering akar tanaman walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Volume penyiraman sampai pada 3.0 l/bibit merupakan jumlah terbaik karena menghasilkan rataan tertinggi (Tabel 10). Perlakuan media tanam menggunakan top soil + serat (M 3 ) menghasilkan rataan tinggi bibit yang terendah, sedangkan rataan tertinggi diperoleh pada bibit yang yang ditanam pada media top soil + sludge (1:1). Tabel 10.Bobot kering akar kelapa sawit pada berbagai komposisi media tanam dan pemberian dosis limbah cair pada umur 54 MST. Dosis LCPKS (l/bibit) Komposisi Media Tanam M 0 M 1 M 2 M 3 M 4 -----------------------g----------------------- Rataan L 0 = 0 39,81 72,27 65,16 39,46 57,17 54,78 L 1 = 1,5 51,13 89,58 55,25 47,16 38,66 56,35 L 2 = 3,0 57,16 71,89 60,92 55,47 71,19 63,33 Rataan 49,37 77,91 60,45 47,36 55,67 58,15 Pembahasan Pengaruh pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter diameter batang, berat basah tajuk dan berat kering tajuk dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun, berat basah akar, dan berat kering akar. Data sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada pengamatan 44-54 MST. Limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai bahan organik berperan dalam memperbaiki struktur tanah serta ketersediaan hara yang pada gilirannya akan

34 mendorong pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang terkandung dalam limbah cair pabrik kelapa sawit seperti kalium mampu mendorong proses pembentukan sel-sel baru, meningkatkan ketebalan dinding sel pada pembesaran lingkar batang, menurut literatur Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang menyatakan bahwa unsur Kalium sangat penting bagi tanaman kelapa sawit. Kalium berfungsi untukmembentuk dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam pembentukan protein, mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, menetralkan reaksi dalam sel terutama dari asam organik, menaikkan pertumbuhan jaringan meristem, mengatur pergerakan stomata, memperkuat tegaknya batang sehingga tanaman tidak mudah roboh, mengaktifkan enzim baik langsung maupun tidak langsung, meningkatkan kadar karbohidrat dan gula dalam buah, mengisi biji tanaman sehingga padat, meningkatkan kualitas buah meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit serta mengembangkan perakaran. Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap berat basah tajuk.berat basah tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan L 2 (3,0 l/bibit) dan terendah pada L 0 (1,0/bibit).Pengaruh nyata pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit terhadap berat basah tajuk disebabkan karena pemberian limbah cair pabrik kelapa menjamin ketersediaan unsur hara N, P, K, Mg yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Ketersediaan unsur-unsur yang tinggi seperti N, P, K, Mg dan Ca, sehingga limbah cair tersebut berpeluang untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit, Hal ini sesuai dengan literatur Rahardjo (2009) yang menyatakan bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki komposisi yang cukup kaya akan unsur hara N, P dan K, maka limbah cair tersebut mempunyai potensi yang baik untuk menggantikan ataupun

35 melengkapi peran pupuk anorganik. Selain kalium, nitrogen juga diperlukan dalam proses pembelahan sel karena diketahui bahwa beberapa senyawa kimia dalam tumbuhan mengandung nitrogen. Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) menyatakan bahwa sebagian besar senyawa-senyawa kimia dalam tumbuhan seperti protein, alkaloid, klorofil dan lain-lain mengandung nitrogen. Klorofil merupakan alat terjadinya proses fotosintesis. Pemberian limbah cair kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk. Berat kering tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan L 2 (3,0 l/bibit) dan terendah pada L 0 (0 l/bibit). Hal ini menunjukkan kandungan hara yang sangat tinggi dalam limbah cair pabrik kelapa sawit sehingga hasil asimilat yang didapat oleh tanaman menunjukkan respon yang positif. Selain mengandung hara yang tinggi dan dibutuhkan oleh tanaman, limbah cair pabrik kelapa sawit juga mampi memperbaik sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Putri (2011) yang menyatakan bahwa Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit(LCPKS) merupakan salah satu bahan organikyang mengandung unsur hara cukup tinggiseperti N, P, K, Mg dan Ca. Limbah cairpabrik kelapa sawit berpeluang besar untukdigunakan sebagai sumber hara bagi tanamankelapa sawit disamping memberikankelembaban tanah. Pemberian LCPKS dapatmemperbaiki sifat fisik, kimia dan biologitanah serta dapat meningkatkan status haratanah. Sementara ditinjau dari kandunganharanya, setiap satu ton limbah cair pajbrikkelapa sawit mengandung hara setara dengan1.56 kg Urea, 0.25 kg TSP, 2.50 kg MOP dan 1 kg Kiserit. Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun, total luas daun, berat basah akar, dan berat

36 kering akar. Pada parameter tinggi bibit, jumlah daun, berat basah akar, dan berat kering akar perlakuan terbaik terdapat pada dosis 3.0 l/bibit (L 2 ). Hal ini mengindikasikan bahwa kandungan hara di dalam limbah cair pabrik kelapa sawit belum dapat diserap oleh tanaman secara sempurna karena sifatnya yang lambat. Bila kandungan hara tersebut dapat diserap secara optimal akan mampu meningkatkan metabolisme dari tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Armaini (2013) pupuk organik mengalami perombakan oleh jasad renik berlangsung perlahan lahan dalam arti kata kurang terbentuk panas dalam proses perombakan. Unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit menyebabkan kegiatan metabolisme dari tanaman meningkat demikian juga akumulasi asmilat pada daerah batang (bonggol). Pengaruh pemberian komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery Dari hasil analisis data pengamatan bibit kelapa sawit diperoleh bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang, volume akar, berat basah akar, berat basah tajuk dan berat kering tajuk dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun dan berat kering akar. Perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang. Diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan M 2 (Top Soil + Sludge (1:1)) dan terendah terdapat pada M 0. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan hara yang terdapat di dalam top soil dan sludge secara sinergisme mampu meningkatkan pertumbuhan diameter batang lebih optimal bila dibandingkan hanya menggunakan top soil. Hal ini sesuai dengan literatur Gumbira (1996) yang menyatakan bahwa Limbah olahan kelapa sawit berupa

