BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Didalam penerapan Green Construction di lapangan, banyak sekali indikatorindikator

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil Data Secara Keseluruhan Dari Tiap Aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi Konstruksi Hijau Pada Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon Tower Emerald Bekasi

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya green construction pada proyek konstruksi di Jawa Tengah,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut :

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA. Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P

STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat memahami green building yang dijelaskan dalam Bulan Mutu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU

PARAMETER ISIAN GREEN SCHOOL AWARD No Komponen Pengukuran/Indikator Keterangan. 1 Jumlah murid masukkan angka. 2 Jumlah guru masukkan angka

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

EVALUASI BIAYA DAN DAMPAK LINGKUNGAN PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION (STUDI KASUS: PROYEK PEMBANGUNAN PAVILIUN GARUDA 2 RSUP DR.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi. Banyak Negara sudah mulai menerapkan Green Construction dalam

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya

KANTOR BALAI TAMS I MENUJU ZERO WASTE

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat

ISU LINGKUNGAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI PROYEK KONSTRUKSI DI BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement

HEMAT ENERGI = Kurangi Polusi

SANITASI DAN KEAMANAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB III ELABORASI TEMA

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbiaya rendah (

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam aspek ini memiliki nilai mean yang berada diantara angka 3,25-4. pembuangan air kotor yang dibuang ke septic tank.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) D-131

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH ALAM

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB. 4 ANALISA TAPAK 4.1 ANALISA TAPAK ANALISA TAPAK TERHADAP SIRKULASI MATAHARI

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

SIH Standar Industri Hijau

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat

LEMBAR PERTAMA UNTUK PERUSAHAAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING.

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari lima proyek di Maluku, dapat disimpulkan bahwa:. Didalam penerapan Green Construction di lapangan, banyak sekali indikatorindikator yang belum bisa diterapkan di lokasi proyek. Diantaranya seperti indikator rencana perlindungan lokasi pekerjaan, manajemen limbah konstruksi, program kesehatan dan keselamatan kerja, dokumentasi, dan lain sebagainya. -indikator yang tidak dapat diterapkan di lokasi proyek juga dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan setempat. Kebiasaan-kebiasaan tersebut sudah sangat melekat dalam proses konstruksi masyarakat atau pekerja setempat, sehingga untuk dapat menerapkan indikator-indikator tertentu seperti merokok menjadi sangat susah pelaksanaannya. Penerapan indikator lain seperti penggunaan countainer juga menajdi tidak dapat dilakukan karena pada lokasi penelitian, kontraktor cenderung memanfaatkan bangunan milik pribadi atau yang telah disediakan oleh owner sebagai kantor daripada menggunakan countainer. Hal itu juga didukung dengan kenyataan bahwa apabila kontraktor harus menggunakan countainer sebagai kantor di lapangan, maka kontraktor masih harus memesan dari daerah yang menjual kebutuhan tersebut, dan masih harus dikirim ke lokasi pekerjaan. Pemesanan dan pengiriman countainer untuk dijadikan kantor akan memakan biaya yang

lebih besar, sehingga kontraktor memilih memanfaatkan fasilitas yang sudah ada karena dapat menekan biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor.. Penyebab penerapan Green Construction tidak dapat diterapkan secara maksimal di proyek konstruksi adalah minimnya teknologi yang tersedia di lokasi pekerjaan. Dengan minimnya teknologi yang dimiliki, penerapan Green Construction menjadi kurang maksimal. Selain itu pengetahuan yang dimiliki oleh pihak terkait di dalam proyek konstruksi juga mempengaruhi penerapan Green Construction itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi penerapan Green Construction menjadi tidak maksimal adalah rantai pasok yang sangat panjang. Dimana kebutuhan akan material hanya dapat disediakan oleh dua supplier yang dalam penyediaannya juga berdasarkan sisa ruang yang ada di kapal pengangkut. Sehingga jumlah material konstruksi yang dibutuhkan tidak dapat tersedia dengan cepat. Dengan demikian apabilah material konstruksi yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, dan yang tersedia di lokasi tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut, maka pemesanan material yang dibutuhkan sudah harus dipesan jauh sebelum proses konstruksi berjalan.. Peraturan daerah atau adat-istiadat di daerah pengumpulan data sudah mendukung kebijakan tentang Green Construction. Kebijakan tersebut adalah tentang penebangan pohon yang sudah diikuti dengan kewajiban untuk melakukan penanaman kembali dengan jumlah yang telah ditentukan. Untuk menjaga kelestarian alam sekitar, dalam melakukan penebangan, pihak penebang akan di damping oleh salah satu tokoh adat yang akan mengawasi.

. Saran Setelah penulis melaksanakan penelitian tugas akhir mengenai analisis penerapan Green Construction pada proyek pembangunan gedung di Maluku, ada beberapa hal yang dapat dijadikan saran untuk pembaca maupun pihak-pihak terkait yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan masukan di masa mendatang, yaitu. Dengan tujuan menerapkan metode Green Construction pada proyek konstruksi kedepan sesuai peraturan pemerintah, kontraktor maupun pemerintah setempat harus berupaya untuk dapat menerapkan semua indikator yang tersedia. Penerapan indikator tersebut tentu harus dibarengi dengan peningkatan teknologi, pengetahuan, serta perbaikan rantai pasok di daerah setempat. Sosialisasi akan pentingnya penerapan Green Construction juga perlu dilakukan oleh pemerintah setempat kepada kontraktor-kontraktor kecil, menengah, sampai kontraktor besar serta masyarakat agar penerapan Green Construction dapat dilaksanakan secara maksimal. Dan tentunya harus ada penyelarasan antara penerapan Green Construction dengan adat istiadat setempat agar tercipta harmoni keselarasan dalam penerapan di dalam proyek konstruksi serta dapat memaksimalkan perlindungan ekosistem di daerah setempat.

DAFTAR PUSTAKA Ervianto, W.I., 009, Studi Kontribusi Green Construction Terhadap Operasional Bangunan, Seminar Nasional Teknik Sipil VIII, Surabaya. Ervianto, W.I., 00, Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi, Yogyakarta. Ervianto, W.I., 0, Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau, Penerbit Andi, Yogyakarta. Ervianto, W.I., 0, Model Assessment Green Construction Untuk Proyek Gedung di Indonesia, Disertasi Fakultas Teknik Sipil, Universitas Teknologi Bandung. Glavinich, T.E., 008, Contractor s Guide to Green Building Construction, John Wiley & sons, Inc., Hoboken, New Jersey. George Maleaki N.Feni, 0, Analisis Mengenai Upaya Green Construction Pada Proyek Konstruksi di Jawa Tengah. Skripsi Fakultas Teknik Sipil, Universitas Atmajaya Yogyakarta. Husen, Abwar, 0, Manajemen Proyek, Penerbit Andi. Yogyakarta. Jaya Kusuma Atmaja, 0, Penerapan Konsep Bangunan Hijau Pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus Pada Perumahan Ayodhya Citra, Yogyakarta). Skripsi Fakultas Teknik Sipil, Universitas Atmajaya Yogyakarta. Raden Roro Vikky Fersalisa, 0, Konsep Green Construction Pada Pembangunan Proyek Konstruksi Menurut Kontraktor. Tesis Fakultas Teknik Sipil, Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Lampiran No Deskripsi Implementasi di Proyek 0 = Tidak dan = Ya A Perencanaan Dan Penjadwalan Proyek Konstruksi Mengutamakan kemampuan suplier lokal dalam menyediakan kebutuhan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan peralatan. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan material. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan peralatan. Memiliki sertifikat ISO 000 Menerapkan ISO 000 dalam proses konstruksi B Pengelolaan Material Menggunakan material bekas bangunan lama di lokasi pekerjaan atau dari tempat lain untuk mengurangi penggunaan bahan mentah baru sehingga dapat memperpanjang usia pemakaian bahan/material dan mengurangi limbah di tempat pembuangan akhir (TPA). Menggunakan bahan bangunan hasil pabrikasi yang menggunakan bahan baku dan proses produksi ramah lingkungan. Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya/bersertifikat. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material untuk mengurangi sampah konstruksi. Mengurangi jejak karbon yang ditimbulkan oleh pengadaan material/produk dengan cara menggunakan material disekitar proyek atau produk lokal sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Penggunaan container untuk kantor di lokasi proyek. Penggunaan fasilitas sementara (temporary facility) dalam proses konstruksi. 8 Menggunakan metoda prafabrikasi dalam pelaksanaan pekerjaan. 9 Menggunakan material daur ulang dalam pelaksanaan pekerjaan. 0 Menggunakan material lokal sebagai bahan konstruksi.

C Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Merencanakan penggunaan air dalam proses konstruksi. Melakukan pengukuran air limpasan akibat proses konstruksi terhadap lokasi di sekitar proyek. Merencanakan tindakan pencegahan terjadinya erosi di lokasi proyek akibat kegiatan proyek. Mencegah terjadinya kebisingan yang ditimbulkan oleh pelaksanaan pekerjaan selama proses konstruksi. Memanfaatkan top soil hasil land clearing. 8 Merencanakan pelestarian dengan cara memindahkan atau mengganti vegetasi/pohon yang terkena dampak proyek konstruksi. Merencanakan cara-cara melindungi vegetasi/pohon di lokasi proyek. Merencanakan dan melakukan pengelolaan air limbah akibat proses konstruksi. 9 Melakukan pengaturan area simpan dan bongkar material/produk dari moda transportasi. 0 Menetapan batas proyek dengan memasang pagar disekeliling lokasi proyek. Membatasi pergerakan kendaraan dan alat di lokasi proyek. Mencegah terjadinya erosi akibat limpasan air permukaan. D Manajemen Limbah Konstruksi Melakukan pemesanan material sesuai dengan kebutuhan. Meminimalisasi kemasan dalam pengiriman material. Menggunakan ukuran produk standar untuk jenis material tertentu. Melakukan pemilihan dan penetapan metoda konstruksi untuk mengurangi limbah proses konstruksi. Mengemas material bangunan untuk mengurangi limbah. Mengoptimalkan penggunaan material bangunan untuk mengurangi limbah. Meningkatkan tingkat akurasi dalam estimasi penggunaan bahan bangunan untuk mengurangi timbulnya limbah. 8 Menggunakan kembali (reuse) limbah konstruksi. 9 Menggunakan kembali (reuse) material hasil dekonstruksi. 0 Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih rendah dengan sebelumnya (downcycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai sama dengan sebelumnya (recycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih tinggi dengan sebelumnya (upcycle).

