BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI 3.1.1 Morfologi umum daerah penelitian Geomorfologi di daerah penelitian diamati dengan melakukan interpretasi peta topografi, foto udara, citra DEM, dan pengamatan langsung di lapangan. Secara umum, daerah penelitian terdiri dari perbukitan dan lembah memanjang dengan arah timurlaut-baratdaya yang merupakan lembah dari sungai utama di daerah penelitian yaitu Sungai Cihideung, Sungai Cipaganti dan Sungai Cisungapan. Elevasi permukaan di daerah penelitian berada pada 900-1350 meter di atas permukaan laut (Gambar 3-12). Elevasi terendah berada pada lembah Sungai Cisungapan bagian hilir dan elevasi tertinggi berada pada Bukit Pangjebolan dimana terdapat Observatorium Boscha. 107 35 30 107 37 30 1 km 06 51 00 06 51 00 06 49 00 06 49 00 107 35 30 107 37 30 Gambar 3-12. Peta elevasi daerah penelitian (modifikasi peta topografi digital Bakosurtanal, 2001) 21
Kemiringan lereng di daerah penelitian landai hingga sangat terjal (2%- 140%), yang diklasifikasikan berdasarkan kemiringan lereng oleh Van Zuidam (1985). Berdasarkan kemiringan lereng dan citra DEM, terdapat pola kontur rapat relatif berarah timurlaut-baratdaya yang menunjukkan lembah dan punggungan yang terjal (Gambar 3-13). 107 35 30 107 37 30 1 km 06 51 00 06 51 00 06 49 00 06 49 00 107 35 30 107 37 30 Gambar 3-13. Peta kemiringan lereng daerah penelitian (modifikasi peta topografi digital Bakosurtanal (2001) dan diklasifikasikan berdasarkan kelas kemiringan lereng oleh Van Zuidam (1985) 3.1.2 Pola aliran sungai Sungai-sungai di daerah penelitian adalah Sungai Cibeureum, Sungai Cihideung, Sungai Cipaganti, Sungai Cisungapan, dan Sungai Cirapohan yang relatif berarah utara-selatan. Arah aliran sungai di bagian timur dan barat daerah penelitian menunjukkan adanya kelokan sungai yang disebabkan oleh adanya struktur Sesar Lembang seperti yang ditunjukkan di Sungai Cibeureum dan di Sungai Cisungapan. Penentuan pola aliran sungai diamati melalui aliran sungai secara regional dan daerah penelitian didominasi oleh pola paralel berdasarkan klasifikasi Howard (1967) dalam Thornbury (1989) seperti yang ditunjukkan Gambar 3-14 dengan 22
T B Gambar 3-16. Lembah Sungai Cihideung yang berbentuk V 3.1.3 Satuan geomorfologi Berdasarkan pengamatan dari peta topografi, DEM, dan pengamatan lapangan, satuan geomorfologi di daerah penelitian dibagi menjadi 4 satuan dengan mengacu pada klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Brahmantyo dan Bandono, 2006). Satuan geomorfologi di daerah penelitian yaitu: 3.1.3.1 Lembah depresional Satuan ini menempati sekitar 18 % luas daerah penelitian, ditandai oleh warna merah muda pada Peta Geomorfologi (lihat Lampiran A2) berada di bagian utara daerah penelitian yang merupakan bagian blok turun dari Sesar Lembang. Terdapat pada topografi yang relatif datar dengan kemiringan 0 %-7 % yang termasuk kedalam kelas datar-miring landai (Van Zuidam, 1985) dengan ketinggian sekitar 1200-1300 mdpl. Proses pelapukan merupakan proses eksogen utama yang terlihat di satuan ini. Litologi penyusun satuan ini adalah tuf lapili. Sungai yang hadir pada satuan ini umumnya merupakan sungai-sungai kecil yang memiliki pola paralel dikontrol oleh pola aliran piroklastik dengan bentukan lembah sungai U. Tahapan 24
