BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

MAKALAH GIZI ZAT BESI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

MANFAAT ZAT BESI UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal. umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN. Saya bernama Devi Yunani Nasution adalah mahasiswa di Program Studi S2

I PENDAHULUAN. juta penduduk Indonesia (Siagian, 2003). Asupan yang cukup serta ketersediaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

² Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

PERBEDAAN KANDUNGAN PROTEIN, ZAT BESI DAN DAYA TERIMA PADA. PEMBUATAN BAKSO DENGAN PERBANDINGAN JAMUR TIRAM (Pleurotus

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009


GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN KADAR HB DALAM PEMBERIAN TABLET FE + VITAMIN C PADA REMAJA PUTRI DI KOTA BUKITTINGGI. Hasrah Murni (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. enzim dari jalur lintas glikolitik dan heksosa monofosfat dari metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatex CO Indonesia Batang, yang merupakan pabrik pembuatan kain. Produksi biasanya di sebarkan di Indonesia bahkan sampai luar negeri. PT Primatex CO Indonesia Batang terdiri dari 301 karyawan wanita yang berkarja shif yang dibagi menjadi tiga shif yaitu pagi, siang dan malam. Di PT Primatex CO Indonesia Batang terdiri dari karyawan laki-laki dan perempuan. Batas wilayah PT Primatex CO Indonesia Batang sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Batang, sebelah utara berbatasan dengan jalan raya, sebelah timur berbatsan dengan Kecamatan Tulis dan sebelah selatan berbatasan dengan desa Bandar. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 100 pekerja wanita dengan rumus Simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak yang semula 301 menjadi 100 responden. penelitian dilakukan pada bulan Maret 2014 B. Karakteristik responden 1. Umur Tabel 4.1. Distribusi frekuensi umur responden di PT Primatex CO Indonesia Batang, Maret 2014 (n=100) Umur Frekuensi Persentase 20-30 tahun 65 65,0 31-40 tahun 35 35,0 Total 100 100,0 Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 20-30 tahun sebanyak 65 orang (65,0%) dan responden terkecil berumur 31-40 tahun sebanyak 35 orang (35,0%). 32

33 C. Analisa univariat 1. Asupan makanan yang mengandung zat besi Tabel 4.3. Distribusi frekuensi asupan makanan yang mengandung zat besi di PT Primatex CO Indonesia Batang, Maret 2014 (n=100) Asupan makanan Frekuensi Persentase Tidak baik 30 30,0 Baik 70 70,0 Total 100 100,0 Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden terhadap asupan makanan yang mengandung zat besi baik sebanyak 70 orang (70,0%) dan responden terkecil terhadap asupan makanan mengandung zat besi tidak baik sebanyak 30 orang (30,0%). yang tidak banyak 2. Kadar HB Tabel 4.4. Distribusi frekuensi kadar HB responden di PT Primatex CO Indonesia Batang, Maret 2014 (n=100) Mean Median Minumum - maksimum Standar devisiasi 11,299 12,000 5,8 13,0 1,9129 Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata kadar HB responden 11,299, nilai tengah HB 12,000, nilai minimum 5,8 dan nilai maksimum 13,0 sedangkan standar devisiasi 1,9129.

34 D. Analisa Bivariat Hubungan asupan makanan yang mengandung zat besi dengan kadar HB pada tenaga kerja wanita di PT Primatex CO Indonesia Batang Tabel 4.5 Hubungan asupan makanan yang mengandung zat besi dengan kadar HB pada tenaga kerja wanita di PT Primatex CO Indonesia Batang, Maret 2014 (n=100) Kadar HB pada tenaga kerja P Asupan makanan Total wanita value yang mengandung Tidak noraml Normal zat besi Frekuensi (%) Frekuensi (%) Tidak baik 24 (24,0) 6 (6,0) 30 (30,0) 0,001 Baik 1 (1,0) 69 (69,0) 70 (70,0) Total 25 (25,0) 75 (75,0) 100 (100) Tabel diatas menunjukkan bahwa asupan makanan yang mengandung zat besi tidak baik dengan kadar HB pada tenaga kerja wanita tidak normal sebanyak 24 orang (24,0%) sedangkan kadar HB pada tenaga kerja wanita normal sebanyak 6 orang (6,0%) dan asupan makanan yang mengandung zat besi baik dengan kadar HB pada tenaga kerja wanita tidak normal sebanyak 1 orang (1,0%) sedangkan kadar HB pada tenaga kerja wanita normal sebanyak 69 orang (6,9%). Hasil statistik menggunakan Chi-square didapatkan nilai p value 0,001 (p< 0,05) menunjukkan ada hubungan asupan makanan yang mengandung zat besi dengan kadar HB pada tenaga kerja wanita di PT Primatex CO Indonesia Batang.

