BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia akan sangat tinggi derajatnya, sebab ia mempunyai nilai-nilai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membuat. daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. 1

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas. Bahan pelajaran yang guru

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan, sebaliknya jika pendidikan tidak berfungsi optimal, maka tidak akan. tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. alasan sosial (social reasons) menjadi salah satu pendorong bagi manusia untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha pendidik untuk memimpin anak didik secara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses usaha manusia guna menimbulkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, Bandung, 2011, hlm Diah Harianti, Model dan Contoh Pengembangan Diri Sekolah Menengah Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berbudaya, semakin maju bahasa suatu bangsa semakin menunjukkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan guru-guru. Guru sebagai fasilitator dan motivator secara berkesinambungan harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang serius. Banyak kritikan dari praktisi pendidikan, akademisi dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk lainnya. Al-Qur an merupakan bukti tanda. kebesaran/kemahaluasan ilmu Allah bagi orang-orang yang berilmu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung:

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. terjadi begitu pesat. Dengan adanya pendidikan di dunia diharapkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Bidang pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dalam

HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Oleh: Hambali ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1996, hlm Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. XII,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. asasnya. Masing-masing nilai itu dapat diimplementasikan dalam berbagai. persatuan dan kesatuan, kerakyatan dan keadilan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Hidayatul Muwaffiq. Hal ini dikarenakan pola interaksi yang dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan. keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya

BAB IV URGENSI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/ 1436 H

BAB I PENDAHULUAN. dalam keadaan yang demikian, ia telah memiliki kemampuan bawaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum pendidikan, misalnya, yang sebelumnya terbatas pada Al-Qur an dan

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh

Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur an surah Al-Mujadalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Taylor sebagaimana dikutip oleh Moeloeng mendefinisikan metodologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini, penulis akan memaparkan hal-hal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. karena maju dan mundurnya bangsa di tentukan oleh keadaan pendidikan yang di

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. persamaan dengan orang-orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain dia berbeda

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia akan mengalami sebuah perubahan yaitu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dan lebih dari itu dengan pendidikan manusia akan sangat tinggi derajatnya, sebab ia mempunyai nilai-nilai luhur yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia sebagai makhluk tuhan yang paling sempurna diantara makhluk tuhan yang lainnya. Pendidikan merupakan upaya mulia dalam menghilangkan kebodohan dan memanusiakan manusia. Sebagaimana dikatakan oleh Immanuel Kant bahwa manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan. 1 Dalam proses pendidikan Islam terdapat problema yang kompleks (tidak sederhana), oleh karena melibatkan berbagai input instrumental (Guru, Metode, Kurikulum, Sarana) dari input environmental (Kebudayaan, tradisi, Mytos, kemajuan ilmu dan teknologi yang berkembang di lingkungan sekitar) yang harus dijadikan bahan-bahan perumusan kebijakan operasional. 2 19 1 Madyo Ekosusilo, Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan (Semarang: Effhar Publishing, 1993), 2 M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 4 1

2 Kurikulum adalah merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kependidikan Islam dalam suatu pendidikan Islam. Segala hal yang harus diketahui atau diresapi serta dihayati oleh anak didik harus ditetapkan dalam kurikulum itu. Juga segala yang harus dijabarkan didalam kurikulum. Dengan demikian, dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan anak didik. Di dalam kurikulum tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik (Guru) kepada anak didik, dan anak didiknya mempelajarinya, akan tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu, karena mempunyai pengaruh terhadap anak didik, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam, misalnya olah raga, kepramukaan, widya wisata, seni budaya, mempunyai pengaruh cukup besar dalam proses mendidik anak didik, sehingga perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum itu. 3 Sesungguhnya apa yang disebut Experience dan Activity Curriculum itu, dalam pengertian modern sekarang, termasuk kurikulum, bukan termasuk metode, oleh karena berkaitan dengan penemuan pengalaman dan kegiatan anak didik dalam proses belajar mengajar. Pendek kata kurikulum bukan sekedar rangkaian ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam kelas, melainkan menyangkut juga semua hal yang mempengaruhi proses belajar mengajar. 3 M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakrta: Bumi Aksara, 1996), 84