E Penyimpanan Dan Perlindungan Material Merencanakan cara-cara menyimpan dan melindungi berbagai jenis material agar tidak mengalami kerusakan. Merencanakan agar tidak terkontaminasi oleh debu, kelembaban, dan kotoran lainnya untuk jenis material tertentu (misalnya pipa untuk saluran air, saluran untuk pendingin udara (AC). Menyimpan material tertentu yang rawan terhadap debu untuk disimpan diluar lokasi proyek konstruksi. Melakukan penyimpanan material tertentu dengan cara dilem secara sempurna. Melindungi pipa-pipa yang akan digunakan dengan cara menutup dikedua ujungnya. F Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi Memberikan prioritas terhadap kesehatan pekerja konstruksi. Memberikan perhatian terhadap kesehatan masyarakat umum yang berada di sekitar lokasi proyek konstruksi. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi debu agar tercipta lingkungan kerja yang sehat. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi bahan/benda yang menyebabkan pencemaran (polutan). Mengganti peralatan tahun pembuatan lama dengan yang baru agar konsumsi energi lebih efisien dan rendah emisi. Memperhatikan timbulnya debu yang dihasilkan oleh kegiatan dekonstruksi. Memberikan perhatian terhadap material yang mengandung zat berbahaya (cat, lem, sealent) 8 Memasang tanda dilarang merokok di kantor proyek. 9 Memasang tanda dilarang merokok di lokasi kerja. 0 Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± meter diluar kontraktor keet. Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± meter diluar lokasi kerja. Tidak menggunakan material asbes. Tidak menggunaan lampu merkuri untuk penerangan di lokasi proyek dan kantor proyek. Tidak menggunakan styrofoam untuk insulasi panas. Melakukan pemasangan safety net untuk keamanan atau pengaman agar material tidak jatuh saat proses konstruksi. Melakukan penyiraman lapangan di lokasi proyek untuk mengurangi timbulnya debu.

Mengadakan fasilitas washing bay untuk menjaga kebersihan jalan sebagai fasilitas umum. G Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Membuat jadwal untuk kegiatan yang menimbulkan emisi untuk mengurangi dampaknya terhadap pekerja konstruksi. Memisahkan bedeng pekerja dari lokasi proyek. Menjamin terjadinya sirkulasi udara selama proyek berlangsung khususnya pada fasilitas tertentu (misalnya lorong). H Pemilihan dan Operasional Peralatan Konstruksi Melakukan pengamatan terhadap waktu kerja peralatan berupa informasi cycle time untuk meningkatkan produktivitas. Memberilkan pelatihan bagi operator peralatan agar dapat dicapai produktivitas yang ditetapkan. Meminimalkan waktu jeda yang ditimbulkan oleh peralatan agar dapat dicapai tingkat efisiensi tertentu. Mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi alternatif untuk peralatan konstruksi. Mengutamakan penggunaan transportasi umum bagi pekerja konstruksi. I Dokumentasi Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah material sisa. Melakukan pencatatan jumlah penggunaan material terbarukan. Melakukan pencatatan jumlah kandungan material daur ulang (recycle). Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah kandungan material lokal. Melakukan pencatatan penggunaan produk dari kayu bersertifikat. Melakukan pencatatan tentang jumlah pengiriman material serta cara-cara melindunginya. Mendokumentasikan mengenai program kualitas udara di proyek konstruksi. 8 Membuat dokumentasi tentang manajemen limbah konstruksi. J Pelatihan Bagi Subkontraktor Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengurangi timbulnya limbah konstruksi. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengelola limbah konstruksi.

Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi yang difokuskan terhadap kegiatan yang menghasilkan debu. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi untuk menjaga kualitas udara di lokasi proyek. K Pengurangan Jejak Ekologis Tahap Konstruksi Membuat dokumen tentang kondisi lahan sebelum dibangun dan merencanakan pelestariannya jika terdapat fitur budaya. Membuat perencanaan lokasi penyimpanan peralatan berat (trailer, excavator, bulldozer, dll). Membuat perencanaan untuk melindungi semua tanaman di lokasi proyek. Menerapkan larangan menebang pohon dalam radius, meter dari bangunan. Merencanakan dan melakukan simulasi pengaruh air limpasan di lokasi proyek yang berdampak negatif terhadap lingkungan Merencanakan, mengevaluasi dan memilih metoda land clearing yang ramah lingkungan. L Kualitas Udara Tahap Konstruksi Membuat program udara bersih sesuai persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Melakukan pengukuran kualitas udara secara berkala. Menjaminan bahwa seluruh stake holder memahami, bertanggung jawab, dan menerapkan program udara bersih. Melakukan pertemuan secara rutin bersama seluruh stake holder untuk mematuhi komitmen tentang persyaratan kualitas udara. Memenuhi persyaratan kualitas udara sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen lelang atau kontrak. Menyertakan kesanggupan memenuhi persyaratan kualitas udara dalam dokumen tender dan kontrak. M Efisiensi Air Menampung air hujan untuk digunakan kembali dalam berbagai kegiatan yang tidak disyaratkan air layak minum. Pemasangan alat meteran air di setiap keluaran sumber air bersih (PDAM, air tanah). Melakukan monitoring pemakaian air setiap bulan. Menggunakan kran otomatis untuk washtafel di kantor proyek.

Memasang stiker "gunakan air secukupnya di tempat sumber keluaran air. Penggunaan shower untuk mandi pekerja konstruksi. Membuat perencanaan dalam pemanfaatan air dewatering. 8 Membuat recharge well berupa sumur resapan dan atau lubang biopori. 9 Memasang piezo meter untuk memonitor muka air tanah. 0 Memanfaatkan air dewatering untuk kegiatan di lapangan. N Pengelolaan Lahan Melakukan penanaman pohon di sekitar kontraktor keet. Tidak melakukan penebangan pohon selama proses konstruksi. Membuat sumur resapan untuk membuang air limbah maupun air limpasan. Melakukan filterisasi air sebelum dibuang ke dalam drainase/riol kota. O Efisiensi Energi Menggunakan standarisasi penerangan untuk mendukung pekerjaan di lokasi proyek baik di dalam maupun diluar ruangan. Menngunakan lampu hemat energi. Meminimalkan polusi yang ditimbulkan oleh lampu penerangan. Mengatur penerangan sesuai dengan urutan pekerjaan. Pemasangan KWH meter pada sistem beban. Membuat perhitungan pengurangan CO yang didapatkan dari efisiensi energi. Melakukan monitoring pemakaian listrik setiap bulan. 8 Memaksimalkan pemanfaatan sinar matahari untuk penerangan di kontraktor keet paling tidak 0% dari jumlah ruangan. 9 Penggunaan water reservoar untuk penyimpanan air bersih. 0 Membuat tata tertib atau ketentuan penggunaan peralatan kantor (lampu, Air Conditioning, dispenser, mesin foto copy, komputer, pompa air, dll). Mengatur temperatur Air Conditioning pada posisi o C ± Membuat jadwal transportasi bagi pekerja konstruksi dan karyawan proyek. Menyediakan mess karyawan proyek di sekitar lokasi proyek. Penggunaan sensor cahaya untuk lampu penerangan yang ada di lokasi proyek.

Melakukan pengukuran intensitas cahaya sesuai ketentuan (min 00 lux). Melakukan pengukuran getaran selama proses konstruksi berlangsung. Melakukan pengukuran kebisingan selama proses konstruksi. 8 9 0 Menyediakan absorban untuk penyimpanan material Bahan Berbahaya dan Beracun (B). Memastikan bahwa semua kendaraan dan alat berat yang digunakan dalam proyek lulus uji emisi gas buang. Menggunakan peralatan AC dengan COP minimum 0% lebih besar dari standar SNI 0-90-000 P Manajemen Lingkungan Proyek Konstruksi Menyediakn tempat sampah konstruksi. Melakukan pemilahan sampah konstruksi sesuai jenisnya. Penyediaan tempat sampah rumah tangga (organik, anorganik, bahan berbahaya dan beracun) disekitar lokasi kerja. Melakukan pemilihan sampah rumah tangga sesuai jenisnya. Bekerja sama dengan pihak ke- (pengepul, penampung). Memonitoring/pencatatan sampah yang dikeluarkan. Menyajikan makanan dan minimum menggunakan dengan sistem katering untuk meminimalkan timbulnya sampah. 8 Tidak menggunakan minuman kemasan. 9 Menyediakan minuman isi ulang dalam galon 0 Menggunakan veldplesuntuk air minum. Pemakaian kertas balok balik (dua sisi) untuk kebutuhan umum. Menyediakan cetakan untuk sisa agregat beton. Penggunaan bekas bobokan bangunan/puing bangunan untuk timbunan. Memaksimalkan pemanfaatan sisa potongan besi tulangan (< meter). Membuat lubang biopori untuk mengurangi erosi akibat air permukaan.

