PENDAHULUAN. meningkat dari hingga kg (Dinas Peternakan Provinsi

dokumen-dokumen yang mirip
Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

Pengawetan pangan dengan pengeringan

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

Pengeringan Untuk Pengawetan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

Pengaruh Metode Pengeringan...Damar Airlangga PENGARUH METODE PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK DENDENG GILING DAGING AYAM BROILER

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII)

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, negara kita Indonesia

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

I. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Budaya mengkonsumsi daging sudah menyebar di sebagian besar. masyarakat dunia. Kalau tidak ada daging mungkin dirasa kurang lengkap

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENDENG PENGASAPAN Dendeng adalah irisan daging yang dikeringkan dan ditambah bumbu. Pembuatan dendeng untuk memperoleh cita rasa khas adalah mengguna

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

I. PENDAHULUAN. menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak. Faktor penghambat. kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak.

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN ASAP CAIR SEBAGAI PENGAWET TERHADAP KUALITAS NUGGET DAGING AYAM. Oleh : MALIKIL KUDUS SUSALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

Lampiran 1. Syarat mutu dendeng sapi (SNI 2908:2013. Dendeng Sapi) No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1 Bau - Normal 2 Warna - Normal 3 Kadar Air %

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

PENDAHULUAN. kandungan gizi tinggi, akan tetapi mudah mengalami kerusakan (perishable food).

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

Karakteristik mutu daging

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING. Oleh : Akram Hamidi

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HEWANI. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di negara berkembang. Asia Tenggara memiliki prevalensi KVA

I. PENDAHULUAN. berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN IKAN

PERBEDAAN KANDUNGAN PROTEIN, ZAT BESI DAN DAYA TERIMA PADA. PEMBUATAN BAKSO DENGAN PERBANDINGAN JAMUR TIRAM (Pleurotus

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan akan daging ayam broiler semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008 sampai tahun 2013 kebutuhan daging ayam broiler di Jawa Barat meningkat dari 335.150.999 hingga 563.528.597 kg (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2013). Daging ayam merupakan salah satu produk pangan asal hewani yang mempunyai kandungan gizi tinggi yang terdiri dari lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein yang susunan asam amino essensialnya lebih lengkap dibandingkan dengan protein nabati. Daging ayam bersifat mudah rusak akibat aktivitas mikroba, sehingga perlu diolah untuk memperpanjang masa simpan. Daging ayam dapat diolah menjadi bakso, sosis, dendeng, dan lain-lain. Dendeng merupakan produk olahan daging yang mengkombinasikan bumbu-bumbu dan pengeringan. Pengolahan dendeng merupakan usaha pengembangan produk memodifikasi aroma, tekstur serta meningkatkan cita rasa. Dendeng ada 2 macam, yaitu dendeng iris dan dendeng giling. Keuntungan dari pembuatan dendeng ayam giling adalah memperlama masa simpan produk daging olahan ayam dan volume menjadi mengecil sehingga memudahkan dalam penyimpanan. Pembuatan dendeng ayam sangat potensial karena daging ayam dipasaran sangat terjangkau dibandingkan daging sapi dan daging domba sehingga jika dijual dipasaran dendeng ayam lebih murah dari dendeng sapi. Daging ayam tidak memiliki permukaan yang luas seperti daging sapi, maka daging ayam tidak dapat digunakan dalam pembuatan dendeng sayat seperti dendeng sapi, tetapi melalui proses penghancuran dan pengepresan sehingga

2 berbentuk lempeng disebut dendeng giling. Daging ayam juga bisa dijadikan dendeng iris, tetapi tidak selebar dendeng iris daging sapi. Ciri-ciri fisik dendeng ayam sangat dipengaruhi oleh suhu dan lama pengeringan, karena proses pengeringan akan mengubah kandungan air, aktivitas air, dan komposisi kimia yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keempukan dan daya ikat air. Pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya case hardening, sedangkan pengeringan pada suhu yang terlalu rendah masih memberikan kesempatan untuk tumbuhnya mikroorganisme, sehingga perlu diketahui metode pengeringan terbaik. Metode pengeringan sangat mempengaruhi hasil akhir dari kualitas dendeng yang dihasilkan. Metode pengeringan pada pembuatan dendeng yang dikenal oleh masyarakat saat ini ada dua yaitu pengeringan dengan bantuan sinar matahari dan pengeringan buatan dengan menggunakan oven. Pengeringan menggunakan sinar matahari biasanya dilakukan dalam skala rumah tangga, sedangkan metode oven dilakukan pada skala industri. Dua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menghasilkan dendeng. Metode pengeringan matahari sangat ekonomis namun memiliki berbagai kelemahan seperti memerlukan waktu yang lama, tergantung kondisi cuaca, dan sanitasi kurang terjaga, sehingga kemungkinan mutu produk akhir kurang baik, sedangkan metode pengeringan oven suhu dapat diatur tetapi dapat mengakibatkan terjadinya case hardening. Pengeringan daging memberikan pengaruh terhadap keempukan dan daya ikat air, sehingga dalam proses pengeringan daging perlu memperhatikan metdoe pengeringan yang digunakan. Sampai saat ini belum terdapat publikasi ilmiah tentang pengaruh metode pengeringan terhadap mutu fisik dendeng giling daging

