BAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dihadapi iklan televisi, menurut survey yang dilakukan oleh LOWE Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini merupakan suatu era di mana batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini terdapat dua kekuatan besar yang mendasari laju perubahan

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manajemen pemasaran merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis saat ini semakin dinamis, kompleks, dan tidak pasti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menurut penilaian konsumen yang menggunakan produk tersebut. perhatian dan memberikan penjelasan tentang produk-produknya.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perkotaan mulai mengalami perubahan gaya hidup. Bagi mereka, HandPhone (HP) atau

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA

BAB I PENDAHULUAN. Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat terlihat jelas dan pesat ke arah yang

BAB I PENDAHULUAN. pasar, produsen semakin lebih kreatif terhadap jasa dan produk yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi semakin pesat selain itu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pengertian Smartphone 1.2 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. atau bisa melalui internet (chatting, ). Handphone bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. merek sangat berperan penting dalam menarik perhatian dari konsumen. Salah satu

I PENDAHULUAN. barang, dan jasa. Pengusaha tidak hanya menerapkan strategi positioning sebuah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama para kaum remaja. Kini handphone tidak hanya. dipergunakan untuk membuat panggilan dan membuat Short Message

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan media dan budaya populer saat ini. Korean wave atau yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Iklan adalah suatu penyampaian pesan melalui media-media yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi mutakhir baik di bidang komputerisasi, mesin-mesin pabrik,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyampaikan pesan pada konsumen, pemasar dapat memilih aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap

BAB I PENDAHULUAN. pesaing baru maupun pesaing yang sudah ada yang bergerak dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang. Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. eksitensinya dalam usaha, keunggulan bersaing nantinya menjadi kekuatan. mempunyai brand image yang kuat dibenak konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, semakin banyak para produsen susu dari berbagai merek. perusahaan saling bersaing menawarkan berbagai jenis produk yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dengan banyaknya hal-hal baru dalam kehidupan manusia pada

BAB I PENDAHULUAN. meluasnya berbagai produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. orang yang satu dengan orang yang lain untuk saling mengisi. Manusia juga

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan yang sudah ada atau keluar dari suatu zona aman dalam beriklan

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. usaha di dunia termasuk Indonesia. Persaingan-persaingan yang terjadi terutama berupa

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi berkembang dengan sangat pesat. Setiap golongan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dunia pertelevisian di Indonesia semakin hari semakin maju pesat. Pertelevisian indonesia semulanya

BAB I PENDAHULUAN. melakukan komunikasi sudah dapat dianggap menjadi kebutuhan utama. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sarana promosi yang cukup efektif untuk meningkatkan brand awareness dan

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. pada era tahun 2000an dan berkembang pesat hingga kini.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis saat ini, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat di era globalisasi ini dan keadaan tersebut memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia membutuhkan orang lain untuk berbagi dan berkomunikasi. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. cepat dimana fasilitas tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terlihat dari data AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, audio dan masih banyak lagi. Contoh kongkrit jenis media elektronik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tingkat persaingan produsen kendaraan bermotor dewasa ini semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dengan perkembangan ini membuat segala hal dapat dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan globalisasi yang begitu pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. maka sistem operasi yang digunakan semakin berkembang pula. Android

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. ( Pada zaman orde baru pemerintah melarang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. smartphone telah menjadi kebutuhan gaya hidup yang dianggap penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pemasaran merupakan segala kegiatan usaha untuk membujuk,

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. mulai bergeser dari pengobatan modern menuju ke pengobatan tradisional.

BAB I PENDAHULUAN. Mencermati perkembangan dunia telekomunikasi di Indonesia yang. telepon seluler dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya perekonomian. Keadaan inilah yang mendorong perusahaanperusahaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengamatan terhadap penerimaan pesan iklan televisi pada khalayak

Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan


BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis elektronik. hal ini terlihat dari

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kepada konsumen adalah melakukan promosi melalui media massa. Dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pemasaran modern dewasa ini tidak lagi dipandang sekedar

BAB I PENDAHULUAN. khususnya telepon genggam atau yang biasa kita sebut handphone. Telepon

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi canggih yang membuat masyarakat ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan arus informasi yang sangat cepat membuat konsumen

BAB I PENDAHULUAN. ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan masyarakat kelas menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini, media massa tidak akan mungkin berdiri statis di tengah-tengah, media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat setiap bisnis film di bioskop tetap eksis dan mulai mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN. (produsen atau pengiklan), pesan, media massa, komunikan (audiens), dan efek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan.

