BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

PENGARUH PERENDAMAN DALAM AIR PANAS DAN KONSENTRASI ETHEPHON TERHADAP PEMATAHAN DORMANSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.

BAB III METODE PENELITIAN. (Allium cepa L.) terhadap viabilitas benih kakao (Theobrema cacao L.) ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan November 2016

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas

yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqarah : 61)

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Dormancy Breaking of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Seeds by Hot Water Soaking and Variation of Ethephon Concentration

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah penelitian eksperimen Rancanagn Acak Lengkap (RAL)

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah konsentrasi PEG 6000 (Polietilena glikol) (K) yang terdiri dari 4 taraf

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Sumber Benih

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet

BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama yaitu

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian peningkatan viabilitas benih tembakau (Nicotiana tabacum L)

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

Suhu udara pengeringan ( C) Sumber: Otten et al. (1984)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian uji cekaman varietas wijen (Sesasum indicum L.) terhadap cekaman

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November 2013

BAHAN DAN METODA. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini hlaksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

MATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

II. METODOLOGI PENELITIAN

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Produksi Ternak Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

PEMATAHAN DORMANSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DENGAN PERENDAMAN DALAM AIR PANAS DAN GIBERELIN LIDIA AMINARNI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN PEMANASAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jaqc.) Oleh Semuel D Arruan Silomba A

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul produksi VFA, NH 3 dan protein total pada fodder

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November Februari 2017, di

III. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juli 2014 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi dan Kandungan Nutrien Fodder Jagung

Transkripsi:

10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di unit pemrosesan benih kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk, yang berlokasi di Desa Pandu Senjaya Kecamatan Pangkalan Lada Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April hingga Juli 2012. Bahan dan Alat Benih kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian ini yaitu varietas DxP Yangambi yang merupakan hasil persilangan F1 antara tetua dura Deli dengan pisifera keturunan tenera Yangambi. Benih kelapa sawit yang digunakan telah disimpan selama 3 bulan di ruang penyimpanan dengan suhu 18 o C. Bahan yang digunakan untuk mematahkan dormansi benih yaitu zat pengatur tumbuh ethephon. Bahan lain yang digunakan yaitu aquades, alkohol, fungisida dithane, wadah pengecambah, dan kertas label. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gelas ukur, gelas kimia, pengaduk kaca, termometer, oven, cawan, timbangan, penggaris, tempat perkecambahan, dan peralatan pengamanan dalam laboratorium. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap percobaan, yaitu: 1. Percobaan I untuk menentukan suhu air dan intensitas perendaman yang optimum untuk digunakan sebagai perendaman pendahuluan pada benih kelapa sawit. 2. Percobaan II untuk menentukan konsentrasi ethephon yang optimum setelah perendaman pendahuluan menggunakan air pada suhu 80 o C dengan intensitas perendaman 3x24 jam. 3. Percobaan III untuk mempelajari pengaruh perendaman dalam berbagai konsentrasi ethephon yang didahului dengan perendaman dalam air panas 10

11 suhu 80 o C selama 3x24 jam dan diakhiri dengan pemanasan kering 39-40 o C selama 1 minggu terhadap perkecambahan benih kelapa sawit. Metode Penelitian Percobaan I: Penentuan Suhu Air dan Intensitas Perendaman Benih Kelapa Sawit Percobaan ini bertujuan untuk menentukan suhu air dan intensitas perendaman yang digunakan untuk merendam benih kelapa sawit. Percobaan ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama suhu air terdiri atas lima taraf yaitu P0: suhu air tanpa pemanasan (27 o C), P1: suhu air awal 60 o C, P2: suhu air awal 70 o C, P3: suhu air awal 80 o C, dan P4: suhu air awal 90 o C. Faktor kedua, intensitas perendaman terdiri atas empat taraf yaitu I0: tanpa perendaman, I1: 1x24 jam (satu kali perendaman selama 24 jam), I2: 2x24 jam (dua kali perendaman dengan masing-masing perendaman dilakukan selama 24 jam), dan I3: 3x24 jam (tiga kali perendaman dengan masing-masing perendaman dilakukan selama 24 jam). Tiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 60 satuan percobaan. Model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut: Y ijk = respon pengamatan perlakuan suhu air dan intensitas perendaman = nilai tengah umum = pengaruh suhu air taraf ke-i = pengaruh intensitas perendaman ke-j = pengaruh interaksi perlakuan suhu air dan intensitas perendaman = pengaruh galat percobaan Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji F, bila hasil yang diperoleh berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Data akan diolah menggunakan SAS. 11

