BAB I PENDAHULUAN. sayang, kebajikan dan saling menyantuni; keadaan seperti ini lazim disebut sakinah. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkanya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

III. METODE PENELITIAN. digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspeknya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai umatnya. Serta ayat-ayat Al-qur an yang Allah SWT. khaliknya dan mengatur juga hubungan dengan sesamanya.

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan khusus terkait dengan perkawinan yaitu

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya. 55

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

I. METODE PENELITIAN. perundang-undangan, teori-teori dan konsep-konsep yang ada dan berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menikah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif dan erat sekali hubunganya dengan kerohanian seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

III. METODE PENELITIAN. dalam melakukan penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sedangkan menurut

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis empiris. Metode pendekatan yuridis empiris ialah metode penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas penilaian fungsi perkawinan sampai sejauh mana masyarakat,

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan atau Perkawinan adalah aqad yang bersifat luhur dan suci antara laki-laki dan perempuan yang menjadi sebab sahnya sebagai suami isteri dan dihalalkannya hubungan seksual dengan tujuan mencapai keluarga yang penuh kasih sayang, kebajikan dan saling menyantuni; keadaan seperti ini lazim disebut sakinah. 1 Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa tersebut, para pihak dipersyaratkan telah dewasa, baik secara psikologis maupun biologis, serta mampu bertanggungjawab terhadap keluarga yang dibentuknya. Sebagaimana yang telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat (1) batasan umur terendah melangsungkan perkawinan yaitu Perkawinan hanya di izinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 (enam belas) tahun, hal ini juga diatur dalam Pasal 15 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon 1 Sudarsono, 2010, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 2.

mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun. Penentuan batasan umur untuk melangsungkan Perkawinan sangatlah penting sekali. Selain pembatasan umur diatas, Pasal 6 ayat 2 mencantumkan ketentuan untuk melangsungkan Perkawinan yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua, maka Pengadilan dapat memberikan izin tersebut berdasarkan permintaan orang yang akan melangsungkan perkawinan. Sedangkan yang sudah mencapai umur 21 tahun tidak perlu mendapat izin orang tua untuk melangsungkan perkawinan. Sekarang ini banyak masyarakat yang melaksanakan Perkawinan dengan tujuan tertentu demi kelangsungan kebutuhan lahir dan batinnya. Dengan adanya fenomena tersebut pasangan calon suami dan istri tidak berfikir untuk melihat dampak dan efek dari perkawinan yang akan dilaksanakannya. Khususnya Perkawinan di bawah umur. Perkawinan di bawah umur bukanlah suatu yang baru di Indonesia, Praktiknya sudah lama terjadi dalam tradisi masyarakat tertentu batas usia ini tidak menjadi persoalan, asalkan kedua belah pihak yaitu calon mempelai pria dan calon mempelai wanita telah matang dalam arti jiwa dan mereka sudah dapat dikatakan dewasa, namun banyak indikasi terjadinya perceraian dini, salah satu faktornya adalah cepat melakukan perkawinan, untuk itu Undang-Undang mengantisipasi hal tersebut dengan mengatur batas usia minimal, batas usia minimal

