BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melia Pramita, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak. negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Neng Ela, 2013

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

tentang Standar Nasional Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup. Nasional (UU No. 20/2003) Bab II Pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam hidup membutuhkan pendidikan, karena kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Setiap warga negara di Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang layak, seperti yang tercantum dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 5 yang menyatakan bahwa: Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Hal ini berarti bahwa setiap manusia berhak untuk berkembang dalam pendidikan. Karena pada dasarnya, manusia lahir tidak berdaya dan memerlukan waktu yang lama untuk mengembangkan kemampuannya. Sistem pendidikan nasional di Indonesia menerapkan program wajib belajar sembilan tahun untuk setiap warga negaranya. Melalui pendidikan inilah akan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi spiritual, wawasan atau pengetahuan, dan keterampilan. Hal tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 (dalam Ruhimat 2009: 45) tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan dikenal dua buah komponen yang sangat berkaitan, yaitu pendidik dan peserta didik. Pendidik adalah seorang yang mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab akan pendidikan. Sedangkan peserta didik adalah seseorang yang memiliki potensi dasar dan berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui proses pembelajaran yang terdapat pada jalur pendidikan. Jadi, dalam proses pembelajaran pada jalur pendidikan akan selalu ada interaksi antara pendidik dan peserta didik.

2 Guru sebagai pendidik memiliki peranan penting, terutama dalam pendidikan sekolah dasar. Sebab, anak yang masih berusia tujuh sampai dua belas tahun tingkat ketaatan dan kepercayaan terhadap gurunya masih tinggi. Oleh karena itu, peranan guru selain mentransferkan ilmu pengetahuan, guru juga perlu mengajarkan keterampilan, menanamkan nilai moral dan kedisiplinan kepada peserta didik. Seyogyanya seorang guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang baik, yang dapat memfasilitasi siswa untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan maupun komponen-komponen pembelajaran yang lain demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (dalam Sulistyorini, 2007:21) mengamanatkan, bahwa setiap satuan pendidikan untuk membuat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan. Selain itu, penyusunan KTSP oleh satuan pendidikan memungkinkan adanya penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerahnya masing-masing. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus. Salah satu kelompok mata pelajaran yang termuat dalam KTSP yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis oleh manusia yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Pembelajaran IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam dan seisinya yang penuh rahasia. Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu peserta didik secara alamiah.

3 Seperti yang tercantum dalam standar isi IPA SD/MI bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui pengunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sehingga dalam proses pembelajaran IPA guru hendaknya dapat membuat suatu inovasi dengan menerapkan model maupun metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Sebab, hal ini akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sebagaimana hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada siswa kelas IV SDN Inpres Cikahuripan, guru dominan menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Siswa hanya diberikan konsep-konsep IPA dan jarang terlibat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Hal ini bertolak belakang dengan proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang seharusnya dapat menumbuhkan kemampuan berpikir siswa melalui pengalaman langsung. Pembelajaran yang kurang variatif juga didiagnosis menjadi penyebab tidak meratanya pemahaman siswa. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, hasil belajar siswa pada materi energi panas di kelas IV B SDN Cikahuripan adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Daftar Nilai Siswa Kelas IV B SDN Inpres Cikahuripan No Kode Siswa Nilai 1 AK 80 2 AS 50 3 Ag 60 4 AP 60 5 AN 70 6 Ad 70 7 AP 60 8 AS 70 9 CJ 60 10 GR 60

4 11 Hr 70 12 IH 40 13 KS 60 14 NY 80 15 NA 60 16 Pp 50 17 RM 40 18 RAP 70 19 RL 40 20 RP 80 21 SK 60 22 SJ 40 23 SM 90 24 Tg 80 25 Ti 50 26 Wi 50 27 YR 60 28 YC 60 29 AR 30 30 NN 60 31 RMg 60 32 MR 80 Rata-rata 60,94 Berdasarkan data diatas hasil persentase siswa yang belum mencapai KKM sebesar 81,25 %. Nilai rata-rata kelas yaitu 60,94. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SDN Inpres Cikahuripan adalah 74. Dari hasil tersebut, peneliti merasa bahwa siswa masih belum memahami materi energi panas. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang masih belum dapat membedakan peristiwa perambatan panas. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah kurangnya inovasi dalam penerapan metode pembelajaran. Banyak model dan metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dalam pembelajaran IPA. Salah satu metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah metode eksperimen. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djamarah dan Zain (2006: 84), metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan

5 percobaan dan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Sesuai dengan pendapat tersebut, peneliti mencoba melaksanakan pembelajaran IPA dengan metode eksperimen, dengan metode tersebut siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Antusias mereka dalam mengikuti pembelajaran pun jauh berbeda ketika mereka hanya duduk terdiam mendengarkan penjelasan guru. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Materi Energi Panas. Diharapkan setelah dilaksanakan pembelajaran melalui penerapan metode eksperimen ini proses pembelajaran akan lebih bermakna dan hasil belajar siswa meningkat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? 3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Perencanaan pembelajaran IPA materi energi panas dengan menerapkan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV

6 SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. 2. Pelaksanaan pembelajaran IPA materi energi panas dengan menerapkan metode eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. 3. Peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.. D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Bagi Siswa a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif untuk berpikir secara ilmiah. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. c. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Bagi Guru a. Memberikan gambaran tentang proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen. b. Meningkatkan pendidikan yang ideal dengan mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. c. Melatih seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode sesuai karakteristik peserta didik. 3. Bagi Sekolah a. Dapat mengetahui hasil dan kemajuan siswanya sehingga proses pembelajaran dapat ditingkatkan kualitasnya. b. Sebagai saran untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara intensif dan menerapkan metode yang sesuai dalam pembelajaran agar kualitas pembelajaran lebih efektif khususnya pada kualitas sekolah.

7 E. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apabila metode eksperimen diterapkan pada pembelajaran IPA materi energi panas maka hasil belajar siswa kelas IV B SDN Inpres Cikahuripan dapat meningkat. F. Definisi Operasional Dibawah ini penulis akan menjelaskan kata operasional yang digunakan dalam judul penelitian: 1. Metode Eksperimen Menurut Roestiyah (2008: 80) metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan di evaluasi oleh guru. Sesuai dengan metode yang akan diterapkan penelitian ini dikhususkan pada pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan fakta dari hasil pengamatannya pada saat melakukan percobaan. 2. Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 2) menyatakan bahwa belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar. Menurut Suprijono (dalam Thobroni dan Mustofa, 2011: 22), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Dari dua pendapat ahli diatas hasil belajar merupakan perubahan kemampuan siswa setelah terlaksananya kegiatan pembelajaran. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.