PENGARUH TINGKAT TERPAAN SPONSORSHIP

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Indonesia, tidak boleh mengabaikan bidang teknologi komunikasi yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Samsung, Sony, Oppo, xiaomi, dan Asus adalah beberapa contoh merek ponsel cerdas yang ada di pasaran. Setiap merek ponsel cerdas memiliki segmentasi pasar masing-masing, sebagai contoh adalah Samsung dan Sony. Samsung yang dalam 3-5 tahun terakhir ini memimpin pasar ponsel cerdas dengan seri produk Samsung Galaxy selalu identik dengan pengguna kelas atas (high-end user). Hal ini ditunjukkan dalam iklannya yang menawarkan kemampuan perangkat mumpuni, menyewa aktor terkenal, dan harga produk yang sangat mahal dari sudut pandang masyarakat umum. Citra Samsung, Sony dan merek kelas atas lain perlahan diturunkan oleh produsennya, menyusul maraknya produk ponsel cerdas kelas menengah kebawah (low mid-end) dengan harga yang lebih murah. Sebut saja seperti merek XiaoMi, Oppo, dan Asus. Merek-merek ponsel tersebut memaksa merek kelas atas turut mengeluarkan produk yang lebih murah untuk berkompetisi di pasar menengah kebawah. Dalam kenyataannya, keputusan seseorang dalam memilih produk ponsel cerdas tidak selalu didasari oleh aspek pemenuhan kebutuhan informasi dan sosial. Terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi seseorang sehingga memilih menggunakan ponsel cerdas tertentu walaupun jelas-jelas produk tersebut tidak sesuai dengan kebutuhannya. Faktor tersebut dapat berupa gengsi pribadi, ciri gaya hidup, dan faktor lainnya. Setiadi dalam bukunya Perilaku Konsumen (2003) menjelaskan beberapa bidang yang menentukan pengambilan keputusan seorang calon konsumen ketika akan melakukan pembelian. Menurut Setiadi, pembelian dipengaruhi oleh faktor motivasi diri, kepribadian dan tuntutan gaya hidup, persepsi konsumen, pengaruh dinamika kelompok, serta pengaruh kelas dan status sosial. Selain faktor-faktor diatas, terdapat faktor lain yang mempengaruhi indivi- 1

du dalam menyesuaikan dan memilih ponsel cerdas mana yang akan digunakannya. Faktor itu adalah adanya konstruksi realitas sosial yang dibangun oleh produsen melalui iklan media massa. Iklan, tanpa disadari atau tidak sangat berpengaruh terhadap penggambaran individu akan realitas sosial yang dihadapinya (Bungin, 2008:84). Penggunaan ponsel cerdas dewasa ini sudah tidak lagi disesuaikan dengan kebutuhan informasi sosial dari penggunanya. Terdapat ketimpangan antara spesifikasi ponsel cerdas dan status sosial penggunanya. Sebagai contoh, banyak anak sekolahan mempunyai ponsel cerdas yang jika dilihat dari fitur ponselnya, harusnya lebih layak digunakan oleh pekerja ataupun pebisnis menengah atas. Pebisnis yang aktif pasti memiliki kebutuhan informasi sosial yang berbeda dengan anak sekolahan. Orang tua yang berumur diatas 50 tahun pasti memiliki kebutuhan informasi sosial yang berbeda pula dengan anak-anak muda. Kebutuhan informasi sosial tentunya berbeda jika dilihat dari kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan informasi sosial yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Terdapat kasus-kasus serupa lain yang memiliki permasalahan yang sama, yakni terdapat ketidakcocokan antara ponsel cerdas dan penggunanya. Ketidakcocokan yang dimaksud adalah kesalahan individu dalam menyesuaikan antara kebutuhan informasi sosialnya dengan jenis ponsel cerdas apa yang harus digunakannya. Dengan banyaknya produk dan merek ponsel cerdas di pasaran, konsumen tentunya harus memilih tipe ponsel cerdas seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan informasi sosialnya. Pemilihan biasanya akan ditentukan oleh beberapa faktor seperti merek, spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunaknya, tren kekikinian, dan tentunya kondisi finansial dari calon konsumen. Iklan menurut Fowles (Bungin, 2008:79) merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari budaya populer. Iklan, seperti dapat kita lihat hampir secara keseluruhan menggunakan simbol budaya populer. Simbol budaya populer yang sering diperlihatkan dalam iklan adalah atribut instan, serba jadi dan praktis. 2