Proyek Pembangunan Saumlaki Residence Nilai Faktor Green Construction (NFGC) Saumlaki Residence Nilai Aspek Green Construction Saumlaki Residence Nilai Green Construction Saumlaki Residence

Sumber: Assessment Green Construction di Indonesia

Pembangunan Gedung Serba Guna Saumlaki Residence Pembangunan Rumah Type A Saumlaki Residence

Pemanfaatan material sisa dari proyek sebelumnya Gedung Serba Guna dengan kayu material utama

Pemanfaatan material sisa dari proyek sebelumnya Atap rumah type A menggunakan material kayu

8 Proyek Pembangunan Gedung Departemen Agama Nilai Faktor Green Construction Gedung Departemen Agama Nilai Aspek Green Construction Gedung Departemen Agama Nilai Green Construction Gedung Departemen Agama

Sumber: Assessment Green Construction di Indonesia 9

0 Tampak depan kantor menterian Agama Saumlaki Pemanfaatan material bambu dari proyek sebelumnya

Gedung Departemen Keagamaan Saumlaki Material yang dimanfaatkan kembali dari proyek sebelumnya

Proyek Pembangunan Ruko Saumlaki Nilai Faktor Green Construction Ruko Saumlaki Nilai Aspek Green Construction Ruko Saumlaki Nilai Green Construction Ruko Saumlaki

Sumber: Assessment Green Construction di Indonesia

Struktur konstruksi ruko Proses pembangunan ruko

Persiapan pengecoran lantai Persiapan pengecoran lantai ruko

Proyek Pembangunan Bandara Tahap III Nilai faktor Green Construction Pembangunan Bandara Tahap III Nilai Aspek Green Construction Pembangunan Bandara Tahap III Nilai Green Construction Pembangnan Bandara Tahap III

Sumber: Assessment Green Construction di Indonesia

8 Terminal kedatangan bandara Finishing pekerjaan atap terminal kedatangan

9 Pengerjaan Tower pemantau Pengerjaan pembangunan terminal kedatangan B

80 Proyek Pembangunan RS. Siloam Nilai Faktor Green Construction RS. Siloam Nilai Aspek Green Construction RS. Siloam Nilai Green Construction RS. Siloam

Sumber: Assessment Green Construction di Indonesia 8

8 Pemasangan bekesting pelat lantai Proses pembangunan RS. Siloam

8 Pemasangan bekesting balok lantai Kantor kontraktor, MK, dan Owner RS. Siloam

8 Data Rekapitulasi Penerapan Green Construction Pada Proyek konstruksi Proyek (Saumlaki Residence) A Perencanaan Dan Penjadwalan Proyek Konstruksi Mengutamakan kemampuan suplier lokal dalam menyediakan kebutuhan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan peralatan. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan material. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan peralatan. B Pengelolaan Material Menggunakan material bekas bangunan lama di lokasi pekerjaan atau dari tempat lain untuk mengurangi penggunaan bahan mentah baru sehingga dapat memperpanjang usia pemakaian bahan/material dan mengurangi limbah di tempat pembuangan akhir (TPA). Menggunakan bahan bangunan hasil pabrikasi yang menggunakan bahan baku dan proses produksi ramah lingkungan. Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya/bersertifikat. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material untuk mengurangi sampah konstruksi. Mengurangi jejak karbon yang ditimbulkan oleh pengadaan material/produk dengan cara menggunakan material disekitar proyek atau produk lokal sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Penggunaan container untuk kantor di lokasi proyek. Penggunaan fasilitas sementara (temporary facility) dalam proses konstruksi. 8 Menggunakan metoda prafabrikasi dalam pelaksanaan pekerjaan. 9 Menggunakan material daur ulang dalam pelaksanaan pekerjaan. 0 Menggunakan material lokal sebagai bahan konstruksi. C Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Merencanakan penggunaan air dalam proses konstruksi. Melakukan pengukuran air limpasan akibat proses konstruksi terhadap lokasi di sekitar proyek. Merencanakan tindakan pencegahan terjadinya erosi di lokasi proyek akibat kegiatan proyek.

8 C Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Mencegah terjadinya kebisingan yang ditimbulkan oleh pelaksanaan pekerjaan selama proses konstruksi. Memanfaatkan top soil hasil land clearing. Merencanakan pelestarian dengan cara memindahkan atau mengganti vegetasi/pohon yang terkena dampak proyek konstruksi. Merencanakan cara-cara melindungi vegetasi/pohon di lokasi proyek. 8 9 0 Merencanakan dan melakukan pengelolaan air limbah akibat proses konstruksi. Melakukan pengaturan area simpan dan bongkar material/produk dari moda transportasi. Menetapan batas proyek dengan memasang pagar disekeliling lokasi proyek. Membatasi pergerakan kendaraan dan alat di lokasi proyek. Mencegah terjadinya erosi akibat limpasan air permukaan. D Manajemen Limbah Konstruksi Melakukan pemesanan material sesuai dengan kebutuhan. Meminimalisasi kemasan dalam pengiriman material. Menggunakan ukuran produk standar untuk jenis material tertentu. Melakukan pemilihan dan penetapan metoda konstruksi untuk mengurangi limbah proses konstruksi. Mengemas material bangunan untuk mengurangi limbah. Mengoptimalkan penggunaan material bangunan untuk mengurangi limbah. Meningkatkan tingkat akurasi dalam estimasi penggunaan bahan bangunan untuk mengurangi timbulnya limbah. 8 Menggunakan kembali (reuse) limbah konstruksi. 9 Menggunakan kembali (reuse) material hasil dekonstruksi. 0 Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih rendah dengan sebelumnya (downcycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai sama dengan sebelumnya (recycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih tinggi dengan sebelumnya (upcycle). E Penyimpanan Dan Perlindungan Material Merencanakan cara-cara menyimpan dan melindungi berbagai jenis material agar tidak mengalami kerusakan.

8 E Penyimpanan Dan Perlindungan Material Merencanakan agar tidak terkontaminasi oleh debu, kelembaban, dan kotoran lainnya untuk jenis material tertentu (misalnya pipa untuk saluran air, saluran untuk pendingin udara (AC). Menyimpan material tertentu yang rawan terhadap debu untuk disimpan diluar lokasi proyek konstruksi. Melakukan penyimpanan material tertentu dengan cara dilem secara sempurna. Melindungi pipa-pipa yang akan digunakan dengan cara menutup dikedua ujungnya. F Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi Memberikan prioritas terhadap kesehatan pekerja konstruksi. Memberikan perhatian terhadap kesehatan masyarakat umum yang berada di sekitar lokasi proyek konstruksi. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi debu agar tercipta lingkungan kerja yang sehat. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi bahan/benda yang menyebabkan pencemaran (polutan). Mengganti peralatan tahun pembuatan lama dengan yang baru agar konsumsi energi lebih efisien dan rendah emisi. Memperhatikan timbulnya debu yang dihasilkan oleh kegiatan dekonstruksi. Memberikan perhatian terhadap material yang mengandung zat berbahaya (cat, lem, sealent) 8 Memasang tanda dilarang merokok di kantor proyek. 9 Memasang tanda dilarang merokok di lokasi kerja. 0 Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± meter diluar kontraktor keet. Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± meter diluar lokasi kerja. Tidak menggunakan material asbes. Tidak menggunaan lampu merkuri untuk penerangan di lokasi proyek dan kantor proyek. Tidak menggunakan styrofoam untuk insulasi panas. Melakukan pemasangan safety net untuk keamanan atau pengaman agar material tidak jatuh saat proses konstruksi. Melakukan penyiraman lapangan di lokasi proyek untuk mengurangi timbulnya debu.

8 F Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi Mengadakan fasilitas washing bay untuk menjaga kebersihan jalan sebagai fasilitas umum. G Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Membuat jadwal untuk kegiatan yang menimbulkan emisi untuk mengurangi dampaknya terhadap pekerja konstruksi. Memisahkan bedeng pekerja dari lokasi proyek. Menjamin terjadinya sirkulasi udara selama proyek berlangsung khususnya pada fasilitas tertentu (misalnya lorong). H Pemilihan dan Operasional Peralatan Konstruksi Melakukan pengamatan terhadap waktu kerja peralatan berupa informasi cycle time untuk meningkatkan produktivitas. Memberilkan pelatihan bagi operator peralatan agar dapat dicapai produktivitas yang ditetapkan. Meminimalkan waktu jeda yang ditimbulkan oleh peralatan agar dapat dicapai tingkat efisiensi tertentu. Mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi alternatif untuk peralatan konstruksi. Mengutamakan penggunaan transportasi umum bagi pekerja konstruksi. I Dokumentasi Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah material sisa. Melakukan pencatatan jumlah penggunaan material terbarukan. Melakukan pencatatan jumlah kandungan material daur ulang (recycle). Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah kandungan material lokal. Melakukan pencatatan penggunaan produk dari kayu bersertifikat. Melakukan pencatatan tentang jumlah pengiriman material serta cara-cara melindunginya. Mendokumentasikan mengenai program kualitas udara di proyek konstruksi. 8 Membuat dokumentasi tentang manajemen limbah konstruksi. J Pelatihan Bagi Subkontraktor Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengurangi timbulnya limbah konstruksi.

88 J Pelatihan Bagi Subkontraktor Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengelola limbah konstruksi. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi yang difokuskan terhadap kegiatan yang menghasilkan debu. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi untuk menjaga kualitas udara di lokasi proyek. K Pengurangan Jejak Ekologis Tahap Konstruksi Membuat dokumen tentang kondisi lahan sebelum dibangun dan merencanakan pelestariannya jika terdapat fitur budaya. Membuat perencanaan lokasi penyimpanan peralatan berat (trailer, excavator, bulldozer, dll). Membuat perencanaan untuk melindungi semua tanaman di lokasi proyek. Menerapkan larangan menebang pohon dalam radius, meter dari bangunan. Merencanakan dan melakukan simulasi pengaruh air limpasan di lokasi proyek yang berdampak negatif terhadap lingkungan Merencanakan, mengevaluasi dan memilih metoda land clearing yang ramah lingkungan. L Kualitas Udara Tahap Konstruksi Membuat program udara bersih sesuai persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Melakukan pengukuran kualitas udara secara berkala. Menjaminan bahwa seluruh stake holder memahami, bertanggung jawab, dan menerapkan program udara bersih. Melakukan pertemuan secara rutin bersama seluruh stake holder untuk mematuhi komitmen tentang persyaratan kualitas udara. Memenuhi persyaratan kualitas udara sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen lelang atau kontrak. Menyertakan kesanggupan memenuhi persyaratan kualitas udara dalam dokumen tender dan kontrak. M Efisiensi Air Menampung air hujan untuk digunakan kembali dalam berbagai kegiatan yang tidak disyaratkan air layak minum. Pemasangan alat meteran air di setiap keluaran sumber air bersih (PDAM, air tanah).