geomorfik pada satuan ini berada pada tahap muda karena tingkat denudasinya belum intensif. G. Burangrang B T Gambar 3-17. Satuan geomorfologi lembah depresional dengan latar belakang Gunung Burangrang 3.1.3.2 Punggungan gawir Sesar Lembang Satuan ini menempati sekitar 26% daerah penelitian, ditandai oleh warna hijau pada Peta Geomorfologi (lihat Lampiran A2) berada pada bagian tengah yang juga merupakan bagian blok naik dari Sesar Lembang (Gambar 3-18). Hal ini dicirikan dengan bentukan tinggian (merupakan daerah tertinggi di daerah penelitian yang berada di daerah Observatorium Boscha), serta kehadiran gawir Sesar Lembang. Terdapat pada topografi yang relatif sedang dengan kemiringan 7 %-30 % yang termasuk kedalam kelas miring-terjal sedang (Van Zuidam, 1985) dengan ketinggian sekitar 1160-1304 mdpl. Proses pelapukan dan longsoran merupakan proses eksogen utama yang terlihat di satuan ini, dimana dapat dilihat adanya longsoran di daerah Gunung Sereh. Litologi penyusun satuan ini berupa breksi piroklastik dan tuf lapili. Sungai yang hadir di satuan ini berupa sungai yang berarah relatif utara-selatan dengan pola yang tidak dapat ditentukan karena hanya mengalir satu sungai yaitu sungai Cihideung Barat dengan bentukan lembah sungai V. Tahapan geomorfik pada satuan ini berada pada tahap muda-dewasa karena mengalami denudasi cukup intensif. 25
S Boscha U BLOK NAIK Gambar 3-18. Satuan geomorfologi punggungan gawir Sesar Lembang dimana memperlihatkan gawir sesar di daerah Boscha 3.1.3.3 Lembah torehan Satuan ini menempati 15% daerah penelitian, ditandai oleh warna kuning pada Peta Geomorfologi (lihat Lampiran A2), menempati daerah lembah menyebar di seluruh daerah penelitian dengan bentuk memanjang berupa lembah curam dari utara ke selatan. Terdapat pada topografi yang relatif terjal dengan kemiringan 15 %- 140 % yang termasuk kedalam kelas terjal sedang-terjal ekstrim (Van Zuidam, 1985) dengan ketinggian sekitar 1035-1224 mdpl. Proses pelapukan dan longsoran merupakan proses eksogen utama yang terlihat di satuan ini. Litologi penyusun satuan ini berupa breksi piroklastik dan tuf skoria. Sungai yang hadir pada satuan ini umumnya merupakan sungai-sungai yang memiliki pola paralel dikontrol oleh pola aliran piroklastik dengan bentukan lembah sungai V. Tahapan geomorfik pada satuan ini berada pada tahap muda dicirikan oleh lembah sungai berbentuk V. 3.1.3.4 Punggungan jatuhan piroklastik Satuan ini menempati 41% daerah penelitian, ditandai oleh warna ungu pada Peta Geomorfologi (lihat Lampiran A2) berada di bagian selatan daerah penelitian yang dicirikan oleh morfologi punggungan. Kemiringan lereng di satuan ini berkisar 2%-15% dan termasuk kelas lereng miring landai sampai miring (Van Zuidam, 1985) dan berada pada ketinggian sekitar 1011-1160 mdpl. Proses pelapukan merupakan proses eksogen utama yang terlihat di satuan ini. Litologi yang menyusun satuan ini berupa tuf lapili, tuf skoria, dan breksi piroklastik. Sungai yang hadir di satuan ini berupa sungai yang berarah relatif utara-selatan dengan pola paralel dengan bentukan 26