Iklan dan konstruksi sosial tidak bisa dipisahkan. Iklan adalah salah satu bagian dari proses panjang pengkonstruksian realitas sosial dalam kehidupan masyarakat. Burhan Bungin dalam bukunya Konstruksi Sosial Media Massa menjelaskan sebagai berikut: Iklan adalah bagian penting dari serangkaian kegiatan mempromosikan produk yang menekankan unsur citra. Dengan demikian objek iklan tidak sekadar tampil dalam wajah yang utuh, akan tetapi melalui proses pencitraan, sehingga citra produk lebih mendominasi bila dibandingkan dengan produk itu sendiri. Pada proses ini cita produk diubah menjadi citra produk (Bungin, 2008:79) Salah satu iklan yang mempunyai legimitasi yang kuat dalam membentuk benak dalam masyarakat adalah iklan televisi. Bungin (2008:119) menyebut televisi dengan sebutan theatre of mind (panggung pikiran), panggung yang menguasai jalan pikiran masyarakat. Hal ini telah melenceng jauh dari tugas utama iklan televisi yang harusnya menjual barang atau jasa, dan bukan menghibur (Bungin, 2008:121). Dalam kaitannya dengan konstruksi realitas sosial, copywriter dan visualizer sebuah iklan dituntut memiliki kemampuan untuk membangun realitas media, yaitu sebuah dunia yang ada didalam media. Kedua pihak ini bekerja setiap hari (dengan menampilkan iklan-iklan mereka di televisi) untuk membangun realitas berdasarkan dunia seperti apa yang mereka inginkan tentang penggambaran produk yang diiklankan. Seiring berjalannya waktu, iklan televisi dianggap tidak lagi efektif sebagai sarana promosi yang utama. Adiwijaya & Djati dalam penelitiannya yang berjudul Analisa Strategi Penempatan Merek Sebagai Bagian dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu (2006:4) menjelaskan sebagai berikut: Iklan televisi saat ini sudah tidak mencukupi lagi dalam artian agensi iklan harus memahami fenomena ini untuk menciptakan materi POS- Point of Purchase [cetak tebal dari penulis] yang kuat yang akan mempengaruhi keputusan para konsumen saat berbelanja (Sinar Harapan; 2003). Kondisi tersebut menyebabkan pemasar harus selektif di dalam memilih media iklan yang efektif serta efisien di dalam meningkatkan ekuitas merek (brand equity) dan di dalam 3

meningkatkan omzet penjualan sebagai hasil dari komunikasi pemasaran yang efektif Adiwijaya & Djati memberikan penggambaran bahwa penggunaan iklan yang gencar di media televisi tidak memberikan jaminan bahwa produk tersebut akan diserap dengan cepat oleh pasar. Pada era terdahulu memang iklan televisi pernah menjadi raja di dunia pemasaran, namun kini bentuk iklan 30 detik sedang mengalami penurunan. Di Amerika Serikat sebagai kiblat dunia pertelevisian, rating acara waktu primer (prime-time) mulai ditinggalkan seiring menurunnya waktu para pemirsa menonton televisi. Tren ini diperkirakan tak hanya berkembang di negara-negara Barat, tapi juga di negara dunia ketiga seiring perkembangan teknologi dan arus globalisasi yang mempengaruhi kebiasaan menonton televisi. Salah satu alternatif dalam media periklanan yang memiliki efek lebih besar dari televisi adalah film. Film sejalan dengan televisi karena berisi unsur suara dan gambar yang tidak diam (media auditif-visual-kinestetik). Dikatakan oleh McQuail (2012:13) bahwa sebuah film dinilai memiliki sebuah pengaruh yang besar bagi penontonnya, karena merupakan bagian dari realitas dunia modern. Berbeda dengan iklan di televisi, iklan di film dikemas bukan dalam bentuk tayangan 30 detik di sela acara (commercial break), melainkan dikemas dalam metode penempatan merek (branding placement). Penempatan merek menurut Avery & Ferraro (Adiwijaya & Djati, 2006:15), adalah penempatan yang dilakukan melalui program media tertentu yang ditujukan untuk meningkatkan visibilitas sebuah merek atau produk dan jasa. Adiwijaya & Djati memaparkan penjelasannya sebagai berikut: Dalam metode penempatan merek, produk ditempatkan secara halus dalam film atau sinetron, dan ditempatkan seolah-olah merupakan satu kesatuan dari film atau sinetron tersebut. Produk yang beriklan ditampilkan saat sedang digunakan oleh aktor yang bersangkutan tanpa menganggu adegan dalam film sehingga diharapkan visibilitas merek akan terangkat. (Adiwijaya & Djati, 2006:16) Salah satu film yang dijadikan media dalam strategi penempatan merek 4

