BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Setiap warga negara di Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang layak, seperti yang tercantum dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 5 yang menyatakan bahwa: Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Hal ini berarti bahwa setiap manusia berhak untuk berkembang dalam pendidikan. Karena pada dasarnya, manusia lahir tidak berdaya dan memerlukan waktu yang lama untuk mengembangkan kemampuannya. Sistem pendidikan nasional di Indonesia menerapkan program wajib belajar sembilan tahun untuk setiap warga negaranya. Melalui pendidikan inilah akan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi spiritual, wawasan atau pengetahuan, dan keterampilan. Hal tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 (dalam Ruhimat 2009: 45) tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan dikenal dua buah komponen yang sangat berkaitan, yaitu pendidik dan peserta didik. Pendidik adalah seorang yang mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab akan pendidikan. Sedangkan peserta didik adalah seseorang yang memiliki potensi dasar dan berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui proses pembelajaran yang terdapat pada jalur pendidikan. Jadi, dalam proses pembelajaran pada jalur pendidikan akan selalu ada interaksi antara pendidik dan peserta didik.
2 Guru sebagai pendidik memiliki peranan penting, terutama dalam pendidikan sekolah dasar. Sebab, anak yang masih berusia tujuh sampai dua belas tahun tingkat ketaatan dan kepercayaan terhadap gurunya masih tinggi. Oleh karena itu, peranan guru selain mentransferkan ilmu pengetahuan, guru juga perlu mengajarkan keterampilan, menanamkan nilai moral dan kedisiplinan kepada peserta didik. Seyogyanya seorang guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang baik, yang dapat memfasilitasi siswa untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan maupun komponen-komponen pembelajaran yang lain demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (dalam Sulistyorini, 2007:21) mengamanatkan, bahwa setiap satuan pendidikan untuk membuat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan. Selain itu, penyusunan KTSP oleh satuan pendidikan memungkinkan adanya penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerahnya masing-masing. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus. Salah satu kelompok mata pelajaran yang termuat dalam KTSP yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis oleh manusia yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Pembelajaran IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam dan seisinya yang penuh rahasia. Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu peserta didik secara alamiah.
3 Seperti yang tercantum dalam standar isi IPA SD/MI bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui pengunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sehingga dalam proses pembelajaran IPA guru hendaknya dapat membuat suatu inovasi dengan menerapkan model maupun metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Sebab, hal ini akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sebagaimana hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada siswa kelas IV SDN Inpres Cikahuripan, guru dominan menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Siswa hanya diberikan konsep-konsep IPA dan jarang terlibat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Hal ini bertolak belakang dengan proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang seharusnya dapat menumbuhkan kemampuan berpikir siswa melalui pengalaman langsung. Pembelajaran yang kurang variatif juga didiagnosis menjadi penyebab tidak meratanya pemahaman siswa. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, hasil belajar siswa pada materi energi panas di kelas IV B SDN Cikahuripan adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Daftar Nilai Siswa Kelas IV B SDN Inpres Cikahuripan No Kode Siswa Nilai 1 AK 80 2 AS 50 3 Ag 60 4 AP 60 5 AN 70 6 Ad 70 7 AP 60 8 AS 70 9 CJ 60 10 GR 60
4 11 Hr 70 12 IH 40 13 KS 60 14 NY 80 15 NA 60 16 Pp 50 17 RM 40 18 RAP 70 19 RL 40 20 RP 80 21 SK 60 22 SJ 40 23 SM 90 24 Tg 80 25 Ti 50 26 Wi 50 27 YR 60 28 YC 60 29 AR 30 30 NN 60 31 RMg 60 32 MR 80 Rata-rata 60,94 Berdasarkan data diatas hasil persentase siswa yang belum mencapai KKM sebesar 81,25 %. Nilai rata-rata kelas yaitu 60,94. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SDN Inpres Cikahuripan adalah 74. Dari hasil tersebut, peneliti merasa bahwa siswa masih belum memahami materi energi panas. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang masih belum dapat membedakan peristiwa perambatan panas. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah kurangnya inovasi dalam penerapan metode pembelajaran. Banyak model dan metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dalam pembelajaran IPA. Salah satu metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah metode eksperimen. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djamarah dan Zain (2006: 84), metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan
5 percobaan dan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Sesuai dengan pendapat tersebut, peneliti mencoba melaksanakan pembelajaran IPA dengan metode eksperimen, dengan metode tersebut siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Antusias mereka dalam mengikuti pembelajaran pun jauh berbeda ketika mereka hanya duduk terdiam mendengarkan penjelasan guru. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Materi Energi Panas. Diharapkan setelah dilaksanakan pembelajaran melalui penerapan metode eksperimen ini proses pembelajaran akan lebih bermakna dan hasil belajar siswa meningkat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? 3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Perencanaan pembelajaran IPA materi energi panas dengan menerapkan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
6 SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. 2. Pelaksanaan pembelajaran IPA materi energi panas dengan menerapkan metode eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. 3. Peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.. D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Bagi Siswa a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif untuk berpikir secara ilmiah. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. c. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Bagi Guru a. Memberikan gambaran tentang proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen. b. Meningkatkan pendidikan yang ideal dengan mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. c. Melatih seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode sesuai karakteristik peserta didik. 3. Bagi Sekolah a. Dapat mengetahui hasil dan kemajuan siswanya sehingga proses pembelajaran dapat ditingkatkan kualitasnya. b. Sebagai saran untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara intensif dan menerapkan metode yang sesuai dalam pembelajaran agar kualitas pembelajaran lebih efektif khususnya pada kualitas sekolah.
7 E. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apabila metode eksperimen diterapkan pada pembelajaran IPA materi energi panas maka hasil belajar siswa kelas IV B SDN Inpres Cikahuripan dapat meningkat. F. Definisi Operasional Dibawah ini penulis akan menjelaskan kata operasional yang digunakan dalam judul penelitian: 1. Metode Eksperimen Menurut Roestiyah (2008: 80) metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan di evaluasi oleh guru. Sesuai dengan metode yang akan diterapkan penelitian ini dikhususkan pada pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan fakta dari hasil pengamatannya pada saat melakukan percobaan. 2. Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 2) menyatakan bahwa belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar. Menurut Suprijono (dalam Thobroni dan Mustofa, 2011: 22), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Dari dua pendapat ahli diatas hasil belajar merupakan perubahan kemampuan siswa setelah terlaksananya kegiatan pembelajaran. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.