SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SUMBER INFORMASI, DAN PEMAHAMAN AGAMA DENGAN PERILAKU MAHASISWA TERHADAP HIV/AIDS

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek. Keberadaan anak

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. yaitu human immuno deficiency virus (HIV), yang telah di. identifikasi pada tahun 1983 (Depkes RI ).

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu. kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk.,

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

Transkripsi:

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SUMBER INFORMASI, DAN PEMAHAMAN AGAMA DENGAN PERILAKU MAHASISWA TERHADAP HIV/AIDS Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: ARIA ANDAR KUSUMA J 410 060 019 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus HIV/AIDS pada remaja setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini juga didukung dengan perkembangan globalisasi yang mengakibatkan adanya perubahan sosial dan gaya hidup remaja, termasuk perilaku berisiko seperti hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, hubungan seks pranikah, serta penyalahgunaan narkoba. Gaya hidup seperti ini membahayakan kesehatan reproduksi terutama kemungkinan terjadinya penularan penyakit menular seksual termasuk HIV (Human Immunodeficiency Virus)/AIDS (Acquerid Immuno Deficiency Syndrome) pada pasangannya. Remaja merupakan kelompok yang rentan terhadap IMS (Infeksi Menular Seksual) dengan jumlah terbesar mengidap HIV/AIDS. Remaja merupakan sasaran primer dalam program penanggulangan IMS khususnya HIV/AIDS (Soetjiningsih, 2007). Remaja mengalami perubahan yang mencakup perubahan fisik dan emosional yang kemudian tercermin dalam sikap dan tingkah laku. Remaja merupakan salah satu kelompok penduduk yang mudah terpengaruh oleh arus informasi baik informasi yang positif maupun yang negatif. Hal-hal negatif seperti seks dan narkoba, selain dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan dan kematian akibat overdosis juga memberikan risiko yang tinggi dalam penularan HIV/AIDS pada remaja (UNAIDS, 2002). 1

Menurut KPAD Kota Surakarta (2006) jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia hingga akhir Juni 2006 telah mencapai 10.859 kasus (4.527 kasus HIV dan 6.332 kasus AIDS) dan sekitar 73% penderitanya adalah kaum pria. Berdasarkan data statistik penderita yang dilaporkan oleh Ditjen PPM dan PL sampai Bulan September 2009, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia telah mencapai 18442 kasus dengan kematian 3708 kasus (20,1%). Berdasarkan jenis kelamin, penderita HIV/AIDS meliputi: laki-laki sebanyak 13654 orang (74,03%), perempuan sebanyak 4701 orang (25,5%), dan yang tidak diketahui sebanyak 87 orang (0,47%). Berdasarkan faktor risikonya meliputi: heteroseksual sebanyak 9166 orang (49,7%), IDU (Injection Drug User) sebanyak 7506 orang (40,4%), homo-biseksual sebanyak 627 orang (3,4%), transmisi perinatal sebanyak 461 orang (2,5%), dan yang tidak diketahui sebanyak 682 orang (3,7%). Berdasarkan golongan umur meliputi: bayi dan balita sebanyak 364 orang, anak usia 5-14 tahun sebanyak 107 orang, remaja dari usia 15-19 tahun sebanyak 551 orang, dan penduduk umur 20-29 tahun sebanyak 9142 orang (Depkes, 2009). Mengingat penderita HIV/AIDS terbanyak terdapat pada usia 20-29, maka perlu pemahaman tentang pengetahuan dan pencegahan terhadap HIV/AIDS kepada remaja sejak dini sebagai upaya sosialisasi (KPAN, 2002). Jumlah penderita HIV/AIDS di Jawa Tengah hingga September 2009 telah mencapai 669 kasus dan angka kematian penderita sebanyak 238 kasus. Prevalensi kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah sebesar 1,71 per 100.000 penduduk. Data di Kota Surakarta menunjukkan adanya kasus HIV/AIDS sebanyak 78 2