89 M Efisiensi Air Melakukan monitoring pemakaian air setiap bulan. Menggunakan kran otomatis untuk washtafel di kantor proyek. Memasang stiker "gunakan air secukupnya di tempat sumber keluaran air. Penggunaan shower untuk mandi pekerja konstruksi. Membuat perencanaan dalam pemanfaatan air dewatering. 8 Membuat recharge well berupa sumur resapan dan atau lubang biopori. 9 Memasang piezo meter untuk memonitor muka air tanah. 0 Memanfaatkan air dewatering untuk kegiatan di lapangan. N Pengelolaan Lahan Melakukan penanaman pohon di sekitar kontraktor keet. Tidak melakukan penebangan pohon selama proses konstruksi. Membuat sumur resapan untuk membuang air limbah maupun air limpasan. Melakukan filterisasi air sebelum dibuang ke dalam drainase/riol kota. O Efisiensi Energi Menggunakan standarisasi penerangan untuk mendukung pekerjaan di lokasi proyek baik di dalam maupun diluar ruangan. Menngunakan lampu hemat energi. Meminimalkan polusi yang ditimbulkan oleh lampu penerangan. Mengatur penerangan sesuai dengan urutan pekerjaan. Pemasangan KWH meter pada sistem beban. Membuat perhitungan pengurangan CO yang didapatkan dari efisiensi energi. Melakukan monitoring pemakaian listrik setiap bulan. 8 Memaksimalkan pemanfaatan sinar matahari untuk penerangan di kontraktor keet paling tidak 0% dari jumlah ruangan. 9 Penggunaan water reservoar untuk penyimpanan air bersih. 0 Membuat tata tertib atau ketentuan penggunaan peralatan kantor (lampu, Air Conditioning, dispenser, mesin foto copy, komputer, pompa air, dll). Mengatur temperatur Air Conditioning pada posisi o C ±

90 O Efisiensi Energi Membuat jadwal transportasi bagi pekerja konstruksi dan karyawan proyek. Menyediakan mess karyawan proyek di sekitar lokasi proyek. Penggunaan sensor cahaya untuk lampu penerangan yang ada di lokasi proyek. Melakukan pengukuran intensitas cahaya sesuai ketentuan (min 00 lux). Melakukan pengukuran getaran selama proses konstruksi berlangsung. Melakukan pengukuran kebisingan selama proses konstruksi. 8 9 0 Menyediakan absorban untuk penyimpanan material Bahan Berbahaya dan Beracun (B). Memastikan bahwa semua kendaraan dan alat berat yang digunakan dalam proyek lulus uji emisi gas buang. Menggunakan peralatan AC dengan COP minimum 0% lebih besar dari standar SNI 0-90-000 P Manajemen Lingkungan Proyek Konstruksi Menyediakn tempat sampah konstruksi. Melakukan pemilahan sampah konstruksi sesuai jenisnya. Penyediaan tempat sampah rumah tangga (organik, anorganik, bahan berbahaya dan beracun) disekitar lokasi kerja. Melakukan pemilihan sampah rumah tangga sesuai jenisnya. Bekerja sama dengan pihak ke- (pengepul, penampung). Memonitoring/pencatatan sampah yang dikeluarkan. Menyajikan makanan dan minimum menggunakan dengan sistem katering untuk meminimalkan timbulnya sampah. 8 Tidak menggunakan minuman kemasan. 9 Menyediakan minuman isi ulang dalam galon 0 Menggunakan veldplesuntuk air minum. Pemakaian kertas balok balik (dua sisi) untuk kebutuhan umum. Menyediakan cetakan untuk sisa agregat beton. Penggunaan bekas bobokan bangunan/puing bangunan untuk timbunan. Memaksimalkan pemanfaatan sisa potongan besi tulangan (< meter). Membuat lubang biopori untuk mengurangi erosi akibat air permukaan.

9 Proyek (Gedung Departemen Agama A Perencanaan Dan Penjadwalan Proyek Konstruksi Mengutamakan kemampuan suplier lokal dalam menyediakan kebutuhan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan peralatan. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan material. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan peralatan. B Pengelolaan Material Menggunakan material bekas bangunan lama di lokasi pekerjaan atau dari tempat lain untuk mengurangi penggunaan bahan mentah baru sehingga dapat memperpanjang usia pemakaian bahan/material dan mengurangi limbah di tempat pembuangan akhir (TPA). Menggunakan bahan bangunan hasil pabrikasi yang menggunakan bahan baku dan proses produksi ramah lingkungan. Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya/bersertifikat. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material untuk mengurangi sampah konstruksi. Mengurangi jejak karbon yang ditimbulkan oleh pengadaan material/produk dengan cara menggunakan material disekitar proyek atau produk lokal sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Penggunaan container untuk kantor di lokasi proyek. Penggunaan fasilitas sementara (temporary facility) dalam proses konstruksi. 8 Menggunakan metoda prafabrikasi dalam pelaksanaan pekerjaan. 9 Menggunakan material daur ulang dalam pelaksanaan pekerjaan. 0 Menggunakan material lokal sebagai bahan konstruksi. C Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Merencanakan penggunaan air dalam proses konstruksi. Melakukan pengukuran air limpasan akibat proses konstruksi terhadap lokasi di sekitar proyek. Merencanakan tindakan pencegahan terjadinya erosi di lokasi proyek akibat kegiatan proyek.

9 C Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Mencegah terjadinya kebisingan yang ditimbulkan oleh pelaksanaan pekerjaan selama proses konstruksi. Memanfaatkan top soil hasil land clearing. Merencanakan pelestarian dengan cara memindahkan atau mengganti vegetasi/pohon yang terkena dampak proyek konstruksi. Merencanakan cara-cara melindungi vegetasi/pohon di lokasi proyek. 8 9 0 Merencanakan dan melakukan pengelolaan air limbah akibat proses konstruksi. Melakukan pengaturan area simpan dan bongkar material/produk dari moda transportasi. Menetapan batas proyek dengan memasang pagar disekeliling lokasi proyek. Membatasi pergerakan kendaraan dan alat di lokasi proyek. Mencegah terjadinya erosi akibat limpasan air permukaan. D Manajemen Limbah Konstruksi Melakukan pemesanan material sesuai dengan kebutuhan. Meminimalisasi kemasan dalam pengiriman material. Menggunakan ukuran produk standar untuk jenis material tertentu. Melakukan pemilihan dan penetapan metoda konstruksi untuk mengurangi limbah proses konstruksi. Mengemas material bangunan untuk mengurangi limbah. Mengoptimalkan penggunaan material bangunan untuk mengurangi limbah. Meningkatkan tingkat akurasi dalam estimasi penggunaan bahan bangunan untuk mengurangi timbulnya limbah. 8 Menggunakan kembali (reuse) limbah konstruksi. 9 Menggunakan kembali (reuse) material hasil dekonstruksi. 0 Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih rendah dengan sebelumnya (downcycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai sama dengan sebelumnya (recycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih tinggi dengan sebelumnya (upcycle). E Penyimpanan Dan Perlindungan Material Merencanakan cara-cara menyimpan dan melindungi berbagai jenis material agar tidak mengalami kerusakan.

9 E Penyimpanan Dan Perlindungan Material Merencanakan agar tidak terkontaminasi oleh debu, kelembaban, dan kotoran lainnya untuk jenis material tertentu (misalnya pipa untuk saluran air, saluran untuk pendingin udara (AC). Menyimpan material tertentu yang rawan terhadap debu untuk disimpan diluar lokasi proyek konstruksi. Melakukan penyimpanan material tertentu dengan cara dilem secara sempurna. Melindungi pipa-pipa yang akan digunakan dengan cara menutup dikedua ujungnya. F Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi Memberikan prioritas terhadap kesehatan pekerja konstruksi. Memberikan perhatian terhadap kesehatan masyarakat umum yang berada di sekitar lokasi proyek konstruksi. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi debu agar tercipta lingkungan kerja yang sehat. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi bahan/benda yang menyebabkan pencemaran (polutan). Mengganti peralatan tahun pembuatan lama dengan yang baru agar konsumsi energi lebih efisien dan rendah emisi. Memperhatikan timbulnya debu yang dihasilkan oleh kegiatan dekonstruksi. Memberikan perhatian terhadap material yang mengandung zat berbahaya (cat, lem, sealent) 8 Memasang tanda dilarang merokok di kantor proyek. 9 Memasang tanda dilarang merokok di lokasi kerja. 0 Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± meter diluar kontraktor keet. Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± meter diluar lokasi kerja. Tidak menggunakan material asbes. Tidak menggunaan lampu merkuri untuk penerangan di lokasi proyek dan kantor proyek. Tidak menggunakan styrofoam untuk insulasi panas. Melakukan pemasangan safety net untuk keamanan atau pengaman agar material tidak jatuh saat proses konstruksi. Melakukan penyiraman lapangan di lokasi proyek untuk mengurangi timbulnya debu.

9 F Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi Mengadakan fasilitas washing bay untuk menjaga kebersihan jalan sebagai fasilitas umum. G Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Membuat jadwal untuk kegiatan yang menimbulkan emisi untuk mengurangi dampaknya terhadap pekerja konstruksi. Memisahkan bedeng pekerja dari lokasi proyek. Menjamin terjadinya sirkulasi udara selama proyek berlangsung khususnya pada fasilitas tertentu (misalnya lorong). H Pemilihan dan Operasional Peralatan Konstruksi Melakukan pengamatan terhadap waktu kerja peralatan berupa informasi cycle time untuk meningkatkan produktivitas. Memberilkan pelatihan bagi operator peralatan agar dapat dicapai produktivitas yang ditetapkan. Meminimalkan waktu jeda yang ditimbulkan oleh peralatan agar dapat dicapai tingkat efisiensi tertentu. Mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi alternatif untuk peralatan konstruksi. Mengutamakan penggunaan transportasi umum bagi pekerja konstruksi. I Dokumentasi Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah material sisa. Melakukan pencatatan jumlah penggunaan material terbarukan. Melakukan pencatatan jumlah kandungan material daur ulang (recycle). Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah kandungan material lokal. Melakukan pencatatan penggunaan produk dari kayu bersertifikat. Melakukan pencatatan tentang jumlah pengiriman material serta cara-cara melindunginya. Mendokumentasikan mengenai program kualitas udara di proyek konstruksi. 8 Membuat dokumentasi tentang manajemen limbah konstruksi. J Pelatihan Bagi Subkontraktor Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengurangi timbulnya limbah konstruksi.

9 J Pelatihan Bagi Subkontraktor Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengelola limbah konstruksi. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi yang difokuskan terhadap kegiatan yang menghasilkan debu. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi untuk menjaga kualitas udara di lokasi proyek. K Pengurangan Jejak Ekologis Tahap Konstruksi Membuat dokumen tentang kondisi lahan sebelum dibangun dan merencanakan pelestariannya jika terdapat fitur budaya. Membuat perencanaan lokasi penyimpanan peralatan berat (trailer, excavator, bulldozer, dll). Membuat perencanaan untuk melindungi semua tanaman di lokasi proyek. Menerapkan larangan menebang pohon dalam radius, meter dari bangunan. Merencanakan dan melakukan simulasi pengaruh air limpasan di lokasi proyek yang berdampak negatif terhadap lingkungan Merencanakan, mengevaluasi dan memilih metoda land clearing yang ramah lingkungan. L Kualitas Udara Tahap Konstruksi Membuat program udara bersih sesuai persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Melakukan pengukuran kualitas udara secara berkala. Menjaminan bahwa seluruh stake holder memahami, bertanggung jawab, dan menerapkan program udara bersih. Melakukan pertemuan secara rutin bersama seluruh stake holder untuk mematuhi komitmen tentang persyaratan kualitas udara. Memenuhi persyaratan kualitas udara sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen lelang atau kontrak. Menyertakan kesanggupan memenuhi persyaratan kualitas udara dalam dokumen tender dan kontrak. M Efisiensi Air Menampung air hujan untuk digunakan kembali dalam berbagai kegiatan yang tidak disyaratkan air layak minum. Pemasangan alat meteran air di setiap keluaran sumber air bersih (PDAM, air tanah).

