BAB IV. Kesimpulan dan Saran. spesies gajah Afrika, tetapi juga gajah Asia pada salah satu sub-spesiesnya yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI DAERAH OTONOM *)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

Journal of International Relations, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2017, hal Online di

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

Transnational Organized Crime (TOC)

2 c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 461/Kpts-II/1999 telah ditetapkan Penetapan Musim Berburu di Taman Buru dan Areal Buru; b. ba

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEKALIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hubert Forestier dan Truman Simanjuntak (1998, Hlm. 77), Indonesia

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

2 Indonesia Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3544); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan

I. PENDAHULUAN. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu kekayaan

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam hayati merupakan unsur unsur alam yang

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

RENCANA STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 165 TAHUN 2000 TENTANG

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai keragaman jenis satwa seperti jenis

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.39/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. daya alam non hayati/abiotik. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama terus mengalami pergeseran dan lebih membuka diri bagi aktor non-state

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 19/Menhut-II/2010 TENTANG PENGGOLONGAN DAN TATA CARA PENETAPAN JUMLAH SATWA BURU

BAB I PENDAHULUAN. Perburuan satwa liar merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumber

BAB I. Pendahuluan. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayai dan Ekosistemnya;

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

Kota, Negara Tanggal, 2013

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi semakin pesat,

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daer

BAB 1. Pendahuluan. Gambar 1.1 Persebaran Populasi Orangutan di Pulau Kalimantan 2

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

CATATAN ATAS RUU KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (VERSI DPR)

Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 123/Kpts-II/2001

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat)

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi habitat lebih dari 1539 jenis burung. Sebanyak 45% ikan di dunia,

Semiloka Peningkatan Partisipasi Publik Dalam Mendorong Penegakan Hukum Yang Sistematis (KPSL-Sumbagut)

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2014 TENTANG

Transkripsi:

130 BAB IV Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Kejahatan perdagangan ilegal gading gajah merupakan sebuah isu lingkungan yang sering terjadi di dunia. Tidak hanya mengancam populasi dari spesies gajah Afrika, tetapi juga gajah Asia pada salah satu sub-spesiesnya yaitu Gajah Sumatera yang tersebar di seluruh Pulau Sumatera termasuk di pusat konservasi gajah Sumatera yaitu Provinsi Riau. Kejahatan ini termasuk ke dalam kejahatan lingkungan karena melanggar aturan dan hukum yang mengatur mengenai konservasi lingkungan hidup baik di tingkat nasional yaitu dalam UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan PP No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan di tingkat internasional yaitu Convention on International Trade in Endangered Species of Fauna and Flora (CITES). Kejahatan perdagangan ilegal gading gajah Sumatera di Provinsi Riau terjadi tidak hanya melalui aktivitas perburuan gajah tetapi juga memiliki kaitan erat dengan konflik gajah-manusia yang seringkali terjadi akibat gajah masuk ke dalam pemukiman dan lahan perkebunan kelapa sawit masyarakat yang menyebabkan gajah mati karena diracun karena dianggap sebagai hama yang menggangu masyarakat. Keterkaitan itu ditunjukkan dari banyaknya kasus kematian gajah yang terjadi dengan gajah yang mati ditemukan dalam kondisi tanpa gading yang menunjukkan adanya indikasi bahwa konflik tersebut ditumpangi atau

131 dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk kepentingan perdagangan ilegal gading gajah. Kejahatan ini terjadi karena disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain yaitu keuntungan yang tinggi, penegakan hukum yang lemah dan belum optimal, konflik gajah-manusia yang sering ditumpangi kepentingan perdagangan ilegal gading, permintaan akan gading yang tinggi dan juga kurangnya wawasan dan pengetahuan masyarakat baik di tingkat lokal maupun internasional yang masih rendah akan perdagangan ilegal gading gajah. Perdagangan ilegal gading gajah Sumatera juga memberikan dampak yang merugikan dalam berbagai aspek seperti ekosistem, sosial-budaya, ekonomi dan keamanan dari Indonesia. Di Provinsi Riau, kejahatan perdagangan ilegal gading gajah Sumatera merupakan kejahatan transnasional karena direncanakan oleh aktor utama yang berada di luar Indonesia dan beroperasi di lebih dari satu negara dan berdampak pada negara lainnya. Hal tersebut didukung oleh letak geografis Provinsi Riau yang strategis untuk melakukan perdagangan ilegal gading gajah Sumatera karena banyaknya pintu keluar masuk ke luar negeri dan banyaknya rute perdagangan ilegal gading melalui berbagai moda transportasi dari Provinsi Riau ke negara-negara Asia Tenggara dengan tujuan akhir yaitu China. Untuk menangani isu kejahatan ini, WWF Indonesia sebagai bagian dari organisasi internasional non-pemerintah (INGO) yaitu WWF Internasional yang bergerak di bidang konservasi lingkungan menjalin kerjasama dengan Pemerintah Indonesia melalui UPT Eselon II dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yaitu BBKSDA Riau dalam upaya konservasi gajah Sumatera di Provinsi Riau.