3 Di dalam kajian filsafat pendidikan banyak sekali aliran filsafat yang membahas tentang pendidikan salah satunya adalah progresivisme. Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat yang berdiri sendiri melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. selama dua puluh tahun merupakan suatu gerakan yang kuat di Amerika Serikat. Progresivisme didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak (Child Centered) bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Para pendidik yang memiliki suatu orientasi progresif memberi kepada para siswa sejumlah kebebasan dalam menentukan pengalaman-pengalaman sekolah mereka. Dengan demikian, pendidikan progresivisme tidak berarti bahwa para guru tidak memberikan struktur atau para siswa bebas melaksanakan apapun yang mereka inginkan. Guru-guru progresif memulai dengan posisi dimana keberadaan siswa dan memulai interaksi keseharian di kelas mengarahkan siswa untuk melihat bahwa mata pelajaran yang akan dipelajari dapat meningkatkan kehidupan mereka. 4 Sikap progresivisme, memandang segala sesuatu berasaskan fleksibilitas, dinamika dan sifat-sifat yang sejenis tercermin dalam pandangannya mengenai kurikulum sebagai pengalaman edukatif, bersifat eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang teratur. Dari penjelasan diatas, bahwa filsafat progresivisme menghendaki sekolah yang memiliki kurikulum dimana bersifat fleksibilitas (dapat direvisi dan 4 Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: CV Alfabeta, 2003), 143

4 dievaluasi setiap saat sesuai dengan kebutuhan). Sekolah didirikan karena tidak mempunyai orang tua atau masyarakat untuk mendidik anak. Karena itu kurikulum harus dapat mewadahi aspirasi anak, orang tua serta masyarakat. Maka kurikulum yang edukatif dan eksperimental dapat memenuhi tuntutan itu. Kurikulum pendidikan Islam berbeda-beda isinya menurut kondisi perkembangan agama Islam, karena kaum muslimin berada di dalam lingkungan dan negeri yang berbeda-beda, walaupun mereka sepakat bahwa kitab suci Al- Qur an dijadikan sumber pokok ilmu-ilmu agama dan ilmu umum, Al-Qur an tetap menjadi sumber pedoman pendidikan di Negara arab yang Islam, dan juga dijadikan sumber studi yang lainnya. Dalam pendidikan Islam ada dua macam kurikulum yaitu: kurikulum khusus untuk pengajaran permulaan (dasar) dan kurikulum untuk pengajar tingkat atas. Dalam penulisan skripsi ini oleh penulis lebih dicenderungkan kepada kurikulum tingkat atas yang berisi ilmu pengetahuan dan banyak jenisnya untuk dikembangkan dan didalami secara khusus. 5 Menurut Ibnu khaldun jenis ilmu pengetahuan itu dibagi menjadi dua jenis ilmu yang dijadikan bahan pelajaran yaitu ilmu pengetahuan yang mengandung nilai intrinsik (N ilai aslinya) dan ilmu pengetahuan ekstrinsik (Yang nilainya tergantung dari luar).dalam hal ini para ahli pikir dan ahli pendidikan berpendapat bahwa memperluas pengajaran ilmu-ilmu jenis pertama sampai pada penganalisaan problem-problemnya, dan merupakan kewajiban mutlak bagi 5 Ali Al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), 58