12 Percobaan II: Penentuan Konsentrasi Ethephon yang Optimum Percobaan ini dilakukan berdasarkan hasil dari percobaan I. Perlakuan terbaik pada percobaan I digunakan sebagai perlakuan pendahuluan (suhu 80 o C dengan intensitas perendaman 3x24 jam) pada percobaan II dan III. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu konsentrasi ethephon yang terdiri atas E0: ethephon 0%, E1: ethephon 0.4%, E2: ethephon 0.8%, E3: ethephon 1.2%, dan E4: ethephon 1.6%. Tiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak lima kali sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut: Y ij = respon pengamatan perlakuan konsentrasi ethephon = nilai tengah umum = pengaruh perlakuan konsentrasi ethephon taraf ke-i = pengaruh galat percobaan Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji F, bila hasil yang diperoleh berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Data diolah menggunakan SAS. Percobaan III: Pengaruh Perendaman dalam Berbagai Konsentrasi Ethephon yang Didahului dengan Perendaman dalam Air Panas Suhu 80 o C Selama 3x24 Jam dan Diakhiri dengan Pemanasan Kering selama 1 Minggu terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu perlakuan pematahan dormansi yang terdiri atas lima perlakuan yaitu: T1 = Perendaman pada suhu 80 o C selama 3x24 jam + ethephon 0.0% + pemanasan kering selama 1 minggu T2 = Perendaman pada suhu 80 o C selama 3x24 jam + ethephon 0.4% + pemanasan kering selama 1 minggu T3 = Perendaman pada suhu 80 o C selama 3x24 jam + ethephon 0.8% + pemanasan kering selama 1 minggu 12

13 T4 = Perendaman pada suhu 80 o C selama 3x24 jam + ethephon 1.2% + pemanasan kering selama 1 minggu T5 = Perendaman pada suhu 80 o C selama 3x24 jam + ethephon 1.6% + pemanasan kering selama 1 minggu Tiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak lima kali sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut: Y ij = respon pengamatan perlakuan = nilai tengah umum = pengaruh perlakuan taraf ke-i = pengaruh galat percobaan Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji F, bila hasil yang diperoleh berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Data diolah menggunakan SAS. Pelaksanaan Percobaan I Benih yang digunakan terlebih dahulu direndam dalam air selama 7 hari untuk membersihkan kotoran, lalu dikering-anginkan selama 24 jam sebelum diberi perlakuan. Masing-masing perlakuan menggunakan 50 butir benih. Pemberian perlakuan dilakukan mula-mula dengan memanaskan air yang akan digunakan untuk perendaman hingga mencapai suhu masing-masing perlakuan. Benih kelapa sawit direndam dalam air panas sesuai dengan perlakuan intensitas perendaman. Waktu yang digunakan dalam satu kali perendaman yaitu 24 jam. Pada perendaman 2x24 jam dan 3x24 jam, dilakukan penggantian air panas tiap 24 jam. Setelah proses perendaman, benih dicuci menggunakan air lalu direndam dalam fungisida Dithane dengan konsentrasi 2 g l -1 selama 5 menit, kemudian benih dikering-anginkan kembali selama 4 jam sebelum masuk ke ruang perkecambahan. Setelah itu benih diletakkan dalam tray perkecambahan dan 13

14 diberi label lalu diletakkan di ruang inkubasi (ruang perkecambahan) selama 35 hari. Penyemprotan benih dilakukan setiap hari menggunakan fungisida Dithane dengan konsentrasi 2 g l -1. Diagram alir percobaan I disajikan pada Gambar 2. Perendaman I dalam air suhu kamar (27 o C) selama 7 hari Pengering-anginan I selama 24 jam Perendaman dalam air panas suhu P0: suhu air tanpa pemanasan (27 o C), P1: suhu air awal 60 o C, P2: suhu air awal 70 o C, P3: suhu air awal 80 o C, dan P4: suhu air awal 90 o C dan intensitas perendaman I0: tanpa perendaman, I1: 1x24 jam (satu kali perendaman selama 24 jam), I2: 2x24 jam (dua kali perendaman dengan masing-masing perendaman dilakukan selama 24 jam), dan I3: 3x24 jam (tiga kali perendaman dengan masing-masing perendaman dilakukan selama 24 jam) Pencucian dan pemberian fungisida Dithane 5 g l -1 Pengering-anginan II selama 4 jam Perkecambahan dalam ruang inkubasi suhu 28-30 o C dan kelembaban 60-65% selama 35 hari Gambar 2. Diagram alir proses pelaksanaan percobaan I 14