3 ayam broiler. Untuk itu penulis tertarik tentang Pengaruh Metode Pengeringan Terhadap Mutu Fisik Dendeng Giling Daging Ayam broiler 1.2. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana pengaruh penggunaan metode pengeringan dengan sinar matahari dan oven terhadap mutu fisik ( daya ikat air, ph dan keempukan.) dendeng giling daging ayam broiler. 2. Penggunaan metode pengeringan mana yang menghasilkan mutu fisik (daya ikat air,ph dan keempukan) paling baik pada dendeng giling daging ayam broiler. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh penggunaan metode pengeringan dengan sinar matahari dan oven terhadap mutu fisik ( daya ikat air,ph dan keempukan) dendeng giling daging ayam broiler. 2. Mendapatkan metode pengeringan dendeng giling daging ayam broiler yang menghasilkan mutu fisik ( daya ikat air,ph dan keempukan) paling baik. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sumber informasi ilmiah bagi para peneliti akademisi baik swasta maupun negeri mengenai metode pengeringan dendeng giling daging ayam broiler yang menghasilkan mutu fisik terbaik. Secara praktis dapat digunakan oleh masyarakat serta produsen yang tertarik dan berkecimpung dalam pengolahan daging ayam khususnya dendeng.

4 1.5. Kerangka Pemikiran Daging ayam merupakan bahan pangan asal hewani yang mudah rusak dan mengalami kebusukan dikarenakan daging ayam memiliki kadar air yang cukup tinggi, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dengan mudah. Untuk itu daging ayam perlu segera diawetkan. Salah satu produk daging ayam yang mengalami proses pengawetan adalah dendeng, selain dendeng juga terdapat berbagai macam produk olahan dan pengawetan daging ayam yang saat ini ada di pasaran seperti sosis, bakso, nugget, abon dan kornet. Dendeng adalah lembaran daging yang dikeringkan dengan menambahkan campuran garam, gula, serta bumbu-bumbu lain dengan cita rasa spesifik (Evanuarini dan Huda, 2012). Berbagai macam jenis daging dapat diolah menjadi dendeng, salah satunya daging ayam broiler. Dendeng merupakan salah satu produk daging kering yang telah banyak dibuat di Indonesia dan mempunyai masa simpan lebih dari 6 bulan dengan kadar air berkisar 15% sampai 20% dengan ph 4,5 5,1 (Soeparno, 2009). Proses pembuatan dendeng dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu adalah sayat dan giling. Dendeng sayat yaitu melakukan penyayatan membentuk suatu lembaran yang tipis dengan ketebalan kira kira 2 mm, diikuti pencampuran dengan gula, garam, serta bumbu dan diikuti dengan pengeringan, dan dendeng giling adalah dengan menggiling daging dan dicetak dengan menggunakan kaca pada sisi-sisinya (Evanuarini dan Huda, 2012). Pengeringan dengan menggunakan udara panas banyak dilakukan untuk produk dendeng giling. Faktor yang mempengaruhi kualitas produk dendeng giling, antara lain adalah temperatur, ukuran partikel dan gerakan udara panas. Produk dendeng giling mempunyai masa simpan yang relatif lama tanpa

5 penyimpanan refrigasi dan mengandung air berkisar 5% - 6%. (Soeparno, 2009). Fungsi udara dalam pengeringan adalah udara memberikan panas kepada bahan pangan, menyebabkan air menguap dan merupakan pengangkut uap air yang dibebaskan oleh bahan pangan yang dikeringkan (Norman, 2008). Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan pangan dengan cara menguapkan sebagian air yang terkandung didalamnya, melalui pemberian energi panas. Keuntungan bahan yang telah dikeringkan akan menjadi lebih awet dengan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga akan menjadi berkurang sehingga memudahkan transportasi dan akhirnya akan memperkecil biaya produksi atau menjadi lebih murah (Winarno, 2007). Proses pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengering oven atau dapat pula dilakukan dengan cara menjemur dibawah sinar matahari. Proses pengeringan buatan memiliki beberapa keuntungan karena suhu dan aliran udara dapat diatur, sehingga waktu pengeringan dapat ditentukan dan kebersihan dapat diawasi. Penjemuran sinar matahari akan memberikan keuntungan, karena energi panas yang digunakan tersedia melimpah dan tidak mengeluarkan biaya. Kelemahannya adalah sinar matahari tidak bersinar dengan kekuatan yang sama terus menerus setiap jam atau setiap hari, dengan demikian lama proses penjemuran sulit diperhitungan. Penjemuran dilakukan pada tempat terbuka sehingga kebersihan dan hygienisnya sulit dikendalikan (Winarno, 2007). Pengeringan dendeng giling dengan sinar matahari membutuhkan waktu kurang lebih 22 jam, sehingga membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk mendapatkan dendeng kering (Agus,dkk., 2012).

