Penerapan modul pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada materi cahaya

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan modul pembelajaran learning cycle pada materi momentum dan impuls

Penerapan modul pembelajaran Predict-Observe-Explain pada materi fluida statis untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square merupakan model

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen

Implementasi Model Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Penugasan Mind Map untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STKIP persada Khatulistiwa, Jl. Pertamina KM 4- Sengkuang- Sintang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diteliti untuk menarik kesimpulan. Model yang digunakan dalam penelitian ini

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALJABAR DENGAN MODEL ELABORASI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 1 TENGGARONG (Materi Suhu dan Kalor)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan dua

Arifin Rahmola 1, dan Mursalin 2. Program Magister Pendidikan Fisika, Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Keterampilan Berpikir Kreatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Nana (2009: 52) metode penelitian merupakan rangkaian cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

keterampilan berpikir kreatif

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mind Map dalam penelitian ini digunakan sebagai tugas yang harus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan metode eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Berpikir kreatif siswa adalah kemampuan siswa untuk menghasilkan gagasan atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. LKS berbasis keterampilan generik sains pada materi laju reaksi untuk SMA

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SMPN 3 PALAKKA KABUPATEN BONE

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

PENGARUH PENERAPAN SIKLUS BELAJAR ABDUKTIF EMPIRIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KALOR

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian lebih lanjut dari penelitian

Unnes Physics Education Journal PENERAPAN MODEL DISCOVERY TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

DAFTAR TABEL. 1. Indikator Berpikir Kreatif Kriteria Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 42

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI PERUBAHAN BENDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandarlampung. Populasi dalam

DAFTAR ISI BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED, PENGUASAAN KONSEP KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN, DAN SIKAP ILMIAH SISWA...

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) SETTING KOOPERATIF TIPE NHT.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

III. METODE PENELITIAN. bulan November 2010 di SMP Negeri 19 Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SUKAMAJU

TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SD DENGAN POKOK BAHASAN ENERGI

Transkripsi:

Papers seminar.uad.ac.id/index.php/quantum Seminar Nasional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (5pp) Penerapan modul pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan keterampilan K Dongalemba 1, dan Mursalin 2 Program Magister Pendidikan Fisika, Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo E-mail: 1 dongalembakartika05@gmail.com; 2 mursalin@ung.ac.id Abstrak. Penelitian ini mendeskripsikan upaya peningkatan keterampilan berpikir kreatif peserta didik melalui modul pembelajaran saintifik pada materi cahaya. Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan rancangan One Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian adalah peserta didik SMP kelas VIII tahun pelajaran 2017-2018 suatu sekolah di Gorontalo yang ditentukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Instrument yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kreatif, lembar observasi kegiatan peserta didik dan angket. Data dianalisis dengan menggunakan N-gain yang dinormalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan modul pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan saintifik efektif meningkatkan kemampuan keterampilan berpikir kreatif (lancar, luwes, orsinil, dan terperinci) peserta didik dengan N-gain ternormalilasi 0,65 pada kriteria sedang; hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada aspek 5M sebesar 85% (sangat baik); dan respon peserta didik terhadap penerapan modul pembelajaran saintifik sangat positif. 1. Pendahuluan Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sejalan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan karena majunya dunia pendidikan tidak lepas dari peran orang-orang yang berkompeten di dalamnya. Pendidikan juga diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk memelihara diri sendiri, sambil meningkatkan hubungan dengan Tuhan YME, masyarakat, dan lingkungannya.dengan demikian jelas bahwa perlu dirancang suatu modul pembelajaran untuk membantu guru atau sekolah dalam membekali peserta didik dengan berbagai keterampilan, yang secara integratif memadukan potensi generik dan spesifik guna memecahkan dan mengatasi problema hidup peserta didik dalam kehidupan di masyarakat dan lingkungannya baik secara lokal maupun global.penerapan modul pendidikan IPA Prosiding Seminar Nasional Quantum 74 2018 Pend. Fisika UAD