15 Percobaan II Persiapan benih kelapa sawit dilakukan seperti pada percobaan I. Benih kelapa sawit diberi perlakuan perendaman dalam air panas berdasarkan hasil terbaik pada percobaan I. Benih dikering-anginkan terlebih dahulu selama 4 jam sebelum diberi perlakuan perendaman dalam berbagai konsentrasi ethephon selama 48 jam. Volume larutan ethephon yang digunakan untuk merendam 50 butir benih yaitu 200 ml (Herrera et al., 1998). Perendaman dilakukan menggunakan wadah plastik yang ditutup rapat. Setelah perendaman dalam ethephon, benih dicuci menggunakan air lalu direndam dalam fungisida Dithane dengan konsentrasi 2 g l -1 selama 5 menit, kemudian benih dikering-anginkan kembali selama 4 jam sebelum masuk ke ruang perkecambahan. Diagram alir percobaan II disajikan pada Gambar 3. Percobaan III Percobaan III dilakukan sebagai percobaan lanjutan dari percobaan I dan II. Pemanasan kering dilakukan pada akhir perlakuan untuk menurunkan kadar air benih sehingga diharapkan mampu meningkatkan perkcambahan dan menekan tingkat serangan cendawan. Pemanasan kering selama 1 minggu dilakukan pada pemrosesan ulang benih kelapa sawit yang belum tumbuh di PT Astra Agro Lestari Tbk. Benih mula-mula direndam dalam air suhu 80 o C selama 3x24 jam. Benih dikering-anginkan terlebih dahulu selama 4 jam lalu direndam dalam berbagai konsentrasi ethephon selama 48 jam, setelah itu dikering-anginkan kembali selama 24 jam. Benih lalu dimasukkan ke dalam plastik lalu diikat dengan rapat dan dimasukkan ke dalam ruang pemanasan kering dengan suhu 39 40 o C selama 1 minggu. Setelah 1 minggu, benih dicuci menggunakan air lalu direndam dalam fungisida Dithane dengan konsentrasi 2 g l -1 selama 5 menit, kemudian benih dikering-anginkan kembali selama 4 jam sebelum masuk ke ruang perkecambahan. Diagram alir percobaan III disajikan pada Gambar 4. 15

16 Perendaman I dalam air suhu kamar (27 o C) selama 7 hari Pengering-anginan I selama 24 jam Hasil terbaik percobaan I Perendaman dalam air suhu 80 o C selama 3x24 jam Pengering-anginan II selama 4 jam Perendaman dalam ethephon selama 48 jam Pencucian dan pemberian fungisida Dithane 5 g l -1 Pengering-anginan III selama 4 jam Perkecambahan dalam ruang inkubasi suhu 28-30 o C dan kelembaban 60-65% selama 35 hari Gambar 3. Diagram alir proses pelaksanaan percobaan II 16

17 Perendaman I dalam air suhu kamar (27 o C) selama 7 hari Pengering-anginan I selama 24 jam Hasil terbaik percobaan I Perendaman dalam air suhu 80 o C selama 3x24 jam Pengering-anginan II selama 4 jam Perendaman dalam ethephon selama 48 jam Pengering-anginan III selama 24 jam Pemanasan kering pada suhu 39-40 o C selama 1 minggu Pencucian dan pemberian fungisida Dithane 5 g l -1 Pengering-anginan IV selama 4 jam Perkecambahan dalam ruang inkubasi suhu 28-30 o C dan kelembaban 60-65% selama 35 hari Gambar 4. Diagram alir proses pelaksanaan percobaan III 17

18 Pengamatan Pengamatan terhadap kecambah kelapa sawit dilakukan setiap hari setelah inkubasi selama 35 hari. Pengamatan meliputi kecambah normal, abnormal, dan dorman. Pengamatan terhadap percobaan ini menggunakan beberapa tolok ukur yaitu: 1. Kadar air benih (KA) Pengukuran kadar air benih dilakukan dengan metode langsung menggunakan oven. Benih dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 105 o C selama 48 jam. Benih ditimbang menggunakan timbangan digital. Penetapan kadar air benih ditentukan menggunakan rumus: 2. Daya berkecambah (DB) Perhitungan daya berkecambah menggunakan rumus: Pengamatan dilakukan sebanyak lima kali yaitu pada 7 HSI (hari setelah inkubasi), 14 HSI, 21 HSI, 28 HSI, dan 35 HSI. 3. Kecepatan tumbuh (K CT ) Kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan akumulasi kecepatan tumbuh harian dalam tolok ukur persentase pertambahan kecambah normal per hari selama 35 hari. Perhitungan kecepatan tumbuh menggunakan rumus: 4. Potensi tumbuh maksimum (PTM) Potensi tumbuh maksimum benih merupakan persentase benih yang berkecambah (normal dan abnormal) sampai akhir pengamatan terhadap jumlah keseluruhan benih yang dikecambahkan. Potensi tumbuh maksimum digunakan untuk mengidentifikasi viabilitas total dari benih kelapa sawit yang diuji. Perhitungan potensi tumbuh maksimum menggunakan rumus: 18

19 5. Intensitas dormansi (ID) Intensitas dormansi adalah persentase benih yang tidak tumbuh sampai akhir pengamatan (35 HSI). Benih yang terserang cendawan sebelum akhir pengamatan dan belum berkecambah (dorman) termasuk ke dalam perhitungan intensitas dormansi. Perhitungan intensitas dormansi menggunakan rumus: 6. Persentase benih terserang cendawan Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah benih yang terserang cendawan selama pengecambahan (35 HSI). Perhitungan persentase benih terserang cendawan menggunakan rumus: 19