37 Sludge dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik, dari hasil analisis kandungan sludge ini mengandung unsur hara antara lain : Nitrogen (N), Fospor (P), Kalium (K), Magnesium (Mg), dan Kalsium (K). Penggunaan limbah kelapa sawit berupa sludge ini dapat menggantikan kebutuhan pupuk organic yang berasal dari kotoran hewan, karena limbah kelapa sawit mempunyai bahan organic yang tinggi dengan ph kurang dari 5. Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar. Bobot basah akar tertinggi terdapat pada perlakuan M 1 ( Top Soil + TKKS) dan terendah terdapat pada perlakuan M 3. Hal ini menunjukkan kemampuan TKKS dalam memperbaiki sifat fisik tanah dan membantu penyarapan hara dan air di yang tersedia dan mampu mengikat air lebih lama dibandingkan dengan media top soil saja. Hal ini sesuai dengan literatur Damoko dan Ady (2006) yang menyatakan bahwa keunggulan dari kompos TKKS yakni kandungan kalium tinggi, tanpapenambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada dalam tanah, mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan, membantu kelarutan unsur-unsur harayang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman, merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan dapat diaplikasikan pada sembarang musim. Perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk. Bobot basah tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan M 2 (Top Soil + Sludge) dan terendah pada M 0 (Top Soil). Bobot kering

38 tajuk tertinggi terdapat pada M 2 (Top Soil + Sludge) dan terendah pada M 0 (Top Soil). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan hara dalam sludge dan top soil mampu mengoptimalkan hasil asimilasi dari tanaman kelapa sawit. Selain kandungan hara yang tinggi dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sludge juga berguna sebagai sumber energi untuk mikroorganisme di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Gumbira (1996) yang menyatakan bahwa Limbah olahan kelapa sawit berupa Sludge dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik, dari hasil analisis kandungan sludge ini mengandung unsur hara antara lain : Nitrogen (N), Fospor (P), Kalium (K), Magnesium (Mg), dan Kalsium (K). Penggunaan limbah kelapa sawit berupa sludge ini dapat menggantikan kebutuhan pupuk organic yang berasal dari kotoran hewan, karena limbah kelapa sawit mempunyai bahan organic yang tinggi dengan ph kurang dari 5. Pemanfaatan sludge kelapa sawit berguna sebagai substrat dan sumber energi untuk pertumbuhan mikroorganisme. Perlakuan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata parameter tinggi bibit, jumlah daun, total luas daun dan berat kering akar. Pada parameter tinggi bibit perlakuan terbaik terdapat pada komposisi media top soil + sludge (M 2 ). Pada parameter jumlah daun perlakuan terbaik terdapat pada komposisi media top soil + sludge (M 2 ). Pada parameter total luas daun perlakuan terbaik terdapat pada komposisi top soil + TKKS + sludge + serat (M 4 ). Pada parameter berat kering akar perlakuan terbaik terdapat pada komposisi media top soil + TKKS (M 1 ). Hal ini mengindikasikan bahwa komposisi media tanam yang diberikan bersifat lebih memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah ketimbang untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman secara vegetatif. Hal ini

39 sesuai dengan pernyataan Damoko dan Ady (2006) yang menyatakan bahwa keunggulan dari kompos TKKS yakni kandungan kalium tinggi, tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada dalam tanah, mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan, membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman, merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan dapat diaplikasikan pada sembarang musim. Pengaruh interaksi limbah cair pabrik kelapa sawit dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit(elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi komposisi media tanam dan limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh tidak nyata pada semua parameter pengamatan. Walaupun memberikan pengaruh yang tidak nyata dalam semua parameter pengamatan, tetapi interaksi antara M 2 L 0 memiliki rataan tertinggi untuk parameter tinggi bibit, M 4 L 2 untuk parameter diameter batang, M 2 L 1 untuk jumlah daun, M 1 L 1 untuk volume akar, M 4 L 0 untuk total luas daun, M 1 L 1 untuk bobot basah akar, M 2 L 1 untuk bobot basah tajuk, M 1 L 1 untuk bobot kering akar, M 2 L 1 untuk bobot kering tajuk. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi sinergisme antara faktor media tanam dan limbah cair pabrik kelapa sawit. Media tanam dan limbah cair yang diberikan memiliki kandungan hara yang hampir sama namun membutuhkan waktu yang berbeda untuk dapat diserap secara

40 sempurna oleh tanaman dan baru sifat fisik, kimia dan biologi tanah saja yang berubah. Hal ini sesuai dengan literatur Hakim et al (1986) yang menyatakan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalam tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman.

41 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap diameter batang, volume akar, berat basah akar, berat basah tajuk, dan berat kering tajuk dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun, total luas daun, dan berat kering akar. Komposisi media tanam terbaik terdapat pada media M 2 (Topsoil +sludge (1:1)) 2. Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata meningkatkan diameter batang, bobot basah tajuk, dan bobot kering tajuk dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun, volume akar, total luas daun, bobot basah akar dan bobot kering akar. Dosis limbah cair pupuk kelapa sawit terbaik terdapat pada dosis L 2 (3,0 l/bibit). 3. Interaksi pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dengan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka direkomendasikan untuk pembibitan kelapa sawit di main nursery dapat diberikan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan dosis 3,0 l/bibit dan komposisi media tanam Topsoil + Sludge (1:1).