BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam suatu pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar memegang peran yang sangat penting. Guru bukan sekedar penyampaikan materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD menurut kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pelajaran IPA diberikan kepada peserta didik khususnya di Sekolah Dasar harus mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi dan berpedoman pada Undang Undang Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang menjadi tolak ukur pendidikan disetiap tingkat pendidikan yaitu: Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2006:5).
2 Untuk mencapai tujuan luhur tersebut diwujudkan dalam kegiatan pendidikan dengan memberikan pengajaran berbagai mata pelajaran diantaranya IPA. Dalam proses pembelajaran sebuah sistem berarti ada sejumlah komponen yang saling terkait yang berfokus pada suatu pencapaian tujuan atau kompetensi. Diantara komponen-komponen yang saling berhubungan tersebut ada metode pembelajaran, alat bantu pembelajaran, serta penilaian untuk mengukur tercapai atau tidaknya suatu tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan siswa yang dapat dilihat dalam proses belajar adalah hasil belajar atau prestasi belajar. Prestasi belajar yang baik adalah harapan guru dan siswa, dan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, maka dalam proses belajar mengajar harus berlangsung dengan baik. Tujuan utama pengajaran IPA menurut Hadiat, 1996 adalah: Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam semesta. Perlunya melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dikarenakan ada siswa yang kurang memahami apa yang sudah diajarkan gurunya. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan tidak dapat begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikontruksikan atau paling sedikit diinterprestasikan sendiri oleh siswa. Selain itu kemampuan siswa yang bervariatif, tidak dapat dipungkiri juga dialami oleh sebagian besar dunia pendidikan, hal tersebut dapat disebabkan karena inputnya yang heterogen. Pada pembelajaran IPA hendaknya dititik beratkan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Hal ini perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
3 Memperhatikan hasil pembelajaran yang dilaksanakan di SDN Tegallega 1 kelas IV pada mata pelajaran IPA dengan materi pembelajaran gaya dapat mengubah gerak suatu benda ternyata masih diperoleh hasil yang kurang maksimal. Beberapa siswa dari 35 siswa hanya 14 (40%) yang memperoleh nilai diatas/batas kriteria ketuntasan minimal (KKM : 70 ), 21 siswa (60 %) siswa mendapat nilai dibawah 70. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kurang menarik minat siswa, sehingga pada saat diadakan evaluasi banyak siswa yang mendapat nilai kurang dari 70. Mata pelajaran IPA menurut pandangan beberapa siswa merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sukar, sulit, rumit dan menakutkan. Hal itu merupakan tantangan bagi para guru untuk mengemas proses belajar mengajar dengan mencari salah satu model yang tepat, agar dapat menghilangkan sikap dan perasaan siswa takut dan jenuh terhadap mata pelajaran IPA. Ketidak berhasilan pembelajaran yang ditandai adanya kesulitan siswa dalam menyerap materi yang disampaikan itu tidaklah mutlak semua penyebabnya terletak pada guru. Sesuai dengan pendapatnya Ruseffendi (1991:7) menjelaskan sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yaitu faktor dalam: kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat anak, kemauan anak, minat anak serta faktor luar: model penyajian materi mengajar, pribadi dan cara guru mengajar, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat. Tanggung jawab keberhasilan pengajaran tersebut berada di tangan seorang pendidik. Artinya, seorang guru harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengatur proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga komponenkomponen yang diperlukan dalam pengajaran tersebut dapat berinteraksi antar sesama komponen. Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, teridentifikasi beberapa daftar masalah yang harus segera ditindaklanjuti oleh peneliti, antara lain: 1. Kurangnya kerjasama antar siswa pada pembelajaran IPA. 2. Rendahnya hasil belajar siswa dalam belajar IPA.
4 3. Pembelajaran IPA di kelas cenderung monoton dan tidak menarik. 4. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat. Berdasarkan daftar masalah diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan mengembangkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Division (STAD), dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA tentang Gaya Dapat Mengubah Gerak Suatu Benda. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA tentang gaya dapat mengubah gerak suatu benda melalui model cooperative learning tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA tentang gaya dapat mengubah gerak suatu benda dengan menerapkan model cooperative learning tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa? 3. Bagaimana peningkatan hasil pembelajaran IPA tentang gaya dapat mengubah gerak suatu benda melalui model kooperatif tipe STAD? Dalam penelitian ini permasalahan perlu dibatasi agar yang dikaji terarah pada sasaran yang ditentukan, pembatasan masalahnya adalah: 1. Penelitian dilaksanakan di SDN Tegallega I Tahun Pelajaran 2012/2013 2. Penelitian ini hanya dilakukan di kelas IV 3. Pokok bahasan dalam penelitian ini tentang Gaya dapat mengubah gerak suatu benda. Dengan menerapkan model cooperative learning tipe STAD pada mata pelajaran IPA tentang gaya dapat mengubah gerak suatu benda maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat.
5 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPA tentang gaya dapat mengubah gerak suatu benda melalui model cooperative learning tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA tentang gaya dapat mengubah gerak suatu benda melalui model cooperative learning tipe STAD. 3. Untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA melalui model Cooperative Learning tipe STAD. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi siswa tentang hasil belajar dan aktivitas siswa dalam belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD, sehingga memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih meningkatkan lagi hasil belajar dan meningkatkan keberanian dalam mengemukakan pendapat. 2. Bagi Guru a. Dapat memberikan informasi tentang keberhasilan siswa dalam belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pelajaran IPA tentang Gaya Dapat Mengubah Gerak Suatu Benda. b. Sebagai referensi untuk mencoba strategi pembelajaran dengan tipe pembelajaran yang lain. c. Memberikan kontribusi dalam rangkaian perbaikan mengajar sehingga dapat meningkatkan kualitas serta profesinalisme guru dalam mengajar.