35 E. Pembahasan 1. Asupan makanan yang mengandung zat besi Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden terhadap asupan makanan yang mengandung zat besi baik sebanyak 70 orang (70,0%) dan responden terkecil terhadap asupan makanan yang tidak banyak mengandung zat besi tidak baik sebanyak 30 orang (30,0%). Asupan makanan adalah semua jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi tubuh setiap hari. Umumnya asupan makanan di pelajari untuk di hubungkan dengan keadaan gizi masyarakat suatu wilayah atau individu (Sumarno, 2007). Asupan makanan yang mengandung zat besi yaitu suatu zat dalam tubuh manusia yang erat dengan ketersediaan jumlah darah yang diperlukan. Zat besi merupakan salah satu mineral penting yang dibutuhkan tubuh manusia. Fungsi dari zat besi adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Zat besi bergabung dengan oksigen di dalam paru-paru dan melepaskan oksigen dalam darah yang memerlukan. Zat besi digunakan dalam pembuatan hemoglobin dan berperanan penting dalam fungsi normal daya tahan tubuh (Depkes, 2005). Kekurangan zat besi menyebabkan terhambatnya pasokan hemoglobin dalam darah. Penyakit karena kurangnya hemoglobin (sel darah merah) disebut anemia. Gejalanya biasa ditandai dengan kurang bergairah, mudah lelah dan lemas, pucat serta sering pusing. Kekurangan zat besi bisa diatasi dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti bayam, kentang, daging sapi, hati ayam, oncom, udang, kornet, tempe, daun kecipir, daun melinjo, krokot, daun ubi rambat dan kangkung. Hasil penelitian didapatkan asupan makanan yang mengandung zat besi baik. Kebiasaan konsumsi makan ini dinilai dari 6 aspek kebiasaan makan sehari-hari, yaitu kebiasaan makan beranekaragam makanan (nasi, lauk nabati, lauk hewani, sayuran dan buah-buahan), kebiasaan makan lebih sering dan lebih banyak dari biasanya, kebiasaan mengkonsumsi makanan sumber zat besi, kebiasaan sarapan pagi, kebiasaan minum air

36 bersih dan aman yang cukup jumlahnya, dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Zat gizi besi (Fe) merupakan kelompok mineral yang diperlukan, sebagai inti dari hemoglobin, unsur utama sel darah merah. Menurut Almatsier, pada umumnya, besi di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik yang tinggi, besi di dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik yang sedang, dan besi yang terdapat pada sebagian besar sayur-sayuran terutama yang mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik yang rendah. Hasil penelitian ini didapatkan ternyata di PT Primatex CO Indonesia Batang banyak yang makan makanan yang mengandung zat besi seperti kangkung, bayam, kentang, hati ayam, udang, tempe, daun kecipir, daun melinjo, krokot, daun ubi rambat dan kangkung. 2. Kadar HB pada tenaga kerja wanita di PT Primatex CO Indonesia Batang Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kadar HB normal sebanyak 75 orang (75,0%) dan responden terkecil mempunyai kadar HB tidak normal sebanyak 25 orang (25,0%). Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen di bawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2005). Hemoglobin merupakan protein berpigmen merah yang terdapat pada eritrosit. Tiap eritrosit mengandung sekitar 640 juta molekul hemoglobin. Berfungsi mengikat dan membawa oksigen dari paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh (Arisman, 2005). Haemoglobin memiliki sifat unik dapat menyatu dengan oksigen dan merupakan pengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Haemoglobin membawa oksigen dalam aliran darah