132 Kerjasama antara keduanya disahkan dalam sebuah perjanjian kerjasama tentang konservasi gajah Sumatera termasuk dalam memerangi perdagangan ilegal gading gajah Sumatera pada tahun 2010 2013 dan 2015-2019 yang mana peneliti membatasi lingkupnya dari tahun 2010 hingga tahun 2015. Dalam pelaksanaan kerjasama selama tahun tersebut, diperoleh hasil pengukuran efektivitas yaitu kerjasama WWF Indonesia dan BBKSDA Riau dalam memerangi perdagangan ilegal gading gajah Sumatera di Provinsi Riau kurang efektif. Kurang efektifnya kerjasama tersebut dipengaruhi oleh hambatan-hambatan yang ditemui selama pelaksanaan kegiatan kerjasama antara kedua pihak yang berasal dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Dalam faktor internal lain yaitu intensitas pelaksanaan kegiatan yang tidak konsisten, kurangnya kapasitas tim dalam penanganan isu, kurangnya koordinasi dan komunikasi antara pihak yang bekerjasama dengan para stakeholders, kurangnya pihak yang berkaitan di dalam perjanjian kerjasama, peran BBKSDA Riau yang terbatas sebagai regulator dan keterbatasan anggaran serta dukungan dari berbagai pihak dan faktor eksternal yaitu habitat gajah Sumatera yang terus mengalami laju deforestasi dan juga proses penegakan hukum di tingkat pengadilan yang belum mencapai penindakan terhadap pelaku utama atau otak dari kejahatan. Manfaat yang diperoleh oleh WWF Indonesia dari peran dan fungsi INGO WWF Internasional juga kurang dalam penerapannya pada kerjasama dengan BBKSDA Riau yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Penulis juga sadar bahwa penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan yang diharapkan dapat menjadi tinjauan untuk penelitian selanjutnya. Kekurangan

133 yang ditemui dalam penelitian ini adalah data yang digunakan dalam mengukur efektivitas yaitu masih kurangnya data statistik dan laporan yang dapat menjelaskan secara spesifik tiap indikator instrumen efektivitas dan kuisioner yang terbatas karena hanya mengambil beberapa sampel di salah satu kantong habitat gajah Sumatera dari delapan kantong yang ada yaitu hanya pada masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. 4.2 Saran Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi acuan mengenai efektivitas dari suatu kerjasama internasional antara organisasi non-pemerintah dengan Pemerintah suatu negara dalam upaya memerangi kejahatan lingkungan transnasional yaitu perdagangan ilegal bagian tubuh satwa liar yang dilindungi. Berikut adalah beberapa saran yang ingin disampaikan oleh peneliti kepada pihak yang bekerjasama yaitu WWF Indonesia dan BBKSDA Riau dan juga stakeholders lain yaitu masyarakat, Pemerintah dan aparator penegak hukum agar kerjasama dalam upaya konservasi gajah Sumatera di Provinsi Riau, khususnya perdagangan ilegal gading gajah dapat mencapai tujuannya baik secara kualitas, kuantitas maupun waktu atau dalam kata lain efektif. 1. Ditunjukkan kepada pihak yang bekerjasama yaitu WWF Indonesia dan BBKSDA Riau: Untuk terus meningkatkan koordinasi dan komunikasi, kapabilitas, penyadartahuan kepada masyarakat dan berbagai upaya lainnya agar pelaksanaan kegiatan dalam upaya konservasi dapat berjalan dengan efisien dan efektif serta menghasilkan dampak yang

134 efektif dalam pelestarian gajah Sumatera dan habitatnya dari berbagai ancaman salah satunya perdagangan ilegal gading. 2. Ditunjukkan kepada masyarakat Riau: Untuk meningkatkan kesadaran dalam konservasi gajah Sumatera dan ikut turut serta bertanggung jawab dan membantu dalam berbagai upaya konservasi dengan berpartisipasi dan memberikan berbagai bentuk dukungan dan pembuatan kebijakan dalam kegiatan konservasi terutama dalam mitigasi konflik gajahmanusia dan aktivitas perburuan dan perdagangan ilegal gading gajah Sumatera. 3. Ditujukkan kepada Pemerintah Riau: Untuk ikut bertanggung jawab dalam membantu, mendukung serta mengawasi upaya konservasi gajah Sumatera terutama bagi Pemerintah yang berwenang di kawasan habitat gajah yang bukan merupakan kawasan konservasi dalam melindungi gajah dari berbagai macam ancaman termasuk perdagangan ilegal gading. 4. Ditujukkan kepada aparat penegak hukum yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Kejaksaan dan lainnya yang berkaitan untuk terus meningkatkan berbagai kapabilitas dan upaya penegakan hukum dalam penindakan dari pelaku kejahatan perburuan dan perdagangan ilegal gading gajah Sumatera di Provinsi Riau terutama dalam menangkap dan memproses secara hukum aktor utama dari kejahatan yang berada di luar Indonesia agar dapat memutuskan rantai jaringan perdagangan ilegal gading gajah.