5 mereka agar ilmu-ilmu tersebut betul-betul berfungsi di kalangan masyarakat luas. Sedangkan jenis ilmu pengetahuan jenis kedua para ahli berpendapat bahwa memperluas ilmu ini tidak membahayakan kecuali pada kadar tertentu yang menetapkan pemahaman maksud dan tujuannya. Menurut pandangan ahli pendidikan besar ini ialah bahwa dia menunjukkan beberapa asas yang wajib dipegangi dalam proses mencari bahanbahan kurikulum. Beliau menegaskan bahwa sistem pendidikan anak harus mengarahkan pendidikan pula yaitu: 1. Keharusan memperhatikan bakat kemampuan pada anak. 2. Mendahulukan pengalaman panca indera sebagai asas untuk mencapai pengalaman yang bukan panca indera (non indrawi). Pendapat di atas adalah sejalan dengan persyaratan pokok dalam penyusunan kurikulum modern. Ikhwan Al-Shafa berusaha mengaitkan kurikulum dengan ilmu-ilmu kefilsafatan di sekolah-sekolah Islam, mereka mengajak ke arah penciptaan teoriteori dasar dalam pendidikan/pengajaran, dan di antara teori mereka adalah keharusan mengajar anak dimulai pada pengamatan-pengamatan melalui panca indera sebelum dikaitkan secara rasional. Oleh karena itu mereka memandang pengamatan panca indera sebagai alat mempelajari bahan-bahan pengetahuan yang rasional yang dikaitkan dengan ilmu ketuhanan (theologi). Dengan demikian pendidikan Islam pada tingkat atas tetap terpelihara pada prinsip keseimbangan dan kesatuan watak asli yang Islam. Dalam kaitan ini

6 pertumbuhan akal akan menentukan pertumbuhan rohaniah. Kurikulum pendidikan Islam tingkat atas keberadaannya bergantung pada lingkungan sosial Islami, yang perkembangannya sangat berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. Tuntutan inilah yang dikehendaki oleh pendidikan modern juga aliran progresivisme untuk diaplikasikan di dalam kurikulum-kurikulum berikutnya. Lingkungan masyarakat merupakan faktor yang menjadi asas-asas dari tujuan pendidikan secara integral. B. Kajian Pustaka Sebelum lebih jauh menjelaskan tentang konsep kurikulum progresivisme, penulis hendak memaparkan beberapa pemikiran aliran progresivisme dan bukubuku yang ada hubungannya dengan pendidikan Islam. Buku-buku tersebut antara lain: 1. Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan. Didalam buku ini membahas bahwa kurikulum disusun sekitar pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman sosial. Sains social sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-penglaman siswa, dan dalam pemecahan masalah akan melibatkan kemampuan berkomunikasi, proses matematis, dan penelitian ilmiah. Oleh karena itu, kurikulum seharusnya menggunakan Interdisepliner. 2. Jalaluddin, dan Idi, Filsafat Pendidikan. Didalam buku ini membahas bahwa lingkungan dan pengalaman mendapatkan perhatian yang cukup dari

7 progresivisme. Untuk itu jenis kurikulumnya yaitu program pengajarannya dapat mempengaruhi anak belajar secara edukatif baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah yang bersifat luwes (fleksibilitas). Terbuka artinya kurikulum itu direvisi dan dievaluasi dengan setiap saat sesuai dengan kebutuhan setempat dan zamannya. 3. Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif: menimbang konsep fitrah dan progresivisme John Dewey. Didalam buku ini membahas tentang bahwa kurikulum yang bagus menurut progresivisme adalah core curriculum ialah sejumlah pengalaman belajar di sekitar kebutuhan umum. Core curriculum maupun kurikulum yang bersendikan pengalaman perlu disusun dengan dengan teratur dan terencana. Kualifikasi semacam ini diperlukan agar pendidikan dapat mempunyai proses sesuai dengan tujuan. C. Definisi Operasional Skripsi ini berjudul Konsep Kurikulum Progresivisme dalam Pendidikan Islam yang secara dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Konsep Ide umum, Pengertian, Pemikiran, Rancangan, Rencana dasar. 6 2. Kurikulum 6 M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), 362