adalah film Spectre. Spectre adalah lanjutan dari serial film James Bond yang dirilis pada 6 November 2016. Film ini dibintangi oleh aktor Daniel Craig, yang telah berperan sebagai James Bond selama 4 seri. Dalam catatan peneliti terdapat kurang lebih 17 produk dan merek yang beriklan di film Spectre, mulai dari minuman keras, pakaian, senjata, mobil, jam tangan, gawai, dan produk lainnya. Salah satu produk yang menggunakan strategi penempatan merek di film Spectre adalah ponsel cerdas Sony Xperia Z5. Sony Xperia Z5 diperlihatkan sebagai ponsel cerdas dengan kualitas premium, digunakan oleh James Bond yang notabene tokoh yang identik dengan sosok pemilih dan selalu menggunakan produk kelas atas. Iklan penempatan merek yang dilakukan oleh Sony sebagai produsen Xperia Z5 merupakan proses konstruksi realitas sosial untuk konsumen ponsel cerdas di seluruh dunia. Dengan menonton film Spectre, penonton film akan menginterpretasi persepsi penggunaan ponsel cerdas selama adegan muncul di film. Persepsi yang muncul mungkin akan kecanggihan ponsel, kemewahan ponsel, atau persepsi lainnya. Dengan adanya iklan penempatan merek di film yang menayangkan kehebatan ponsel cerdas, perilaku masyarakat sebagai konsumen diasumsikan dapat berubah ketika hendak memilih jenis ponsel cerdas. Faktor kebutuhan informasi sosial yang seharusnya menjadi acuan dalam memilih spesifikasi ponsel cerdas dapat berubah haluan karena terpengaruh gambaran dari pesan penempatan merek. Penempatan merek berupa produk ponsel cerdas di film Spectre inilah yang membuat peneliti tertarik ingin meneliti sejauh mana dampak penempatan merek dalam mengkonstruksi realitas pengguna ponsel cerdas dalam memenuhi kebutuhan informasi sosialnya. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Konstruksi Realitas Pengguna Ponsel Cerdas Berdasarkan Pesan Penempatan Merek Dalam Film James Bond: Spectre. 5

1.2. Fokus Masalah Dari latar belakang tersebut, maka penelitian ini harus dapat menjawab pertanyaan yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengguna ponsel cerdas menyesuaikan diri antara ponsel cerdas dengan kebutuhan informasi sosialnya? 2. Bagaimana pemaknaan subjektif penggunaan Sony Xperia Z5 pada pesan penempatan merek di film James Bond: Spectre? 3. Bagaimana indentifikasi pengguna pengguna ponsel cerdas dengan lingkungan sosialnya? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengguna ponsel cerdas menyesuaikan diri antara ponsel cerdas dengan kebutuhan informasi sosialnya. 2. Untuk mengetahui pemaknaan subjektif penggunaan Sony Xperia Z5 pada pesan penempatan merek di film James Bond: Spectre. 3. Untuk mengetahui indentifikasi pengguna ponsel cerdas dengan lingkungan sosialnya. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai bagaimana sebuah penempatan merek di dalam sebuah film dapat berpengaruh terhadap konstruksi realitas khalayak yang menonton, khususnya para pengguna ponsel cerdas. 2. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang konstruksi realitas sosial melalui media iklan televisi dan film, serta pemaknaan subjektif melalui penempatan merek dalam sebuah film yang belum banyak dilakukan oleh mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 6

1.4.2 Manfaat Praktis 1. Dari sisi produsen, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi produsen yang ingin melakukan kegiatan periklanan berupa metode penempatan merek di film, terkait tentang sejauh mana terpaan iklan yang dapat dijangkau proses penempatan merek serta apakah efektif atau tidak melakukan iklan di film. 2. Dari sisi konsumen, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi konsumen ponsel cerdas agar dapat lebih teliti dalam memaknai pesan-pesan subjektif iklan di film, sehingga tidak terjebak dalam konsumerisme dan menyesuaikan antara kebutuhan informasi sosialnya dan ponsel cerdas yang harus dipilih. 7