lembah sungai V. Tahapan geomorfik pada satuan ini berada pada tahap mudadewasa karena denudasinya cukup intensif. T B Gambar 3-19. Satuan lembah torehan yang memperlihatkan lembah dengan bentukan V di daerah Sungai Cihideung S U Gambar 3-20. Satuan geomorfologi punggungan jatuhan piroklastik di daerah Punclut 3.2 STRATIGRAFI Daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4 satuan batuan berdasarkan jenis batuan, keseragaman, dan ciri-ciri fisik batuan yang dapat diamati di lapangan. Uruturutan stratigrafinya dari tua ke muda yaitu, satuan breksi piroklastik, satuan tuf skoria, satuan lava basalt, dan satuan tuf lapili (Gambar 3-21). 27
Zaman KUARTER UMUR Kala Holosen Pleistosen Atas Umur Absolut 9.980± 50 tahun yang lalu 0,040±0,003 juta tahun yang lalu 40.750 ± 270 tahun yang lalu Satuan Vulkanostratigrafi (Kartadinata, 2009) TefraGunung Tangkubanparahu Muda Tefra Gunung Tangkubanparahu Tua Hasil Gunung Tangkubanparahu Tua Sumber Letusan G. Tangkubanparahu G. Tangkubanparahu Satuan Batuan Tuf Lapili Lava Basalt Ketebalan (rata-rata) 40 Meter 50 Meter G.Tangkubanparahu Tuf Skoria 100 Meter Simbol Litologi v v v v v v v v v v v v + + + + + ++ ++ + + v.v.v.v..v.v.v.v. v.v.v.v..v.v.v.v. v.v.v.v..v.v.v.v. v.v.v.v.v.v.v.v. Δ Δ Δ Δ Δ Δ Fasies Gunungapi (Bogie dan MacKenzie, 1998) Proksimal 0,210 ± 0,310 juta tahun yang lalu Ignimbrit Manglayang G. Sunda Breksi Piroklastik >350 Meter V V V Δ Δ Δ V V V Δ Δ Δ GAMBAR 3.21 Kolom stratigrafi daerah penelitian 28
3.2.1 Satuan breksi piroklastik Satuan ini menempati kurang lebih 25 % dari luas daerah penelitian, warna satuan ini pada peta geologi adalah warna coklat (Lampiran A3). Satuan ini tersingkap dengan baik di bagian timur daerah penelitian meliputi Sungai Cirapohan, dan daerah Boscha. Batuan yang tersingkap terdiri dari breksi piroklastik dan lava andesit. A B C Gambar 3-22. (A) Singkapan breksi piroklastik di PW-4, (B) Singkapan breksi piroklastik di PW-4 dilihat dari dekat, dan (C) Singkapan lava andesit di BS-1 yang menunjukkan struktur kekar kolom. 3.2.1.1 Penyebaran dan ketebalan Satuan ini memiliki penyebaran litologi dan geometri menutupi lembah Sungai Cirapohan, Sungai Cisungapan dan bukit Pangjebolan. Ketebalan dari satuan ini sulit ditentukan karena tidak ditemukan kontak dengan satuan batuan lebih tua 29
dibawahnya. Berdasarkan rekontruksi penampang, ketebalan satuan ini diperkirakan lebih dari 350 meter. 3.2.1.2 Ciri litologi Satuan Breksi Piroklastik tersusun oleh perselingan breksi piroklastik dan andesit. Andesit memperlihatkan bukti sebagai aliran di lapangan dengan adanya kekar kolom (Gambar 3-22 C). Secara megaskopis breksi piroklastik memiliki ciri-ciri warna abu-abu gelaphitam, terpilah buruk, kemas terbuka, ukuran butir blok (30 - >80 mm), fragmen terdiri atas andesit dan basalt, massadasar berupa debu kasar. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka satuan ini termasuk ke dalam kelompok Pyroclastic Breccia (McPhie dkk., 1993). Fragmen andesit (lihat Lampiran B1), memiliki ciri-ciri megaskopis warna abu-abu, masif, kompak, tekstur afanitik, hipokristalin, bentuk butir subhedralanhedral, terdiri dari mineral piroksen, plagioklas, dan kuarsa. Terdapat struktur kekar dan vesikuler. Secara mikroskopis fragmen andesit memiliki tesktur hipokristalin, porfiritik, fenokris 45%, butiran terdiri dari plagioklas dengan komposisi andesin-oligoklas, piroksen, K-Feldspar,kuarsa, gelas, dan mineral opak, subhedral-anhedral, berukuran 0,1-3 mm, dan massadasar 55% berupa mikrolit plagioklas dan gelas berdasarkan Williams dkk., (1982) termasuk ke dalam andesit piroksen. 