8 Sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir cdan berbuat dengan masyarakatnya. 7 3. Progresivisme Aliran filsafat yang bukan berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. 8 4. Pendidikan Islam Sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilainilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. 9 Dengan kata lain, manusia yang mendapatkan pendidikan Islam harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana diharapkan oleh cita-cita Islam. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, anak harus dipandang sebagai hamba tuhan yang paling mulia dengan kemampuan dan bakat yang bisa berkembang secara intensif dan dialektis (saling mempengaruhi) antara kemampuan dasarnya dan pengaruh pendidikan. Dengan demikian, pendidikan Islam menempatkan anak didik tidak saja menjadi objek pendidikan, melainkan juga memandangnya sebagai subjek pendidikan. 7 Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 1 8 Ibid, Uyoh Sadulloh,., 141 9 Ibid, M. Arifin,., 10

9 Dalam hubungannya dengan proses tersebut pendidikan Islam berfungsi sebagai pembimbing dan pengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak didik dengan satu pandangan bahwa anak didik adalah hamba Allah yang diberi anugerah berupa potensi dasar yang bisa berkembang dan tumbuh secara interaktif atau dialektis dengan pengaruh lingkungan. 10 Dengan keempat pengertian masing-masing diatas, jika digabungkan untuk menjadi judul diharapkan ditemukan gagasan-gagasan besar aliran progresivisme tentang kurikulum progresivisme. D. Batasan Masalah Dalam skripsi yang berjudul Konsep Kurikulum Progresivisme dalam pendidikan Islam penulis hanya membatasi pada upaya untuk menemukan teoriteori serta kurikulum progresivisme sehubungan dengan adanya pembebasan dalam dunia pendidikan dan dikaitkan dengan pendidikan Islam. Pada skripsi ini lebih dicenderungkan pada tingkat tinggi (aliyah). E. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep kurikulum progresivisme? 2. Bagaimana implementasi konsep kurikulum progresivisme dalam pendidikan islam ditingkat aliyah? 10 M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: PT Bumi Aksara), 4

10 F. Tujuan Penelitian 1. Ingin mengetahui bagaimana konsep kurikulum progresivisme. 2. Ingin mengetahui implementasi konsep kurikulum progresivisme dalam pendidikan Islam ditingkat aliyah. G. Manfaat Penelitian Berpijak dari tujuan di atas penelitian ini diharapkan mempunyai nilai guna, yaitu: 1. Memberikan sumbangan dan pengetahuan sebagai khazanah keilmuan yang berorientasi pada pendidikan dalam ruang lingkup akademik dan ilmiah. 2. Bagi para pembaca yang mempunyai respon terhadap masalah penambahan wawasan keilmuan. 3. Bagi penulis secara pribadi sangat berpengaruh, karena merupakan pengalaman yang pertama kali dalam penyusunan skripsi yang merupakan bentuk karya ilmiah yang diujikan dan merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Sunan Ampel Surabaya. H. Sistematika Pembahasan Penulisan skripsi terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub bab yang satu sama lain ada korelasi yang saling berkaitan sebagai pembahasan yang utuh, adapun sistematika pembahasan ini adalah sebagai berikut:

11 BAB I berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, kajian teoritik, definisi operasional, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika pembahasan. BAB II membahas tentang kajian pustaka yang menjelaskan tentang konsep kurikulum progresivisme meliputi, latar belakang berdirinya progresivisme, tokoh-tokoh aliran progresivisme, pengertian progresivisme, pandangan progresivisme tentang belajar, anak didik dan pendidik, konsep kurikulum progresivisme. Konsep pendidikan Islam yang meliputi, pengertian pendidikan, pengertian pendidikan Islam, dasar dan tujuan pendidikan islam, sistem pendidikan Islam. BAB III menjelaskan tentang metode penelitian. BAB IV membahas tentang analisis konsep kurikulum progresivisme dalam pendidikan Islam. BAB V berisi penutup, yang menguraikan kesimpulan, saran-saran dan penutup dari penulis.

12