BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I 1.1 Latar Belakang UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Bab II Pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya fenomena globalisasi, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. situasi pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan, serta bimbingan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

mengembangkan potensi diri mereka melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang penting bagi setiap manusia untuk mempersiapkan kehidupan yang baik dimasa depannya. Selain itu pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara. Pendidikan membantu manusia dalam pengembangan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan yang terjadi, sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: Pendidikan membuat watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab. Sesuai dengan sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003, pelaksanaan pendidikan tentunya mendapat proporsi yang cukup agar diperoleh hasil yang baik. Penanaman pendidikan ini tentunya harus mengacu pada arah perbaikan, khususnya adalah peningkatan kemampuan akademis. Adapun langkah yang bisa ditempuh adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan dan memaksimalkan kegiatan pembelajaran di sekolah. Mutu pendidikan dikatakan baik jika proses belajar mengajar disemua jenjang tersebut benar-benar efektif dan efisien sehingga siswa dapat mencapai kemampuan intelektual, sikap, dan ketrampilan yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik apabila ada komunikasi positif antara guru dengan siswa, guru dengan guru, antara siswa dengan siswa. Oleh karena itu, komunikasi positif harus diciptakan agar pesan yang disampaikan, khususnya materi pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa. Guru diharapkan mampu membimbing aktivitas dan potensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang 1

2 sesuai. Hal ini perlu dilaksanakan agar kualitas pembelajaran apapun menjadi optimal. Salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian adalah IPA. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu tentang alam atau cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga tujuan pembelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, tetapi untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu, hal ini dikemukakan oleh Powler (2010). Dengan kata lain hasil belajar IPA bukan hanya sebagai produk, tetapi juga pengembangan proses. Mata pelajaran IPA di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan potensi agar siswa mampu menjelajahi, memahami alam dan lingkungan sekitar mereka. Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut sudah barang tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang dirumuskan. Usman (1990:1) menyatakan bahwa proses belajar dan mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Proses belajar mengajar yang aktif ditandai adanya keterlibatan siswa secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosionalnya. Pelajaran IPA misalnya diperlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar sehingga keterlibatan siswa dapat optimal, yang pada akhirnya berdampak pada perolehan hasil belajar. Untuk itu dalam pembelajaran diperlukan metode yang tepat dan efektif sangat diperlukan. Sebagaimana pendapat Sudjana (1987:76) bahwa peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Namun seiring perkembangan pendidikan IPA, pendidikan IPA di SD tidak lepas dari berbagai kendala. Salah satu kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPA adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Fenomena di lapangan selama ini menunjukkan bahwa dalam melakukan praktik pembelajaran IPA di sekolah-sekolah, khususnya Sekolah Dasar, guru masih menerapkan pembelajaran

3 konvensional yaitu dengan ceramah. Pembelajaran IPA yang didominasi metode ceramah cenderung berorientasi kepada materi yang tercantum dalam kurikulum dan buku teks, serta jarang mengaitkan yang dibahas dengan masalah-masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya yang terjadi di SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Dari hasil wawancara dengan guru di sekolah tersebut khususnya guru kelas 5, menyebutkan bahwa metode atau model pembelajaran yang digunakan selama ini belum sepenuhnya menggunakan model yang menuntut siswa aktif. Metode yang cenderung dilakukan adalah metode ceramah. Dan khususnya pada mata pelajaran IPA jarang sekali menggunakan media atau alat peraga, sehingga dalam pembelajaran siswa cenderung selalu pasif hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini akan memberi dampak yang tidak baik bagi siswa karena siswa belajar hanya untuk ulangan atau ujian saja, sehingga pembelajaran tidak bermanfaat, tidak menarik, dan membosankan bagi siswa. Dampaknya hasil belajar siswa kurang memuaskan dan pembelajaran kurang bermakna bagi siswa. Terbukti dari hasil observasi pada pembelajaran IPA bahwa guru mendominasi kegiatan pembelajaran IPA dengan metode ceramah hampir 60% lamanya. Kemudian guru melakukan evaluasi dan ketuntasan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa hanya ada 6 siswa (37,5%) yang tuntas dan yang tidak tuntas sebanyak 10 siswa (62,5%). Hal ini perlu ada tindakan dalam kegiatan belajar mengajar, agar hasil belajar siswa bisa mencapai ketuntasan yang diinginkan. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya mengetahuinya. Proses belajar tidak hanya menghafal, tetapi siswa harus membangun pengetahuan dipikirannya sendiri tanpa ada paksaan. Dan proses pembelajaran itu harus menyenangkan. Oleh karena itu, paradigma pembelajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered. Guru sedikit menjelaskan materi sedangkan siswa berusaha membuktikkan sendiri dari eksperimen yang difasilitasi oleh guru. Guru tidak lagi menjadi subyek utama yang membawakan materi dan menentukan jalannya pembelajaran. Di sini siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk membangun pengetahuannya