9 M Efisiensi Air Melakukan monitoring pemakaian air setiap bulan. Menggunakan kran otomatis untuk washtafel di kantor proyek. Memasang stiker "gunakan air secukupnya di tempat sumber keluaran air. Penggunaan shower untuk mandi pekerja konstruksi. Membuat perencanaan dalam pemanfaatan air dewatering. 8 Membuat recharge well berupa sumur resapan dan atau lubang biopori. 9 Memasang piezo meter untuk memonitor muka air tanah. 0 Memanfaatkan air dewatering untuk kegiatan di lapangan. N Pengelolaan Lahan Melakukan penanaman pohon di sekitar kontraktor keet. Tidak melakukan penebangan pohon selama proses konstruksi. Membuat sumur resapan untuk membuang air limbah maupun air limpasan. Melakukan filterisasi air sebelum dibuang ke dalam drainase/riol kota. O Efisiensi Energi Menggunakan standarisasi penerangan untuk mendukung pekerjaan di lokasi proyek baik di dalam maupun diluar ruangan. Menngunakan lampu hemat energi. Meminimalkan polusi yang ditimbulkan oleh lampu penerangan. Mengatur penerangan sesuai dengan urutan pekerjaan. Pemasangan KWH meter pada sistem beban. Membuat perhitungan pengurangan CO yang didapatkan dari efisiensi energi. Melakukan monitoring pemakaian listrik setiap bulan. 8 Memaksimalkan pemanfaatan sinar matahari untuk penerangan di kontraktor keet paling tidak 0% dari jumlah ruangan. 9 Penggunaan water reservoar untuk penyimpanan air bersih. 0 Membuat tata tertib atau ketentuan penggunaan peralatan kantor (lampu, Air Conditioning, dispenser, mesin foto copy, komputer, pompa air, dll). Mengatur temperatur Air Conditioning pada posisi o C ± Membuat jadwal transportasi bagi pekerja konstruksi dan karyawan proyek.

9 O Efisiensi Energi Menyediakan mess karyawan proyek di sekitar lokasi proyek. Penggunaan sensor cahaya untuk lampu penerangan yang ada di lokasi proyek. Melakukan pengukuran intensitas cahaya sesuai ketentuan (min 00 lux). Melakukan pengukuran getaran selama proses konstruksi berlangsung. Melakukan pengukuran kebisingan selama proses konstruksi. 8 9 0 Menyediakan absorban untuk penyimpanan material Bahan Berbahaya dan Beracun (B). Memastikan bahwa semua kendaraan dan alat berat yang digunakan dalam proyek lulus uji emisi gas buang. Menggunakan peralatan AC dengan COP minimum 0% lebih besar dari standar SNI 0-90-000 P Manajemen Lingkungan Proyek Konstruksi Menyediakn tempat sampah konstruksi. Melakukan pemilahan sampah konstruksi sesuai jenisnya. Penyediaan tempat sampah rumah tangga (organik, anorganik, bahan berbahaya dan beracun) disekitar lokasi kerja. Melakukan pemilihan sampah rumah tangga sesuai jenisnya. Bekerja sama dengan pihak ke- (pengepul, penampung). Memonitoring/pencatatan sampah yang dikeluarkan. Menyajikan makanan dan minimum menggunakan dengan sistem katering untuk meminimalkan timbulnya sampah. 8 Tidak menggunakan minuman kemasan. 9 Menyediakan minuman isi ulang dalam galon 0 Menggunakan veldplesuntuk air minum. Pemakaian kertas balok balik (dua sisi) untuk kebutuhan umum. Menyediakan cetakan untuk sisa agregat beton. Penggunaan bekas bobokan bangunan/puing bangunan untuk timbunan. Memaksimalkan pemanfaatan sisa potongan besi tulangan (< meter). Membuat lubang biopori untuk mengurangi erosi akibat air permukaan.

98 Proyek (Ruko Saumlaki) A Perencanaan Dan Penjadwalan Proyek Konstruksi Mengutamakan kemampuan suplier lokal dalam menyediakan kebutuhan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan peralatan. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan material. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan peralatan. B Pengelolaan Material Menggunakan material bekas bangunan lama di lokasi pekerjaan atau dari tempat lain untuk mengurangi penggunaan bahan mentah baru sehingga dapat memperpanjang usia pemakaian bahan/material dan mengurangi limbah di tempat pembuangan akhir (TPA). Menggunakan bahan bangunan hasil pabrikasi yang menggunakan bahan baku dan proses produksi ramah lingkungan. Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya/bersertifikat. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material untuk mengurangi sampah konstruksi. Mengurangi jejak karbon yang ditimbulkan oleh pengadaan material/produk dengan cara menggunakan material disekitar proyek atau produk lokal sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Penggunaan container untuk kantor di lokasi proyek. Penggunaan fasilitas sementara (temporary facility) dalam proses konstruksi. 8 Menggunakan metoda prafabrikasi dalam pelaksanaan pekerjaan. 9 Menggunakan material daur ulang dalam pelaksanaan pekerjaan. 0 Menggunakan material lokal sebagai bahan konstruksi. C Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Merencanakan penggunaan air dalam proses konstruksi. Melakukan pengukuran air limpasan akibat proses konstruksi terhadap lokasi di sekitar proyek. Merencanakan tindakan pencegahan terjadinya erosi di lokasi proyek akibat kegiatan proyek.

99 C Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Mencegah terjadinya kebisingan yang ditimbulkan oleh pelaksanaan pekerjaan selama proses konstruksi. Memanfaatkan top soil hasil land clearing. Merencanakan pelestarian dengan cara memindahkan atau mengganti vegetasi/pohon yang terkena dampak proyek konstruksi. Merencanakan cara-cara melindungi vegetasi/pohon di lokasi proyek. 8 9 0 Merencanakan dan melakukan pengelolaan air limbah akibat proses konstruksi. Melakukan pengaturan area simpan dan bongkar material/produk dari moda transportasi. Menetapan batas proyek dengan memasang pagar disekeliling lokasi proyek. Membatasi pergerakan kendaraan dan alat di lokasi proyek. Mencegah terjadinya erosi akibat limpasan air permukaan. D Manajemen Limbah Konstruksi Melakukan pemesanan material sesuai dengan kebutuhan. Meminimalisasi kemasan dalam pengiriman material. Menggunakan ukuran produk standar untuk jenis material tertentu. Melakukan pemilihan dan penetapan metoda konstruksi untuk mengurangi limbah proses konstruksi. Mengemas material bangunan untuk mengurangi limbah. Mengoptimalkan penggunaan material bangunan untuk mengurangi limbah. Meningkatkan tingkat akurasi dalam estimasi penggunaan bahan bangunan untuk mengurangi timbulnya limbah. 8 Menggunakan kembali (reuse) limbah konstruksi. 9 Menggunakan kembali (reuse) material hasil dekonstruksi. 0 Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih rendah dengan sebelumnya (downcycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai sama dengan sebelumnya (recycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih tinggi dengan sebelumnya (upcycle). E Penyimpanan Dan Perlindungan Material Merencanakan cara-cara menyimpan dan melindungi berbagai jenis material agar tidak mengalami kerusakan.

00 E Penyimpanan Dan Perlindungan Material Merencanakan agar tidak terkontaminasi oleh debu, kelembaban, dan kotoran lainnya untuk jenis material tertentu (misalnya pipa untuk saluran air, saluran untuk pendingin udara (AC). Menyimpan material tertentu yang rawan terhadap debu untuk disimpan diluar lokasi proyek konstruksi. Melakukan penyimpanan material tertentu dengan cara dilem secara sempurna. Melindungi pipa-pipa yang akan digunakan dengan cara menutup dikedua ujungnya. F Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi Memberikan prioritas terhadap kesehatan pekerja konstruksi. Memberikan perhatian terhadap kesehatan masyarakat umum yang berada di sekitar lokasi proyek konstruksi. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi debu agar tercipta lingkungan kerja yang sehat. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi bahan/benda yang menyebabkan pencemaran (polutan). Mengganti peralatan tahun pembuatan lama dengan yang baru agar konsumsi energi lebih efisien dan rendah emisi. Memperhatikan timbulnya debu yang dihasilkan oleh kegiatan dekonstruksi. Memberikan perhatian terhadap material yang mengandung zat berbahaya (cat, lem, sealent) 8 Memasang tanda dilarang merokok di kantor proyek. 9 Memasang tanda dilarang merokok di lokasi kerja. 0 Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± meter diluar kontraktor keet. Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± meter diluar lokasi kerja. Tidak menggunakan material asbes. Tidak menggunaan lampu merkuri untuk penerangan di lokasi proyek dan kantor proyek. Tidak menggunakan styrofoam untuk insulasi panas. Melakukan pemasangan safety net untuk keamanan atau pengaman agar material tidak jatuh saat proses konstruksi. Melakukan penyiraman lapangan di lokasi proyek untuk mengurangi timbulnya debu.