(54 HIV dan 24 AIDS) yang muncul sejak tahun 1999 dan meningkat tajam di tahun 2006. Distribusi kasus HIV/AIDS berdasarkan umur sampai Bulan Oktober 2006 menunjukkan umur terbanyak yang terkena HIV/AIDS adalah 25-34 tahun, selanjutnya umur 15-24 tahun (KPAD, 2006). Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI, sampai Desember 2007 jumlah kasus HIV/AIDS di Surakarta sebanyak 35 orang, meningkat sampai Desember 2008 jumlah kasus sebanyak 44 orang, dan sampai Maret 2009 jumlah kasus sebanyak 43 orang (Depkes, 2009). Jumlah kasus hingga Maret 2010 sebanyak 19 orang. Berdasarkan laporan data KPAD Surakarta selama 2005 hingga September 2010 jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 447 kasus. Jumlah individu dengan AIDS juga semakin bertambah dengan adanya stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan tidak adil) yang masih banyak terjadi di masyarakat terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Peningkatan ODHA tidak diikuti dengan peningkatan pelayanan kesehatan untuk mereka. Pemerintah Indonesia bahkan beranggapan bahwa sebagai negara dengan masyarakat pemeluk Islam yang banyak (religius), maka masyarakat tidak akan berperilaku tidak aman dan kemungkinan kecil terkena HIV/AIDS. Berdasarkan hasil penelitian Crisovan (2006) disimpulkan bahwa risiko terkena HIV/AIDS sebanding antara penduduk Papua pendatang (Suku Jawa dan beragama Islam) dengan penduduk asli (beragama Kristen). Masing masing individu mempunyai peluang yang sama besar untuk terpapar virus penyebab HIV/AIDS apabila perilaku masing-masing individu tersebut tidak aman dan berisiko tertular 3

HIV/AIDS. Mahasiswa sulit untuk menghindari adanya pergaulan bebas remaja yang berisiko terhadap penularan HIV/AIDS. Berdasarkan hasil penelitian Crisovan (2006) terhadap 209 mahasiswa di Yogyakarta (secara kuantitatif) dan 20 mahasiswa dari 20 perguruan tinggi yang berbeda di Yogyakarta (secara kualitatif) disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa yang berhubungan dengan HIV/AIDS. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi mahasiswa yang meskipun memiliki pengetahuan mengenai HIV/AIDS yang tinggi, namun mereka tetap memiliki perilaku seksual yang berisiko seperti berhubungan seks pranikah dengan beberapa orang. Bahkan, ada yang menyatakan keberaniannya berhubungan seks dengan ODHA tetapi tidak mau minum gelas yang dipakai ODHA. Selain itu, para pelanggan pekerja seks baik wanita maupun waria banyak yang berstatus mahasiswa. Ketika melakukan hubungan seks sebagian besar pelanggan remaja tersebut tidak mau memakai kondom (Crisovan, 2006). Program pencegahan HIV/AIDS yang diterapkan di Indonesia masih ditujukan pada kelompok yang dianggap berisiko saja seperti pekerja seks, pengguna pekerja seks, kaum homoseksual, pengguna obat-obatan napza, dan lain-lain. Program pencegahan belum menyentuh pihak-pihak yang tidak teridentifikasi secara nyata berperilaku berisiko. Dengan kenyataan di atas, semestinya mahasiswa juga perlu dijadikan sasaran program pencegahan HIV/AIDS, dengan penanaman pengetahuan dan sikap sejak dini dapat memberi 4