sering tidak dipatuhi masyarakat khususnya pasangan calon suami isteri, untuk mengantisipasi hal ini Pemerintah membuat kebijakan dengan adanya Dispensasi Kawin. Dispensasi kawin diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat (2) yang berbunyi Dalam hal penyimpangan terhadap ayat 1 pasal ini dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita dan diatur juga dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Pasal 29 sementara itu dalam hal adanya alasan-alasan yang penting, Presiden berkuasa meniadakan larangan ini dengan memberikan dispensasi. Baik Pasal tersebut tidak menyebutkan hal apa yang dapat dijadikan dasar bagi suatu alasan yang penting, misalnya keperluan mendesak bagi kepentingan keluarga, barulah dapat di berikan dispensasi, karena tidak disebutkan alasan yang penting itu, maka dengan mudah saja orang tua mengajukan permohonan dispensasi kawin bagi anaknya. Permohonan dispensasi kawin bagi mereka yang belum mencapai umur 19 tahun dan 16 tahun calon suami dan istri tersebut diajukan oleh kedua orang tua pria maupun wanita ke Pengadilan Agama didaerah tempat tinggalnya. 2 Di Kabupaten Tanah Datar khususnya di Pengadilan Agama Batusangkar Dispensasi kawin ini juga ditemukan, dimana 3 tahun terakhir terdapat 35 perkara Dispensasi kawin yang diterima oleh Pengadilan Agama Batusangkar. Dispensasi kawin tidaklah sedikit sudah terjadi, hal tersebut tentu bukan semata-mata senagaja 2 Idris Ramulyo, 1999, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta:Sinar Grafika Offsett, hlm. 183.

terjadi, akan tetapi adanya beberapa faktor, yaitu faktor melakukan perbuatan terlarang (terlanjur), faktor tidak bisa dipisahkan, dan faktor adat. Dengan adanya faktor tersebut maka permohonan dispensasi dapat dikabulkan oleh Pengadilan. Namun untuk mengetahui pelaksanaannya di Pengadilan Agama Batusangkar, maka penulis tertarik melakukan penelitian dan mengkaji permasalahan tersebut kedalam penulisan skripsi yang berjudul PELAKSANAAN DISPENSASI KAWIN BAGI ANAK DIBAWAH UMUR DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1B BATUSANGKAR

B. Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Apa saja alasan permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama Batusangkar? 2. Apa dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi kawin bagi pihak dibawah umur di Pengadilan Agama Batusangkar? 3. Apa saja akibat hukum dari putusan dispensasi kawin terhadap anak dibawah umur di Pengadilan Agama Batusangkar? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui alasan permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama Batusangkar. 2. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi kawin bagi pihak dibawah umur di Pengadilan Agama Batusangkar 3. Untuk mengetahui akibat hukum dari putusan dispensasi kawin terhadap anak dibawah umur di Pengadilan Agama Batusangkar

D. Manfaat Penelitian Meskipun dalam penulisan penelitian ini sifatnya sangat sederhana, namun penulis sangat berharap setelah tersusunnya hasil penelitian ini penulis mempunyai keyakinan ada beberapa manfaat yang sekiranya diperoleh baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini merupakan salah satu syarat wajib untuk memperoleh gelar sarjana hukum. Diharapkan dengan adanya penelitian ini memberikan pendalaman, pengetahuan, dan pengalaman yang baru mengenai hukum perdata khususnya kepada penulis mengenai permasalahan hukum yang akan dikaji. b. Dapat memberikan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya hukum perdata, diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lainnya, dosen, dan masyarakat luas yang tertarik dengan dispensasi kawin bagi anak dibawah umur. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan sumbangan fikiran untuk memberikan alternatif dan informasi mengenai masalah yang berhubungan dengan dispenssi kawin bagi anak dibawah umur.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi referensi yang belum ada tentang pertimbangan hakim dalam dispensai kawin bagi anak dibawah umur E. Metode Penelitian Metode merupakan cara atau jalan bagaimana seseorang harus bertindak. Penelitian hukum adalah salah satu kegiatan ilmiah, yang di dasarkan pada metode, sistematika yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya.dalam penelitian untuk menyusun skripsi ini, metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan Masalah Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris untuk menjawab permasalahan diatas.pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan masalah melalui penelitian dengan melihat norma-norma atau ketentuan yang berlaku dikaitkan dengan praktek dilapangan. 2. Sifat Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu untuk memberikan data yang seteliti mungkin terhadap manusia, keadaan atau gejala lainnya.metode deskriptif ini di maksudkan untuk memperoleh gambaran yang baik, jelas, dan memberikan data yang jelas