3.2.1.3 Umur dan hubungan stratigrafi Umur dari satuan batuan ini berdasarkan data literatur, yaitu menurut Kartadinata (2009) memiliki umur absolut 0,210 ± 0,310 juta tahun yang lalu. Berdasarkan kesamaan ciri litologinya, Satuan ini disetarakan dengan Formasi Cikapundung (Koesoemadinata dan Hartono, 1981) berumur Plistosen Atas. 3.2.1.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan ciri-ciri pemilahan buruk-sedang, tidak ada orientasi, maka penulis menyimpulkan satuan ini termasuk endapan laharik (debris flow) yang diendapkan dengan mekanisme aliran. 30
3.2.2 Satuan tuf skoria Satuan ini menempati kurang lebih 15 % dari luas daerah penelitian, warna satuan ini pada peta geologi adalah warna abu-abu (Lampiran A3). Satuan ini tersingkap dengan baik di Sungai Cibeureum dan Sungai Cihideung Timur. A B C D Gambar 3-23. (A) Singkapan Tuf skoria di WS-12, (B) Fragmen Skoria di WS-12, (C) Singkapan Tuf Skoria di RCH-19 yang menunjukkan struktur reversed graded bedding, (D) Struktur reversed graded bedding di RCH-19 dilihat dari dekat. 3.2.2.1 Penyebaran dan ketebalan Satuan ini memiliki penyebaran litologi dan geometri di Sungai Cihideung Timur dan Sungai Cibeureum. Berdasarkan pada rekontruksi penampang, satuan ini diperkirakan memiliki ketebalan 100 meter dengan singkapan yang memiliki 31
ketebalan paling besar di lapangan terdapat di daerah Sungai Cihideung Timur di stasiun RCH-23 yaitu sebesar 30 meter. 3.2.2.2 Ciri litologi Satuan ini terdiri atas litologi tuf skoria, secara megaskopis satuan ini memiliki ciri-ciri warna abu-abu terang sampai gelap, massadasar debu vulkanik berukuran kasar-lapili, terpilah buruk, kemas terbuka, terdapat fragmen skoria dan andesit. Fragmen skoria secara megaskopis berwarna hitam, berukuran 2-10 cm, bentuk fragmen menyudut tanggung, memiliki tekstur vesikuler. Secara mikroskopis, sayatan tipis pada skoria (lihat Lampiran B2), tesktur klastik, porfiritik, fenokris 30%, butiran terdiri dari plagioklas, piroksen, gelas, dan mineral opak, subhedralanhedral, berukuran 0,1-2 mm, dan massadasar 45% berupa mikrolit plagioklas dan gelas dan porositas sebesar 25 %. Fragmen andesit, memiliki ciri-ciri megaskopis warna abu-abu gelap, masif, kondisi sedang-lapuk, tekstur afanitik, hipokristalin, bentuk butir subhedral-anhedral, terdiri dari mineral piroksen, plagioklas, dan kuarsa. Secara mikroskopis fragmen andesit memiliki tesktur hipokristalin, porfiritik, fenokris 40%, butiran terdiri dari plagioklas dengan komposisi andesin-oligoklas, piroksen, opak, kuarsa, gelas, dan mineral opak, subhedral-anhedral, berukuran 0,2-2 mm, dan massadasar 60% berupa mikrolit plagioklas dan gelas. 3.2.2.3 Umur dan hubungan stratigrafi Umur dari satuan batuan ini berdasarkan data literatur, yaitu menurut Kartadinata (2009) memiliki umur absolut 40.750 ± 270 tahun tahun yang lalu dimana satuan ini merupakan produk dari letusan Gunung Tangkubanparahu yang termasuk dalam anggota endapan Tangkubanparahu Tua. Berdasarkan kesamaan ciri litologinya, satuan ini disetarakan dengan Formasi Cibeureum (Koesoemadinata dan Hartono, 1981) berumur Plistosen Atas, sedangkan menurut Silitonga (1973), satuan ini merupakan Hasil Gunungapi Tua. Satuan tuf skoria diendapkan diatas satuan breksi piroklastik dengan batas yang tidak jelas di Sungai Cihideung Timur. 32