pengaruh pada perilaku mahasiswa dikemudian hari. Mahasiswa yang menempuh pendidikan di bidang kesehatan maupun non kesehatan tetap memiliki perilaku berisiko dalam penularan HIV/AIDS. Berdasarkan hasil penelitian Darmasih, dkk. (2006) yang meneliti tentang pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS mahasiswa kesehatan dan non kesehatan di Surakarta, diketahui bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa kesehatan tentang HIV/AIDS lebih tinggi (78,6%) dibandingkan dengan mahasiswa nonkesehatan (72,7%). Sedangkan sikap mahasiswa kesehatan tentang HIV/AIDS lebih rendah (58,6%) dibandingkan dengan mahasiswa non kesehatan (74,9%). Hal ini dikuatkan dengan sikap mahasiswa tentang perilaku berciuman sebanyak (50%) mahasiswa nonkesehatan bersikap menghindari berciuman dengan orang yang terkena HIV/AIDS (bahkan jika familinya sendiri), sementara hanya (13,1%) mahasiswa kesehatan yang melakukan hal tersebut. Selain itu sebanyak (75%) mahasiswa nonkesehatan bersikap menghindari berpelukan dan bersalaman dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS, sementara hanya (34,7%) mahasiswa kesehatan yang melakukan hal tersebut. Pemahaman agama yang benar dapat membentuk perilaku remaja yang baik. Berdasarkan hasil penelitian Kresnawati (2007), ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan kemampuan pemecahan masalah pada remaja. Hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa pemahaman tingkat agama menunjukkan bahwa kemampuan remaja dalam memahami dan mengetahui 5

tentang agama seperti pacaran menurut agama, melakukan seks pranikah menurut agama, dan dampak perilaku seks pranikah menurut agama dalam kategori baik sebanyak 76 orang (66,7%). Sedangkan kategori tidak baik sebanyak 38 orang (33,3%). Penggunaan sumber informasi yang kurang akurat dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan seksual pada remaja. Menurut Willis (2008) banyak penyimpangan seks yang dilakukan remaja seperti onani, homoseksual, dan WPS, hal ini disebabkan karena kemajuan media informasi dan teknologi yang sangat cepat seperti penggunaan internet yang tidak wajar dan banyaknya filmfilm dan VCD porno yang beredar di masyarakat umum yang berakibat menimbulkan krisis moral di kalangan remaja. Banyaknya mahasiswa yang meskipun memiliki pengetahuan dan sikap yang baik dalam pencegahan HIV/AIDS, namun masih melakukan kegiatan berisiko, hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pemahaman agama yang benar, didukung dengan mudahnya memperoleh informasi melalui media seperti TV, radio, koran, majalah, internet, dan sebagainya yang sebenarnya kurang terjamin kebenaran informasinya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan, sumber informasi, dan pemahaman agama dengan perilaku mahasiswa terhadap HIV/AIDS. 6

B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa terhadap HIV/AIDS? 2. Apakah ada hubungan antara sumber informasi dengan perilaku mahasiswa terhadap HIV/AIDS? 3. Apakah ada hubungan antara pemahaman agama dengan perilaku mahasiswa terhadap HIV/AIDS? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan, sumber informasi, dan pemahaman agama dengan perilaku mahasiswa terhadap HIV/AIDS. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa terhadap HIV/AIDS. b. Mengetahui hubungan antara sumber informasi dengan perilaku mahasiswa terhadap HIV/AIDS. c. Mengetahui hubungan antara pemahaman agama dengan perilaku mahasiswa terhadap HIV/AIDS. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang hubungan antara pengetahuan, sumber informasi, dan pemahaman 7

agama dengan perilaku mahasiswa terhadap HIV/AIDS serta dapat dijadikan referensi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan HIV/AIDS. 2. Bagi instansi kesehatan Diharapkan dapat bermanfaat bagi dinas kesehatan dan instansi kesehatan yang terkait dalam melakukan perencanaan dan implementasi lebih lanjut untuk mengurangi meningkatnya kasus HIV/AIDS. 3. Bagi peneliti lain Peneliti lain dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai data dasar atau rujukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut. 4. Bagi peneliti Dapat mengembangkan wawasan peneliti dan menambah pengalaman dalam melatih kemampuan untuk melakukan penelitian terutama yang berhubungan antara pengetahuan, sumber informasi, dan pemahaman agama, dengan perilaku mahasiswa terhadap HIV/AIDS. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup materi pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan hubungan antara pengetahuan, sumber informasi, dan pemahaman agama dengan perilaku mahasiswa terhadap HIV/AIDS, dengan subjek penelitian adalah mahasiswa strata I yang berumur 18-22 tahun dan menempuh pendidikan di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Universitas Slamet Riyadi (UNISRI), dan Universitas Setya Budi (USB). 8