6 Nilai ph merupakan salah satu parameter karakteristik fisik dendeng yang menunjukan tingkat keasaman dari suatu produk dendeng. Penelitian nilai ph dendeng giling kelinci tidak berbeda nyata dengan metode pengeringan kering matahari dan kering oven. Nilai ph dendeng giling kelinci berkisar antara 5,56 5,57 (Agus., dkk, 2012). Keempukan dan tekstur daging olahan merupakan penentu yang paling penting pada kualitas produk dendeng giling. Faktor yang mempengaruhi keempukan daging sebagai bahan utama dendeng giling digolongkan menjadi faktor antemortem seperti genetik, jenis kelamin dan stres serta faktor postmortem yang diantaranya meliputi metode penyimpanan pada suhu dingin, pelayuan, metode pengolahan, termasuk metode pemasakan dan metode penambahan bahan pengempuk (Soeparno, 2009). Keempukan merupakan salah satu penentu kualitas produk daging olahan yang kritis terhadap daya terima konsumen dan biasanya konsumen menginginkan produk daging olahan yang empuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai keempukan dendeng giling kelinci berbeda nyata (P<0,05) dengan metode pengeringan yang berbeda. Dendeng giling kelinci dengan menggukanan kering oven 50 o C selama 15 jam menghasilkan nilai keempukan 5,66 kg/cm², sedangkan dengan menggunakan kering matahari 2-3 hari menghasilkan 14,31 kg/cm². Dendeng giling kelinci kering oven lebih empuk dibandingkan dengan dendeng giling kelinci kering matahari. Perbedaan tingkat keempukan dendeng disebabkan karena metode pengeringan yang berbeda berpengaruh terhadap lemak dalam dendeng (Agus., dkk, 2012). Pengering dengan menggunakan oven pada suhu yang berbeda menghasilkan tingkat keempukan yang berbeda juga. Keempukan dendeng giling

7 ayam broiler tertinggi (81,11 mm/10 dtk/50 g) diperoleh pada suhu 60 C, kemudian diikuti dengan pengeringan suhu 70 C (26,89 mm/10 dtk/50 g), dan terendah pada suhu paling tinggi 80 C (12,50 mm/10 dtk/ 50 g) sehingga berbeda nyata (P<0,05) pada setiap suhu yang digunakan (Kusmayadi, 2009). Dendeng giling daging ayam broiler dengan pengeringan oven dengan suhu 60 C selama 5 jam memiliki kandungan air sebesar 45,23%, sedangkan dendeng giling daging ayam broiler dengan jemur matahari membutuhkan waktu 22 jam (3 hari) memiliki kandungan air sebesar 10,65% (Laboratorium Nutrisi dan Kimia Makanan Ternak Fapet Unpad, 2015). Penelitian sifat fisik dendeng giling daging ayam broiler pengeringan oven dengan suhu 60 C selama 5 jam memiliki nilai rata-rata daya ikat sebesar 14,30%, sedangkan dendeng giling daging ayam broiler jemur matahari dengan lama pengeringan 22 jam (3 hari) kering matahari memiliki nilai daya ikat air ratarata sebesar 5,52%, ph dendeng giling daging ayam broiler kering oven menghasilkan nilai rata-rata sebesar sebesar 5,66 dan dendeng giling dengan kering matahari memiliki nilai sebesar 5,76, sedangkan keempukan dendeng giling daging ayam broiler kering oven memiliki nilai rata-rata sebesar 54,13 mm/g/10 detik dan dendeng giling daging ayam broiler kering matahari memiliki nilai rata-rata sebesar 7,63 mm/g/10 detik. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang didapat adalah mutu fisik dendeng giling ayam broiler dengan pengeringan oven lebih baik dari pada pengeringan dengan jemur matahari.

8 1.6. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 14 maret 4 April 2016 di Laboratorium Teknologi Pengolahan Produk Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Sumedang.