tentang obyek yang diteliti lebih bersifat dekriptif, karena bermaksud menggambarkan secara jelas tentang berbagai hal yang terkait dengan obyek yang di teliti yaitu tentang Pelaksanaan Dispensasi Kawin Bagi Anak Dibawah Umur di Pengadilan Agama Kelas 1B Batusangkar. 3. Jenis dan Sumber Data A. Jenis Data, Jenis data dalam penelitian ini : 1. Data Primer Data primer langsung berhubungan dengan data yang diperoleh dari Pengadilan Agama Batusangkar. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan 3, sehingga data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan Hakim dan panitera yang terkait dengan dispensasi kawin bagi anak dibawah umur. 2. Data Sekunder Data Sekunder didapatkan melalui penelitian pustaka terhadap sumber data sekunder berupa : a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat 4, yang terdiri atas : 3 Bambang Sunggono, 2003, Metode Penelitian Hukum, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm, 113. 4 Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, hlm. 52.

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHperdata). 2. Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 4. Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1975 tentang Kewajiban Pegawai Pencatat Nikah dan Tata Kerja Pengadilan Agama Dalam Melaksanakan Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan Bagi yang Beragama Islam. 5. Kompilasi Hukum Islam buku ke I tentang perkawinan. 6. Putusan Pengadilan Agama Batusangkar 7. Buku-buku lain yang berkaitan dengan penelitian. b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti: 1. Tentang buku hukum perkawinan, 2. Hasil-hasil penelitian mengenai hukum perkawinan

3. Hasil karya ilmiah para sarjana serta pendapat para pakar hukum yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. 4. Berbagai artikel dan majalah di dalam jurnal dan majalah c. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum dan ensiklopedia. 5 B. Sumber Data Dalam penelitian ini,sumber-sumber yang diambil untuk menunjang penelitian punulis adalah : 1. Penelitian Lapangan ( Field Reseach) Sumber dalam penelitian ini diperoleh langsung dari lapangan dengan sejumlah narasumber yang mengetahui perihal objek penelitian yang terdapat di Pengadilan Agama Batusangkar. 2. Penelitian Kepustakaan ( Library Reseach ) Pada penelitian ini akan dilakukan mempelajari dokumen dan literatur yang berkaitan dengan hukum perkawinan khususnya mengenai 5 Ibid, hlm.32

dispensasi kawin.maka dari itu penelitian kepustakaan akan dilakukan di: a. Perpustakaan Pusat Universitas Andalas b. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas c. Buku milik Pribadi 4. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Dokumen Penulis mempelajari bahan-bahan dari penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan. Bahan hokum yang dibahas adalah bahan-bahan hokum primer, sekunder, dan tersier b. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara komunikasi, yaitu dengan Tanya jawab antara pewancara dan narasumber. Untuk itu penulis melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait yakni Hakim, Panitera Pengadilan Agama Batusangkar. Wawancara dilakukan dengan terstruktur dan terbuka artinya pewawancara mengajukan pertanyaan yang terlebih dahulu telah dipersiapkan yang selanjutnya akan mendapat jawaban yang signifikan dari narasumber.

5. Pengolahan Data dan Analisis Data Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan dan analisis data sebagai berikut: a. Pengolahan Data 1. Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh dan disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku, literature dan bahan lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu Dispensasi Kawin bagi Anak Dibawah Umur 2. Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasiklan atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif dan sistematis 3. Penyusunan Data, yaitu menyusun data menurut sistematis yang telah ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data. b. Analisis Data Analisis data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu analisis kualitatif yang dipergunakan untuk aspek-aspek normatf melalui metode yang bersifat deskriptif analisis, yaitu menguraikan gambaran dari data yang diperoleh dan menghubungkan satu sama lain untuk mendapatkan kesimpulan secara umum. Hasil

analisis tersebut dapat diketahui serta diperoleh kesimpulan induktif, yaitu cara berfikir dalam mengambil kesimpulan secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. 6 6 Soerjono Soekanto, Op. Cit. hlm. 112.