4 sendiri. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru menggunakan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar yang optimal. Salah satu alternatif pembelajaran yang menggunakan paradigma tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Dimana model pembelajaran TGT termasuk pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk belajar bersama dalam memaksimalkan kondisi belajar. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) merupakan cara pengajaran melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan penguatan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Alasan pemilihan TGT karena pelaksanaan TGT dibagi menjadi lima tahap pembelajaran yaitu tahap presentasi kelas, diskusi tim, permainan (games), turnamen dan rekognisi tim. Dalam tiap tahapan kegiatan dilakukan untuk saling bekerjasama dalam setiap tim. Selain itu pembelajaran akan lebih bervariasi dan menyenangkan karena disertai dengan permainan-permainan akademik. Dengan demikian peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada mata pelajaran IPA agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri 2 Selodoko. Peneliti menggunakan PTK karena PTK merupakan bentuk kajian yang sistematis dan reflektif dilakukan oleh guru untuk memperbaiki kondisi pembelajaran dan meningkatkan kualitas siswa.

5 Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Siswa Kelas 5 SD N 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi masalah yang timbul dalam proses pembelajaran IPA yaitu siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran IPA dan rendahnya hasil belajar IPA disebabkan oleh model pembelajaran yang dilakukan guru selama ini kurang tepat khususnya pada mata pelajaran IPA. Cara mengajar guru yang masih bersifat konvensional menyebabkan siswa kurang aktif, siswa hanya menjadi pembelajar yang pasif sehingga situasi belajar menjadi membosankan, tidak menyenangkan sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Hasil belajar siswa kurang maksimal dikarenakan masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Jika masalah tersebut tidak segera diatasi, maka masalah akan berdampak bagi siswa dan guru. Dampak yang signifikan akan muncul bagi siswa yaitu hasil belajar siswa akan menurun. Siswa tidak bisa mengaplikasikan kemampuan yang dimiliki dengan kenyataan yang terjadi dikehidupan sehari-hari. Jika hal ini terjadi pada akhir semester, bisa jadi siswa tidak naik kelas. Selain bagi murid, guru juga mengalami dampak dari masalah tersebut. Guru merasa gagal dalam proses belajar mengajar, guru tidak dapat menyelesaikan kompetensi yang menjadi tuntutan kurikulum dengan tepat waktu. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, maka peneliti berusaha memberikan alternatif tindakan atau solusi yaitu guru harus menerapkan struktur mengajar yang baik, menggunakan model dan media yang cocok dengan karakteristik siswa. Salah satu model yang cocok diterapkan pada pelajaran IPA salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). TGT cocok diterapkan karena pelaksanaan TGT dibagi

6 menjadi lima tahap pembelajaran yaitu tahap presentasi kelas, diskusi tim, permainan (games), turnamen, dan rekognisi tim. Dalam tiap tahapan kegiatan dilakukan untuk saling bekerjasama dalam setiap tim. Selain itu pembelajaran akan lebih bervariasi dan menyenangkan karena disertai permainan akademik. Dalam permainan siswa berusaha sebisa mungkin untuk menjawab kartu soal, agar mendapat skor tertinggi dan mendapat penghargaan dari guru. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali pada Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)? 2. Bagaimana langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali pada Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali pada Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) 2. Untuk menerapkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yang terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali pada Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014

7 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT akan menambah pengetahuan dan memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori tentang TGT dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi guru 1. Meningkatkan kreatifitas guru untuk menciptakan pembelajaran yang menarik 2. Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru Sekolah Dasar untuk proses belajar mengajar yang tepat dalam mata pelajaran IPA sehingga siswa merasa bahwa IPA bukan pelajaran yang sulit 3. Meningkatkan performansi guru dalam mengelola pembelajaran IPA, khususnya materi tentang sifat-sifat cahaya b. Bagi siswa 1. Dapat menerapkan prinsip kerja sama dalam kelompok 2. Dapat meningkatkan hasil belajar dan daya tarik siswa dalam pembelajaran terutama pelajaran IPA 3. Siswa mudah memahami materi sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA membaik c. Bagi sekolah 1. Sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembelajaran yang lebih bermakna dalam pelaksanaan pembelajaran 2. Meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah sehingga mutu sekolah meningkat