0 F Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi Mengadakan fasilitas washing bay untuk menjaga kebersihan jalan sebagai fasilitas umum. G Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Membuat jadwal untuk kegiatan yang menimbulkan emisi untuk mengurangi dampaknya terhadap pekerja konstruksi. Memisahkan bedeng pekerja dari lokasi proyek. Menjamin terjadinya sirkulasi udara selama proyek berlangsung khususnya pada fasilitas tertentu (misalnya lorong). H Pemilihan dan Operasional Peralatan Konstruksi Melakukan pengamatan terhadap waktu kerja peralatan berupa informasi cycle time untuk meningkatkan produktivitas. Memberilkan pelatihan bagi operator peralatan agar dapat dicapai produktivitas yang ditetapkan. Meminimalkan waktu jeda yang ditimbulkan oleh peralatan agar dapat dicapai tingkat efisiensi tertentu. Mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi alternatif untuk peralatan konstruksi. Mengutamakan penggunaan transportasi umum bagi pekerja konstruksi. I Dokumentasi Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah material sisa. Melakukan pencatatan jumlah penggunaan material terbarukan. Melakukan pencatatan jumlah kandungan material daur ulang (recycle). Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah kandungan material lokal. Melakukan pencatatan penggunaan produk dari kayu bersertifikat. Melakukan pencatatan tentang jumlah pengiriman material serta cara-cara melindunginya. Mendokumentasikan mengenai program kualitas udara di proyek konstruksi. 8 Membuat dokumentasi tentang manajemen limbah konstruksi. J Pelatihan Bagi Subkontraktor Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengurangi timbulnya limbah konstruksi.

0 J Pelatihan Bagi Subkontraktor Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengelola limbah konstruksi. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi yang difokuskan terhadap kegiatan yang menghasilkan debu. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi untuk menjaga kualitas udara di lokasi proyek. K Pengurangan Jejak Ekologis Tahap Konstruksi Membuat dokumen tentang kondisi lahan sebelum dibangun dan merencanakan pelestariannya jika terdapat fitur budaya. Membuat perencanaan lokasi penyimpanan peralatan berat (trailer, excavator, bulldozer, dll). Membuat perencanaan untuk melindungi semua tanaman di lokasi proyek. Menerapkan larangan menebang pohon dalam radius, meter dari bangunan. Merencanakan dan melakukan simulasi pengaruh air limpasan di lokasi proyek yang berdampak negatif terhadap lingkungan Merencanakan, mengevaluasi dan memilih metoda land clearing yang ramah lingkungan. L Kualitas Udara Tahap Konstruksi Membuat program udara bersih sesuai persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Melakukan pengukuran kualitas udara secara berkala. Menjaminan bahwa seluruh stake holder memahami, bertanggung jawab, dan menerapkan program udara bersih. Melakukan pertemuan secara rutin bersama seluruh stake holder untuk mematuhi komitmen tentang persyaratan kualitas udara. Memenuhi persyaratan kualitas udara sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen lelang atau kontrak. Menyertakan kesanggupan memenuhi persyaratan kualitas udara dalam dokumen tender dan kontrak. M Efisiensi Air Menampung air hujan untuk digunakan kembali dalam berbagai kegiatan yang tidak disyaratkan air layak minum. Pemasangan alat meteran air di setiap keluaran sumber air bersih (PDAM, air tanah).

0 M Efisiensi Air Melakukan monitoring pemakaian air setiap bulan. Menggunakan kran otomatis untuk washtafel di kantor proyek. Memasang stiker "gunakan air secukupnya di tempat sumber keluaran air. Penggunaan shower untuk mandi pekerja konstruksi. Membuat perencanaan dalam pemanfaatan air dewatering. 8 Membuat recharge well berupa sumur resapan dan atau lubang biopori. 9 Memasang piezo meter untuk memonitor muka air tanah. 0 Memanfaatkan air dewatering untuk kegiatan di lapangan. N Pengelolaan Lahan Melakukan penanaman pohon di sekitar kontraktor keet. Tidak melakukan penebangan pohon selama proses konstruksi. Membuat sumur resapan untuk membuang air limbah maupun air limpasan. Melakukan filterisasi air sebelum dibuang ke dalam drainase/riol kota. O Efisiensi Energi Menggunakan standarisasi penerangan untuk mendukung pekerjaan di lokasi proyek baik di dalam maupun diluar ruangan. Menngunakan lampu hemat energi. Meminimalkan polusi yang ditimbulkan oleh lampu penerangan. Mengatur penerangan sesuai dengan urutan pekerjaan. Pemasangan KWH meter pada sistem beban. Membuat perhitungan pengurangan CO yang didapatkan dari efisiensi energi. Melakukan monitoring pemakaian listrik setiap bulan. 8 Memaksimalkan pemanfaatan sinar matahari untuk penerangan di kontraktor keet paling tidak 0% dari jumlah ruangan. 9 Penggunaan water reservoar untuk penyimpanan air bersih. 0 Membuat tata tertib atau ketentuan penggunaan peralatan kantor (lampu, Air Conditioning, dispenser, mesin foto copy, komputer, pompa air, dll). Mengatur temperatur Air Conditioning pada posisi o C ± Membuat jadwal transportasi bagi pekerja konstruksi dan karyawan proyek.

0 O Efisiensi Energi Menyediakan mess karyawan proyek di sekitar lokasi proyek. Penggunaan sensor cahaya untuk lampu penerangan yang ada di lokasi proyek. Melakukan pengukuran intensitas cahaya sesuai ketentuan (min 00 lux). Melakukan pengukuran getaran selama proses konstruksi berlangsung. Melakukan pengukuran kebisingan selama proses konstruksi. 8 9 0 Menyediakan absorban untuk penyimpanan material Bahan Berbahaya dan Beracun (B). Memastikan bahwa semua kendaraan dan alat berat yang digunakan dalam proyek lulus uji emisi gas buang. Menggunakan peralatan AC dengan COP minimum 0% lebih besar dari standar SNI 0-90-000 P Manajemen Lingkungan Proyek Konstruksi Menyediakn tempat sampah konstruksi. Melakukan pemilahan sampah konstruksi sesuai jenisnya. Penyediaan tempat sampah rumah tangga (organik, anorganik, bahan berbahaya dan beracun) disekitar lokasi kerja. Melakukan pemilihan sampah rumah tangga sesuai jenisnya. Bekerja sama dengan pihak ke- (pengepul, penampung). Memonitoring/pencatatan sampah yang dikeluarkan. Menyajikan makanan dan minimum menggunakan dengan sistem katering untuk meminimalkan timbulnya sampah. 8 Tidak menggunakan minuman kemasan. 9 Menyediakan minuman isi ulang dalam galon 0 Menggunakan veldplesuntuk air minum. Pemakaian kertas balok balik (dua sisi) untuk kebutuhan umum. Menyediakan cetakan untuk sisa agregat beton. Penggunaan bekas bobokan bangunan/puing bangunan untuk timbunan. Memaksimalkan pemanfaatan sisa potongan besi tulangan (< meter). Membuat lubang biopori untuk mengurangi erosi akibat air permukaan.

0 Proyek (Bandara Tahap III) A Perencanaan Dan Penjadwalan Proyek Konstruksi Mengutamakan kemampuan suplier lokal dalam menyediakan kebutuhan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan peralatan. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan material. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan peralatan. B Pengelolaan Material Menggunakan material bekas bangunan lama di lokasi pekerjaan atau dari tempat lain untuk mengurangi penggunaan bahan mentah baru sehingga dapat memperpanjang usia pemakaian bahan/material dan mengurangi limbah di tempat pembuangan akhir (TPA). Menggunakan bahan bangunan hasil pabrikasi yang menggunakan bahan baku dan proses produksi ramah lingkungan. Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya/bersertifikat. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material untuk mengurangi sampah konstruksi. Mengurangi jejak karbon yang ditimbulkan oleh pengadaan material/produk dengan cara menggunakan material disekitar proyek atau produk lokal sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Penggunaan container untuk kantor di lokasi proyek. Penggunaan fasilitas sementara (temporary facility) dalam proses konstruksi. 8 Menggunakan metoda prafabrikasi dalam pelaksanaan pekerjaan. 9 Menggunakan material daur ulang dalam pelaksanaan pekerjaan. 0 Menggunakan material lokal sebagai bahan konstruksi. C Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Merencanakan penggunaan air dalam proses konstruksi. Melakukan pengukuran air limpasan akibat proses konstruksi terhadap lokasi di sekitar proyek. Merencanakan tindakan pencegahan terjadinya erosi di lokasi proyek akibat kegiatan proyek.

0 C Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Mencegah terjadinya kebisingan yang ditimbulkan oleh pelaksanaan pekerjaan selama proses konstruksi. Memanfaatkan top soil hasil land clearing. Merencanakan pelestarian dengan cara memindahkan atau mengganti vegetasi/pohon yang terkena dampak proyek konstruksi. Merencanakan cara-cara melindungi vegetasi/pohon di lokasi proyek. 8 9 0 Merencanakan dan melakukan pengelolaan air limbah akibat proses konstruksi. Melakukan pengaturan area simpan dan bongkar material/produk dari moda transportasi. Menetapan batas proyek dengan memasang pagar disekeliling lokasi proyek. Membatasi pergerakan kendaraan dan alat di lokasi proyek. Mencegah terjadinya erosi akibat limpasan air permukaan. D Manajemen Limbah Konstruksi Melakukan pemesanan material sesuai dengan kebutuhan. Meminimalisasi kemasan dalam pengiriman material. Menggunakan ukuran produk standar untuk jenis material tertentu. Melakukan pemilihan dan penetapan metoda konstruksi untuk mengurangi limbah proses konstruksi. Mengemas material bangunan untuk mengurangi limbah. Mengoptimalkan penggunaan material bangunan untuk mengurangi limbah. Meningkatkan tingkat akurasi dalam estimasi penggunaan bahan bangunan untuk mengurangi timbulnya limbah. 8 Menggunakan kembali (reuse) limbah konstruksi. 9 Menggunakan kembali (reuse) material hasil dekonstruksi. 0 Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih rendah dengan sebelumnya (downcycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai sama dengan sebelumnya (recycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih tinggi dengan sebelumnya (upcycle). E Penyimpanan Dan Perlindungan Material Merencanakan cara-cara menyimpan dan melindungi berbagai jenis material agar tidak mengalami kerusakan.