6 3. Bagi Sekolah a. Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijakan yang akan diambil guna meningkatkan mutu pendidikan nasional melalui strategi-strategi pembelajaran yang tepat di sekolah. b. Memotivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna meningkatkan profesionalismenya sebagai pendidik. E. Definisi Operasional 1. Pengertian STAD (Student Team Achievement) STAD (Student Team Achievement Division), tipe ini dikembangkan Slavin dan merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi: a. Tahap penyajian materi Pada tahap ini, guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. b. Tahap kegiatan kelompok Pada tahap ini, siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan di pelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas dan saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi. c. Tahap tes individual Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar yang dicapai melalui tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas. Pada tahapan ini, tes individual di lakukan pada akhir pertemuan kedua dan ketiga dengan waktu masing-masing selama 10 menit agar siswa dapat menunjukan apa
7 yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan untuk digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok. d. Tahapan perhitungan skor perkembangan individu Tahap ini dihitung berdasarkan skor awal yang didasarkan pada nilai evaluasi hasil belajar semester 1 (satu). e. Tahap pemberian penghargaan kelompok Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masingmasing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. 2. Hasil Belajar Berikut adalah definisi hasil belajar menurut Hamalik, 2006: 30: Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Teori taksonomi bloom mengenai hasil belajar dalam rangka studi, dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Ranah hasil belajar tersebut, menurut Munawan (2009: 1-2) dirinci menjadi: a. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Adapun kemampuan kognitif yang diharapkan terdapat pada Standar Kompetensi IPA kelas IV yakni Memahami Gaya Dapat Mengubah Gerak Suatu Benda. Dengan Kompetensi Dasar yaitu menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak benda. Serta indikator yang dicapai meliputi :
8 1. Menemutunjukan bahwa gaya dapat mengubah gerak suatu benda (Aspek Kognitif proses/diharapkan terukur dan teramati melalui instrumen LKS). 2. Mendemonstrasikan cara menggerakan benda misalnya ditarik atau didorong (Aspek Psikomotor/diharapkan terukur dan teramati melalui instrument lembar observasi unjuk kinerja siswa). 3. Menampilkan sikap tanggung jawab, rasa ingin tahu, berani, bertanya dan kerjasama pada saat menemutunjukan bahwa gaya dapat mengubah gerak suatu benda (Aspek Afektif/diharapkan terukur dan teramati melalui instrument lembar observasi sikap siswa) 4. Menuliskan jenis-jenis gaya dan pengaruhnya terhadap gerak benda (Aspek Kognitif produk/diharapkan terukur dan teramati melalui tes tertulis melalui bentuk uraian terbatas) 5. Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya dapat mengubah gerak benda (Aspek Kognitif Produk/diharapkan terukur dan teramati melalui instrumen tes tertulis bentuk uraian) 6. Menemutunjukan hubungan gaya dan gerak (Aspek Kognitif proses/diharapkan terukur dan teramati melalui instrumen LKS) 7. Mendemonstrasikan cara menggerakan benda pada model traktor pegas (Aspek Psikomotor/diharapkan terukur dan teramati melalui instrument lembar observasi unjuk kinerja siswa). 8. Menampilkan sikap tanggung jawab, rasa ingin tahu, berani, bertanya dan kerjasama pada saat menemutunjukan bahwa gaya dapat mengubah gerak suatu benda (Aspek Afektif/diharapkan terukur dan teramati melalui instrument lembar observasi sikap siswa) 9. Menuliskan faktor yang dapat mempengaruhi gerak (Aspek Kognitif produk/diharapkan terukur dan teramati melalui tes tertulis melalui bentuk uraian terbatas) 10. Menyimpulkan hasil percobaan hubungan gaya dan gerak (Aspek Kognitif Produk/diharapkan terukur dan teramati melalui instrumen tes tertulis bentuk uraian.
9 b. Ranah Afektif Afektif, merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai yang mencakup watak serta perilaku seperti perasaan, minat, dan emosi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Secara tersirat sikap siswa tersebut dapat tercermin dari karakter siswa yang diharapkan yaitu tanggung jawab atas semua kegiatan pembelajaran dan disiplin dalam melaksanakannya, diharapkan terukur dan teramati melalui lembar observasi sikap siswa. c. Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda dan koordinasi neuromuscular (menghubungkan,mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di Sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Perubahan tingkah laku yang diharapkan, dapat terlihat dari proses kemampuan siswa dalam pengerjaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Kemampuan tersebut dapat berupa membaca langkah kerja dan bertindak dengan mengindahkan kesesuaian dengan langkah kerja. Hasil belajar tersebut diharapkan dapat teramati dan terukur melalui beberapa instrumen penelitian, baik instrumen yang menilai secara performan (proses) maupun produk (hasil). Instrumen tersebut diantaranya: Lembar kinerja siswa dalam kelompok, lembar observasi aktivitas dan sikap siswa, LKS, penilaian soal evaluasi.
10