Penerapan modul pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan keterampilan dengan pendekatan saintifik selama ini belum sepenuhnya dirancang dalam pembelajaran. Hampir disemua sekolah ditemukan pola pembelajaran yang bersifat langsung sehingga kegiatan pembelajaran yang dimaksud untuk menumbuhkan keterampilan proses dan tujuan yang mencakup sikap jujur, disiplin, saling toleransi, berfikir rasional, kritis, kreatif dan sebagainya pada proses belajar megajar secara umum tidak terlaksana. Penggunaan modul di dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya memandang aktivitas guru semata, melainkan juga melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap dan berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas [1]. Selain itu, pembelajarn yang yang mengipletasikan pendekatan saintifik akan menyetuh tiga ranah afektif, kognitif dan psikomotor dengan harapan dapat menghasilkan siswa yang produktif, kreaktif, inofatif, dan mempunyai keseimbangan antara soft skils, pengetahuan dan kecakapan (hard skills). Kreativitas merupakan konstruk payung sebagai produk kreatif dari individu yang kreatif, memuat tahapan proses berfikir kreatif dan lingkungan yang kondusif untuk berlangsungnya berfikir kreatif [2]. Mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dilakukan dengan cara mengeksplorasi hasil kerja siswa yang merepresentasikan proses berpikir kreatifnya[3]. Mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dapat pula dilakukan dengan mendasarkan pada apa yang dikomunikasikan siswa, secara verbal maupun tertulis. Apa yang dikomunikasikan siswa tersebut dapat berupa hasil kerja siswa terkait tugas, penyelesaian masalah, atau jawaban lisan siswa terhadap pertanyaan guru [4]. Keterampilan berpikir kreatif siswa ini terbagi menjadi 4 macam, yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility), kemampuan berpikir orisinil (Originality), kemampuan memperinci (Elaboration) [5]. Setiap kemampuan berpikir memiliki ciri-ciri tersendiri yang berbeda antara satu dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengguaan modul pembelajaran IPA dengan penekatan saintifik terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi cahaya. 2. Metode Penelitian Penelitian ini meggunakan metode quasi eksperimen dengan rancangan One GroupPre-Test Post- Test Design [6]. Subjek penelitianini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri di Gorontalo yang ditentukan dengan menggunakan cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif, lembar observasi peserta didik dan angket. Tes kemampuan berfikir kreatif berupa tes soal uraian yang digunakan untuk mengukur kreaktifitas siswa (berpikir luwes, orisinil, lancar, dan terperinci). Selain itu, pada penelitian ini juga menggunakan lembar observasi peserta didik untuk melihat aktifitas pada saat proses belajar mengajar, dan juga mengunakan angket untuk mengukur respon peserta didik terhadap penggunaan modul dalam pembelajaran. Implementasi diawali dengan pretes untuk setiap pertemuan. pasca pembelajaran menggunakan modul IPA dengan pendekatan saintifik, selanjutnya diberikan postes dan angket. Pretes dan postes bertujuan untuk melihat pengaruh penerapan modul IPA dengan pendekatan saintifik terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik, sedangkan angket bertujuan untuk memaparkan tanggapan peserta didik terhadap penerapan modul IPA dengan pendekatan saintifik. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik (N-gain) dengan rumus Hake [7]. Besarnya faktor gain dikategorikan dalam tabel 1 berikut: April 2018 75 ISSN: 2477-1511

K Dongalemba Tabel 1. Kategori faktor gain (N-gain) Persamaan Hake No Rentang Kategori S g S post max S S pre pre 1 <g> > 0.7 Tinggi 2 0.3 <<g> 0.7 Sedang 3 <g> 0.3 Rendah Keterangan : S post = rata-rata nilai post S pre = rata-rata nilai pre tes S max = Skor Maksimal Lembar aktivitas peserta didik pada saat proses belajar mengajar dianalisis menggunakan rumus [8], Persentase aktivitas peserta didik dapat dikategorikan berdasarkan pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Kategori persentase aktivitas peserta didik Persamaan Rentang Kategori JumlahSkorIndikator Persentase SkorMaksimal X : Persentase aktifitas peserta didik X100% X 85 70 X < 85 55 X <70 X 54 Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Analisis peningkatan kemampuan beripikir kreatif peserta didik. Secara keseluruhan rata rata N-gain kemampuan berpikir kreatif 30 peserta didik kelas VIII SMP yang diajarkan menggunakan modul IPA dengan pendekatan saintifik pada materi cahaya dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Rerata skor pre test, post test, dan gain Pertemuan ke- Rerata Skor N-gain Pre Test Post Test Nilai Kategori 1 20.6 61.2 0.51 Sedang 2 26.2 66.5 0.54 Sedang 3 38.01 78.53 0.65 Sedang Paparan tabel 3 diatas, keterampilan berpikir kreatif siswa meningkat seiring dengan jumlah pertemuan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya tingkat kesulitan materi dan penyesuaian diri peserta didik terhadap modul IPA yang digunakan. Nilai rerata post test lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rerata pre test. Selain itu, penerapan modul IPA dengan pendekatan saintifik pada materi cahaya terbukti dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik dengan nilai N-gain ternormalisasi pada kategori sedang. April 2018 76 ISSN: 2477-1511