0 E Penyimpanan Dan Perlindungan Material Merencanakan agar tidak terkontaminasi oleh debu, kelembaban, dan kotoran lainnya untuk jenis material tertentu (misalnya pipa untuk saluran air, saluran untuk pendingin udara (AC). Menyimpan material tertentu yang rawan terhadap debu untuk disimpan diluar lokasi proyek konstruksi. Melakukan penyimpanan material tertentu dengan cara dilem secara sempurna. Melindungi pipa-pipa yang akan digunakan dengan cara menutup dikedua ujungnya. F Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi Memberikan prioritas terhadap kesehatan pekerja konstruksi. Memberikan perhatian terhadap kesehatan masyarakat umum yang berada di sekitar lokasi proyek konstruksi. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi debu agar tercipta lingkungan kerja yang sehat. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi bahan/benda yang menyebabkan pencemaran (polutan). Mengganti peralatan tahun pembuatan lama dengan yang baru agar konsumsi energi lebih efisien dan rendah emisi. Memperhatikan timbulnya debu yang dihasilkan oleh kegiatan dekonstruksi. Memberikan perhatian terhadap material yang mengandung zat berbahaya (cat, lem, sealent) 8 Memasang tanda dilarang merokok di kantor proyek. 9 Memasang tanda dilarang merokok di lokasi kerja. 0 Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± meter diluar kontraktor keet. Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± meter diluar lokasi kerja. Tidak menggunakan material asbes. Tidak menggunaan lampu merkuri untuk penerangan di lokasi proyek dan kantor proyek. Tidak menggunakan styrofoam untuk insulasi panas. Melakukan pemasangan safety net untuk keamanan atau pengaman agar material tidak jatuh saat proses konstruksi. Melakukan penyiraman lapangan di lokasi proyek untuk mengurangi timbulnya debu.

08 F Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi Mengadakan fasilitas washing bay untuk menjaga kebersihan jalan sebagai fasilitas umum. G Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Membuat jadwal untuk kegiatan yang menimbulkan emisi untuk mengurangi dampaknya terhadap pekerja konstruksi. Memisahkan bedeng pekerja dari lokasi proyek. Menjamin terjadinya sirkulasi udara selama proyek berlangsung khususnya pada fasilitas tertentu (misalnya lorong). H Pemilihan dan Operasional Peralatan Konstruksi Melakukan pengamatan terhadap waktu kerja peralatan berupa informasi cycle time untuk meningkatkan produktivitas. Memberilkan pelatihan bagi operator peralatan agar dapat dicapai produktivitas yang ditetapkan. Meminimalkan waktu jeda yang ditimbulkan oleh peralatan agar dapat dicapai tingkat efisiensi tertentu. Mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi alternatif untuk peralatan konstruksi. Mengutamakan penggunaan transportasi umum bagi pekerja konstruksi. I Dokumentasi Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah material sisa. Melakukan pencatatan jumlah penggunaan material terbarukan. Melakukan pencatatan jumlah kandungan material daur ulang (recycle). Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah kandungan material lokal. Melakukan pencatatan penggunaan produk dari kayu bersertifikat. Melakukan pencatatan tentang jumlah pengiriman material serta cara-cara melindunginya. Mendokumentasikan mengenai program kualitas udara di proyek konstruksi. 8 Membuat dokumentasi tentang manajemen limbah konstruksi. J Pelatihan Bagi Subkontraktor Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengurangi timbulnya limbah konstruksi.

09 J Pelatihan Bagi Subkontraktor Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengelola limbah konstruksi. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi yang difokuskan terhadap kegiatan yang menghasilkan debu. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi untuk menjaga kualitas udara di lokasi proyek. K Pengurangan Jejak Ekologis Tahap Konstruksi Membuat dokumen tentang kondisi lahan sebelum dibangun dan merencanakan pelestariannya jika terdapat fitur budaya. Membuat perencanaan lokasi penyimpanan peralatan berat (trailer, excavator, bulldozer, dll). Membuat perencanaan untuk melindungi semua tanaman di lokasi proyek. Menerapkan larangan menebang pohon dalam radius, meter dari bangunan. Merencanakan dan melakukan simulasi pengaruh air limpasan di lokasi proyek yang berdampak negatif terhadap lingkungan Merencanakan, mengevaluasi dan memilih metoda land clearing yang ramah lingkungan. L Kualitas Udara Tahap Konstruksi Membuat program udara bersih sesuai persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Melakukan pengukuran kualitas udara secara berkala. Menjaminan bahwa seluruh stake holder memahami, bertanggung jawab, dan menerapkan program udara bersih. Melakukan pertemuan secara rutin bersama seluruh stake holder untuk mematuhi komitmen tentang persyaratan kualitas udara. Memenuhi persyaratan kualitas udara sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen lelang atau kontrak. Menyertakan kesanggupan memenuhi persyaratan kualitas udara dalam dokumen tender dan kontrak. M Efisiensi Air Menampung air hujan untuk digunakan kembali dalam berbagai kegiatan yang tidak disyaratkan air layak minum. Pemasangan alat meteran air di setiap keluaran sumber air bersih (PDAM, air tanah).

0 M Efisiensi Air Melakukan monitoring pemakaian air setiap bulan. Menggunakan kran otomatis untuk washtafel di kantor proyek. Memasang stiker "gunakan air secukupnya di tempat sumber keluaran air. Penggunaan shower untuk mandi pekerja konstruksi. Membuat perencanaan dalam pemanfaatan air dewatering. 8 Membuat recharge well berupa sumur resapan dan atau lubang biopori. 9 Memasang piezo meter untuk memonitor muka air tanah. 0 Memanfaatkan air dewatering untuk kegiatan di lapangan. N Pengelolaan Lahan Melakukan penanaman pohon di sekitar kontraktor keet. Tidak melakukan penebangan pohon selama proses konstruksi. Membuat sumur resapan untuk membuang air limbah maupun air limpasan. Melakukan filterisasi air sebelum dibuang ke dalam drainase/riol kota. O Efisiensi Energi Menggunakan standarisasi penerangan untuk mendukung pekerjaan di lokasi proyek baik di dalam maupun diluar ruangan. Menngunakan lampu hemat energi. Meminimalkan polusi yang ditimbulkan oleh lampu penerangan. Mengatur penerangan sesuai dengan urutan pekerjaan. Pemasangan KWH meter pada sistem beban. Membuat perhitungan pengurangan CO yang didapatkan dari efisiensi energi. Melakukan monitoring pemakaian listrik setiap bulan. 8 Memaksimalkan pemanfaatan sinar matahari untuk penerangan di kontraktor keet paling tidak 0% dari jumlah ruangan. 9 Penggunaan water reservoar untuk penyimpanan air bersih. 0 Membuat tata tertib atau ketentuan penggunaan peralatan kantor (lampu, Air Conditioning, dispenser, mesin foto copy, komputer, pompa air, dll). Mengatur temperatur Air Conditioning pada posisi o C ± Membuat jadwal transportasi bagi pekerja konstruksi dan karyawan proyek.

O Efisiensi Energi Menyediakan mess karyawan proyek di sekitar lokasi proyek. Penggunaan sensor cahaya untuk lampu penerangan yang ada di lokasi proyek. Melakukan pengukuran intensitas cahaya sesuai ketentuan (min 00 lux). Melakukan pengukuran getaran selama proses konstruksi berlangsung. Melakukan pengukuran kebisingan selama proses konstruksi. 8 9 0 Menyediakan absorban untuk penyimpanan material Bahan Berbahaya dan Beracun (B). Memastikan bahwa semua kendaraan dan alat berat yang digunakan dalam proyek lulus uji emisi gas buang. Menggunakan peralatan AC dengan COP minimum 0% lebih besar dari standar SNI 0-90-000 P Manajemen Lingkungan Proyek Konstruksi Menyediakn tempat sampah konstruksi. Melakukan pemilahan sampah konstruksi sesuai jenisnya. Penyediaan tempat sampah rumah tangga (organik, anorganik, bahan berbahaya dan beracun) disekitar lokasi kerja. Melakukan pemilihan sampah rumah tangga sesuai jenisnya. Bekerja sama dengan pihak ke- (pengepul, penampung). Memonitoring/pencatatan sampah yang dikeluarkan. Menyajikan makanan dan minimum menggunakan dengan sistem katering untuk meminimalkan timbulnya sampah. 8 Tidak menggunakan minuman kemasan. 9 Menyediakan minuman isi ulang dalam galon 0 Menggunakan veldplesuntuk air minum. Pemakaian kertas balok balik (dua sisi) untuk kebutuhan umum. Menyediakan cetakan untuk sisa agregat beton. Penggunaan bekas bobokan bangunan/puing bangunan untuk timbunan. Memaksimalkan pemanfaatan sisa potongan besi tulangan (< meter). Membuat lubang biopori untuk mengurangi erosi akibat air permukaan.

Proyek (RS. Siloam) A Perencanaan Dan Penjadwalan Proyek Konstruksi Mengutamakan kemampuan suplier lokal dalam menyediakan kebutuhan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan material. Memberikan perhatian terhadap perlindungan peralatan. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan material. Memperhatikan urutan pekerjaan dalam pengadaan peralatan. B Pengelolaan Material Menggunakan material bekas bangunan lama di lokasi pekerjaan atau dari tempat lain untuk mengurangi penggunaan bahan mentah baru sehingga dapat memperpanjang usia pemakaian bahan/material dan mengurangi limbah di tempat pembuangan akhir (TPA). Menggunakan bahan bangunan hasil pabrikasi yang menggunakan bahan baku dan proses produksi ramah lingkungan. Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya/bersertifikat. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material untuk mengurangi sampah konstruksi. Mengurangi jejak karbon yang ditimbulkan oleh pengadaan material/produk dengan cara menggunakan material disekitar proyek atau produk lokal sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Penggunaan container untuk kantor di lokasi proyek. Penggunaan fasilitas sementara (temporary facility) dalam proses konstruksi. 8 Menggunakan metoda prafabrikasi dalam pelaksanaan pekerjaan. 9 Menggunakan material daur ulang dalam pelaksanaan pekerjaan. 0 Menggunakan material lokal sebagai bahan konstruksi. C Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Merencanakan penggunaan air dalam proses konstruksi. Melakukan pengukuran air limpasan akibat proses konstruksi terhadap lokasi di sekitar proyek. Merencanakan tindakan pencegahan terjadinya erosi di lokasi proyek akibat kegiatan proyek.

C Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan Mencegah terjadinya kebisingan yang ditimbulkan oleh pelaksanaan pekerjaan selama proses konstruksi. Memanfaatkan top soil hasil land clearing. Merencanakan pelestarian dengan cara memindahkan atau mengganti vegetasi/pohon yang terkena dampak proyek konstruksi. Merencanakan cara-cara melindungi vegetasi/pohon di lokasi proyek. 8 9 0 Merencanakan dan melakukan pengelolaan air limbah akibat proses konstruksi. Melakukan pengaturan area simpan dan bongkar material/produk dari moda transportasi. Menetapan batas proyek dengan memasang pagar disekeliling lokasi proyek. Membatasi pergerakan kendaraan dan alat di lokasi proyek. Mencegah terjadinya erosi akibat limpasan air permukaan. D Manajemen Limbah Konstruksi Melakukan pemesanan material sesuai dengan kebutuhan. Meminimalisasi kemasan dalam pengiriman material. Menggunakan ukuran produk standar untuk jenis material tertentu. Melakukan pemilihan dan penetapan metoda konstruksi untuk mengurangi limbah proses konstruksi. Mengemas material bangunan untuk mengurangi limbah. Mengoptimalkan penggunaan material bangunan untuk mengurangi limbah. Meningkatkan tingkat akurasi dalam estimasi penggunaan bahan bangunan untuk mengurangi timbulnya limbah. 8 Menggunakan kembali (reuse) limbah konstruksi. 9 Menggunakan kembali (reuse) material hasil dekonstruksi. 0 Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih rendah dengan sebelumnya (downcycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai sama dengan sebelumnya (recycle). Melakukan daur ulang limbah konstruksi yang bernilai lebih tinggi dengan sebelumnya (upcycle). E Penyimpanan Dan Perlindungan Material Merencanakan cara-cara menyimpan dan melindungi berbagai jenis material agar tidak mengalami kerusakan.

E Penyimpanan Dan Perlindungan Material Merencanakan agar tidak terkontaminasi oleh debu, kelembaban, dan kotoran lainnya untuk jenis material tertentu (misalnya pipa untuk saluran air, saluran untuk pendingin udara (AC). Menyimpan material tertentu yang rawan terhadap debu untuk disimpan diluar lokasi proyek konstruksi. Melakukan penyimpanan material tertentu dengan cara dilem secara sempurna. Melindungi pipa-pipa yang akan digunakan dengan cara menutup dikedua ujungnya. F Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi Memberikan prioritas terhadap kesehatan pekerja konstruksi. Memberikan perhatian terhadap kesehatan masyarakat umum yang berada di sekitar lokasi proyek konstruksi. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi debu agar tercipta lingkungan kerja yang sehat. Melakukan pemilihan metoda konstruksi didasarkan pada minimalisasi bahan/benda yang menyebabkan pencemaran (polutan). Mengganti peralatan tahun pembuatan lama dengan yang baru agar konsumsi energi lebih efisien dan rendah emisi. Memperhatikan timbulnya debu yang dihasilkan oleh kegiatan dekonstruksi. Memberikan perhatian terhadap material yang mengandung zat berbahaya (cat, lem, sealent) 8 Memasang tanda dilarang merokok di kantor proyek. 9 Memasang tanda dilarang merokok di lokasi kerja. 0 Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± meter diluar kontraktor keet. Menyediakan fasilitas untuk merokok pada jarak ± meter diluar lokasi kerja. Tidak menggunakan material asbes. Tidak menggunaan lampu merkuri untuk penerangan di lokasi proyek dan kantor proyek. Tidak menggunakan styrofoam untuk insulasi panas. Melakukan pemasangan safety net untuk keamanan atau pengaman agar material tidak jatuh saat proses konstruksi. Melakukan penyiraman lapangan di lokasi proyek untuk mengurangi timbulnya debu.

F Kesehatan Lingkungan Kerja Tahap Konstruksi Mengadakan fasilitas washing bay untuk menjaga kebersihan jalan sebagai fasilitas umum. G Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Membuat jadwal untuk kegiatan yang menimbulkan emisi untuk mengurangi dampaknya terhadap pekerja konstruksi. Memisahkan bedeng pekerja dari lokasi proyek. Menjamin terjadinya sirkulasi udara selama proyek berlangsung khususnya pada fasilitas tertentu (misalnya lorong). H Pemilihan dan Operasional Peralatan Konstruksi Melakukan pengamatan terhadap waktu kerja peralatan berupa informasi cycle time untuk meningkatkan produktivitas. Memberilkan pelatihan bagi operator peralatan agar dapat dicapai produktivitas yang ditetapkan. Meminimalkan waktu jeda yang ditimbulkan oleh peralatan agar dapat dicapai tingkat efisiensi tertentu. Mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi alternatif untuk peralatan konstruksi. Mengutamakan penggunaan transportasi umum bagi pekerja konstruksi. I Dokumentasi Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah material sisa. Melakukan pencatatan jumlah penggunaan material terbarukan. Melakukan pencatatan jumlah kandungan material daur ulang (recycle). Melakukan pencatatan terkait dengan jumlah kandungan material lokal. Melakukan pencatatan penggunaan produk dari kayu bersertifikat. Melakukan pencatatan tentang jumlah pengiriman material serta cara-cara melindunginya. Mendokumentasikan mengenai program kualitas udara di proyek konstruksi. 8 Membuat dokumentasi tentang manajemen limbah konstruksi. J Pelatihan Bagi Subkontraktor Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengurangi timbulnya limbah konstruksi.

J Pelatihan Bagi Subkontraktor Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi mengenai cara-cara mengelola limbah konstruksi. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi yang difokuskan terhadap kegiatan yang menghasilkan debu. Memberikan pelatihan bagi pekerja konstruksi untuk menjaga kualitas udara di lokasi proyek. K Pengurangan Jejak Ekologis Tahap Konstruksi Membuat dokumen tentang kondisi lahan sebelum dibangun dan merencanakan pelestariannya jika terdapat fitur budaya. Membuat perencanaan lokasi penyimpanan peralatan berat (trailer, excavator, bulldozer, dll). Membuat perencanaan untuk melindungi semua tanaman di lokasi proyek. Menerapkan larangan menebang pohon dalam radius, meter dari bangunan. Merencanakan dan melakukan simulasi pengaruh air limpasan di lokasi proyek yang berdampak negatif terhadap lingkungan Merencanakan, mengevaluasi dan memilih metoda land clearing yang ramah lingkungan. L Kualitas Udara Tahap Konstruksi Membuat program udara bersih sesuai persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Melakukan pengukuran kualitas udara secara berkala. Menjaminan bahwa seluruh stake holder memahami, bertanggung jawab, dan menerapkan program udara bersih. Melakukan pertemuan secara rutin bersama seluruh stake holder untuk mematuhi komitmen tentang persyaratan kualitas udara. Memenuhi persyaratan kualitas udara sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen lelang atau kontrak. Menyertakan kesanggupan memenuhi persyaratan kualitas udara dalam dokumen tender dan kontrak. M Efisiensi Air Menampung air hujan untuk digunakan kembali dalam berbagai kegiatan yang tidak disyaratkan air layak minum. Pemasangan alat meteran air di setiap keluaran sumber air bersih (PDAM, air tanah).

M Efisiensi Air Melakukan monitoring pemakaian air setiap bulan. Menggunakan kran otomatis untuk washtafel di kantor proyek. Memasang stiker "gunakan air secukupnya di tempat sumber keluaran air. Penggunaan shower untuk mandi pekerja konstruksi. Membuat perencanaan dalam pemanfaatan air dewatering. 8 Membuat recharge well berupa sumur resapan dan atau lubang biopori. 9 Memasang piezo meter untuk memonitor muka air tanah. 0 Memanfaatkan air dewatering untuk kegiatan di lapangan. N Pengelolaan Lahan Melakukan penanaman pohon di sekitar kontraktor keet. Tidak melakukan penebangan pohon selama proses konstruksi. Membuat sumur resapan untuk membuang air limbah maupun air limpasan. Melakukan filterisasi air sebelum dibuang ke dalam drainase/riol kota. O Efisiensi Energi Menggunakan standarisasi penerangan untuk mendukung pekerjaan di lokasi proyek baik di dalam maupun diluar ruangan. Menngunakan lampu hemat energi. Meminimalkan polusi yang ditimbulkan oleh lampu penerangan. Mengatur penerangan sesuai dengan urutan pekerjaan. Pemasangan KWH meter pada sistem beban. Membuat perhitungan pengurangan CO yang didapatkan dari efisiensi energi. Melakukan monitoring pemakaian listrik setiap bulan. 8 Memaksimalkan pemanfaatan sinar matahari untuk penerangan di kontraktor keet paling tidak 0% dari jumlah ruangan. 9 Penggunaan water reservoar untuk penyimpanan air bersih. 0 Membuat tata tertib atau ketentuan penggunaan peralatan kantor (lampu, Air Conditioning, dispenser, mesin foto copy, komputer, pompa air, dll). Mengatur temperatur Air Conditioning pada posisi o C ± Membuat jadwal transportasi bagi pekerja konstruksi dan karyawan proyek.

8 O Efisiensi Energi Menyediakan mess karyawan proyek di sekitar lokasi proyek. Penggunaan sensor cahaya untuk lampu penerangan yang ada di lokasi proyek. Melakukan pengukuran intensitas cahaya sesuai ketentuan (min 00 lux). Melakukan pengukuran getaran selama proses konstruksi berlangsung. Melakukan pengukuran kebisingan selama proses konstruksi. 8 9 0 Menyediakan absorban untuk penyimpanan material Bahan Berbahaya dan Beracun (B). Memastikan bahwa semua kendaraan dan alat berat yang digunakan dalam proyek lulus uji emisi gas buang. Menggunakan peralatan AC dengan COP minimum 0% lebih besar dari standar SNI 0-90-000 P Manajemen Lingkungan Proyek Konstruksi Menyediakn tempat sampah konstruksi. Melakukan pemilahan sampah konstruksi sesuai jenisnya. Penyediaan tempat sampah rumah tangga (organik, anorganik, bahan berbahaya dan beracun) disekitar lokasi kerja. Melakukan pemilihan sampah rumah tangga sesuai jenisnya. Bekerja sama dengan pihak ke- (pengepul, penampung). Memonitoring/pencatatan sampah yang dikeluarkan. Menyajikan makanan dan minimum menggunakan dengan sistem katering untuk meminimalkan timbulnya sampah. 8 Tidak menggunakan minuman kemasan. 9 Menyediakan minuman isi ulang dalam galon 0 Menggunakan veldplesuntuk air minum. Pemakaian kertas balok balik (dua sisi) untuk kebutuhan umum. Menyediakan cetakan untuk sisa agregat beton. Penggunaan bekas bobokan bangunan/puing bangunan untuk timbunan. Memaksimalkan pemanfaatan sisa potongan besi tulangan (< meter). Membuat lubang biopori untuk mengurangi erosi akibat air permukaan.

9