37 melewati paru-paru dan bersama dengan darah sampai ke jaringan tubuh. Darah biasanya mengandung 12-18 g / dl dari hemoglobin. Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia, penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang mengonsumsi zat besi, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan abnormalitas hemoglobin bawaan. Kekurangan hemoglobin dalam darah maka dapat mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen pada organ-organ tubuh, terutama organ organ vital seperti otak, dan jantung sehingga mengurangi tahanan terhadap aliran darah dalam pembuluh darah perifer yang menyebabkan peningkatan curah jantung akibat jumlah darah yang mengalir melalui jaringan dan kemudian kembali ke jantung melebihi normal. 3. Hubungan asupan makanan yang mengandung zat besi dengan kadar HB pada tenaga kerja wanita di PT Primatex CO Indonesia Hasil penelitian didapatkan asupan makanan yang mengandung zat besi tidak baik dengan kadar HB pada tenaga kerja wanita tidak normal sebanyak 24 orang (24,0%) sedangkan kadar HB pada tenaga kerja wanita normal sebanyak 6 orang (6,0%) dan asupan makanan yang mengandung zat besi baik dengan kadar HB pada tenaga kerja wanita tidak normal sebanyak 1 orang (1,0%) sedangkan kadar HB pada tenaga kerja wanita normal sebanyak 69 orang (6,9%). Hasil statistik menggunakan Chi-square didapatkan nilai p value 0,000 (p< 0,05) menunjukkan ada hubungan asupan makanan yang mengandung zat besi dengan kadar HB pada tenaga kerja wanita di PT Primatex CO Indonesia Batang. Menurut Gibney, bahan makanan kelompok peningkat absorpsi Fe adalah bahan makanan yang mempunyai fungsi sebagai bahan makanan yang akan memperbesar absorpsi zat besi dari dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Bahan makanan yang dapat meningkatkan absropsi zat besi adalah ayam, daging, ikan dan vitamin C.

38 Besi mempunyai fungsi esensial sebagai alat untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Selain itu besi (Fe) juga sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim didalam jaringan tubuh. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan tidak berkembangnya otak dan memperhambat pertumbuhan, gangguan saluran pencernaan serta ketidak stabilan imun. Kebutuhan untuk usia produktif sebesar 40-50 mg per- harinya (Almatsier, 2010). Asupan makanan yang mengandung zat besi dengan kadar HB pada tenaga kerja wanita normal hal ini karena makanan yang mengandung zat besi bisa meningkatkan kadar HB, karena fungsi zat besi adalah sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut eletron pada metabolisme energi dan sebagai enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan (Almatsier, 2002). Penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Mokoginta (2012) di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yang menyatakan bahwa asupan zat besi mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriasari (2009) tentang korelasi yang dilakukan untuk melihat hubungan antara asupan zat gizi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil di Kabupaten Gowa didapatkan asupan gizi baik sebesar 78,7% dan kadar HB ibu hamil normal dengan nilai p value 0,000 (p<0,05) yang menunujukkan ada hubungan antara asupan zat gizi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil di Kabupaten Gowa. Hasil penelitian didapatkan responden yang mempunyai asupan makanan yang mengandung zat besi baik tetapi ada yang satu responden yang kadar HB tidak normal hal ini diduga sumber zat besi yang dikonsumsi bukan berasal dari besi heme sehingga kurang bisa mendukung keberadaan zat besi dalam tubuh. Wanita pekerja yang anemia maupun tidak anemia pada penelitian ini mengkonsumsi pangan sumber besi heme

39 dalam frekuensi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan frekuensi konsumsi pangan sumber besi non heme. Selain itu kemungkinan besar konsumsi besi non heme tidak diimbangi dengan konsumsi besi heme. Sebagaimana diketahui bahwa besi heme lebih mudah diserap oleh tubuh daripada besi non heme. Ketidakcukupan jumlah Fe dalam makanan terjadi karena pola konsumsi makan masyarakat Indonesia masih didominasi sayuran sebagai sumber zat besi yang sulit diserap, sedangkan daging dan bahan pangan hewani sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron) jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat pedesaan (Almatsier, 2010). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oppusunggu (2008) hasil penelitian menunjukkan dengan pemberian tablet tambah darah berhasil meningkatkan kadar Hemoglobin sebesar 21,35% serta di ikuti peningkatan produktivitas kerja sebesar 16,28%. Hubungan Peningkatan kadar Hemoglobin dengan produktivitas kerja menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05) dan nilai r = 0,635 berarti mempunyai hubungan yang erat artinya apabila Hemoglobin meningkat maka produktivitas kerja juga akan meningkat. F. Keterbatasan penelitian Pada pelaksanaan penelitian ini ditemukan kendala yaitu pada waktu pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar Hemoglobin, sebagian tenaga kerja wanita merasa enggan diambil darahnya karena mereka beranggapan dapat mengakibatkan kekurangan darah, walaupun sebelum pengambilan darah sudah diberi penjelasan bahwa darahnya diambil hanya 2 ml dan tidak mengakibatkan efek pada tubuh, sehingga pada pengambilan darah sebagian tenaga kerja merasa ketakutan dan sangat tegang, akibatnya kadang-kadang volume darah yang diambil kurang tepat yang dapat mengakibatkan bias pada pemeriksaan Hemoglobin.