Penerapan modul pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan keterampilan 3.2. Analisis persentase aktivitas peserta didik. Persentase aktivitas peserta didik diperoleh dari observasi selama tiga kali pertemuan. Aktivitas yang diamati yakni mengamati, menanya, eksperimen, mengolah informasi, dan mengomunikasikan dapat dilihat pada tabel 4 berikut Tabel 4. Persentase aktivitas peserta didik pada kegiatan belajar mengajar Aktivitas Persentase % Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Rata rata (%) Mengamati 82.14 89.29 95.24 88.89 Menanya 79.76 83.3 84.52 85.52 Eksperimen 77.38 86.9 88.1 84.13 Mengolah informasi 77.38 88.1 89.29 84.92 Mengomunikasikan 79.76 82.14 83.14 81,34 Rata Rata 85.16 Paparan tabel 4 menunjukan peningkatan rerata persentase aktivitas peserta didik pada aktivitas mengamati, menanya, eksperimen, mengolah informasi, dan mengomunikasikan. Aktivitas mengamati peserta didik memiliki nilai rerata persentase yang lebih tinggi, sedangkan aktivitas mengomunikasiskan memiliki nilai rerata persentase yang lebih rendah. Rerata persentase untuk masing-masing aktivitas peserta didik dapat dilahat pada gambar 1 berikut. Gambar 1. Rerata aktivitas peserta didik Analisis berdasarkan gambar 1 menunjukan bahwa secara umum aktivitas peserta didik pada saat kegiatan pembelajaran menggunakan modul pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik memilki rerata sebesar 85% dan tergolong pada kategori sangat baik. 3.3. Analisis angket Angket pada penelitian ini digunakan untuk melihat respon peserta didik terhadap penggunaan modul IPA dengan pendekatan saintifik pada pokok bahasan cahaya. Adapun respon peserta didik dapat dilihat pada tabel 5 berikut: April 2018 77 ISSN: 2477-1511

K Dongalemba Tabel 5. Respon peserta didik terhadap penggunaan modul IPA dengan pendekatan saintifik No Pernyataan dalam angket Setuju (%) 1 Modul yang dibagikan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik untuk membaca isi dari Modul 83.33 2 Modul dapat membuat peserta didik memahami materi pelajaran 90.08 3 Modul membuat peserta didik bersemangat atau tertarik untuk belajar IPA khususnya materi cahaya 89.29 4 Urutan kegiatan di Modul dapat peserta didik pahami sendiri tanpa bertanya pada guru 80.95 5 Jika dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya, pembelajaran Menggunakan modul IPA dengan pendekatan saintifik membuat peserta didik lebih aktif belajar 91.67 Tabel 5 menunjukkan tanggapan peserta didik untuk setiap pernyataan angket bahwa seluruh peserta didik menyatakan pembelajaran menggunakan modul IPA dengan pendekatan saintifik menumbuhkan rasa ingin tahu, semangat serta aktivitas dalam pembelajaran. Dengan demikian, penggunaan Modul IPA mendapat respon yang baik dan positif dari peserta didik. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta analisis yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Penerapan modul pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan nilai N-gain tiap pertemaun diatas 0.50 dan berada pada kategori sedang, 2) Penerapan modul IPA juga meningkatkan aktivitas peserta didik berupa aktivitas mengamati, menanya, eksperimen, mengolah informasi, dan mengomunikasikan dengan rata-rata persentase keterlaksanaan 85.16% dengan kategori sangat baik, 3) respon siswa terhadap penggunaan modul IPA baik dan positif. 5. Daftar Pustaka [1] Nasution 2000Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar (Jakarta: Bina Aksara) [2] Sumarmo U 2010 Belajar dan Pembelajaran Matematika (Bandung: UPI) [3] E Carruthwers & M Worthingthon 2006 Childrens Mathematics: Marking marks, making Meaning.London: Paul Chapman Publishing 2 [4] McGregor D 2007 Developing Thinking, Developing Learning. British Journal of Educational 55 466-468 [5] Mifatahul Huda 2011 Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Penerapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar) [6] Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pnedidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. (Bandung : Alfabeta) [7] Jumiati, Sari M. & Amelia 2011 Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Number Heads Together (NHT) pada Materi Gerak Tumbuhan. Lectura 1 161-185 [8] Purwanto. 2013. Evaluasi hasil belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar) Ucapan Terimakasih (Bila ada) Terimaksaih yang sebesar-besranya kepada program pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo yang telah memfasilitasi peneliti dalam melakukan penelitian dan publikasi. April 2018 78 ISSN: 2477-1511