BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Schneiders (1964) mengatakan bahwa penyesuaian diri (adjustment)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

juga kelebihan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

DESKRIPSI PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTA GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan adaptasi (Lazarus, 1969). Penyesuaian diri merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimaksud adalah lingkungan sosial yang berisi individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah penulisan tugas akhir (Iswidharmanjaya, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kecerdasan..., Leila, Fakultas Psikologi 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu

DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DALAM MENGIKUTSERTAKAN ANAKNYA BERLATIH DI KRAKATAU TAEKWONDO KLUB MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai

1. Periode 18/ 19 tahun 20/ 21 tahun yaitu mahasiswa semester I s/ d semester IV. Pada periode ini tampak karakteristik sebagai berikut : Stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Schneiders (1964) mengatakan bahwa penyesuaian diri (adjustment) adalah suatu proses dimana individu berusaha keras untuk mengatasi atau menguasai kebutuhan dalam diri, ketegangan, perasaan frustasi, dan konflik secara mandiri dengan tujuan untuk mendapatkan keharmonisan dan keselarasan antara tuntutan lingkungan dimana individu tersebut itu tinggal dengan tuntutan yang ada di dalam dirinya. Menurut Calhoun (1990) bahwa penyesuaian diri didefinisikan sebagai interaksi yang berkelanjutan dengan diri sendiri, yaitu apa yang telah ada pada diri setiap individu mengenai tubuh, perilaku, pemikiran, serta perasaaan terhadap orang lain dan dengan lingkungan sekitar. Mappiare (1982) mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu usaha yang dilakukan seorang individu agar dapat diterima suatu kelompok dengan cara mengikuti kemauan kelompok tersebut. Begitupun menurut Haber dan Runyon (1984) menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dan lingkungannya. Berdasarkan pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah tindakan yang dilakukan individu untuk menyesuaikan diri atas tuntutan dari dalam dirinya sendiri dan tuntutan yang diterima dari lingkungan sekitar sehingga mencapai keselarasan kehidupan. 9

10 2. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri a. Schneiders (1964) mengungkapkan bahwa penyesuaian diri meliputi aspek sebagai berikut : 1) Pengakuan (Recognition) Pengakuan adalah menghormati dan menerima hak-hak orang lain. Dalam hal ini menurut Schneiders individu harus mampu menerima hak-hak orang lain yang berbeda dengan dirinya untuk menghindari terjadinya konflik sosial. 2) Partisipasi (Participation) Partisipasi adalah melibatkan diri dalam berelasi. Setiap individu harus dapat mengembangkan dan memelihara sebuah hubungan persahabatan. Individu yang yang tidak mampu membangun relasi dengan orang lain dan lebih menutup diri akan menghasilkan penyesuaian diri yang buruk. 3) Persetujuan Sosial (Social Approval) Persetujuan Sosial adalah minat dan simpati terhadap kesejahteraan orang lain. Dimana individu dapat peka dengan masalah dan kesulitan orang lain di sekelilingnya serta bersedia memberikan bantuan untuk meringankan masalah. 4) Altruisme (Altruism) Altruisme adalah memiliki sifat rendah hati dan tidak egois. Individu harus mengembangkan rasa saling membantu dan mementingkan orang lain yang merupakan nilai dari penyesuaian moral yang baik.

11 5) Kesesuaian(Conformity) Kesesuaian adalah menghormati dan menaati nilai-nilai integritas hukum, tradisi, dan kebiasaan. Individu harus memiliki kesadaran penuh untuk mematuhi dan menghormati peraturan dan tradisi yang berlaku di lingkungan tempat tinggalnya agar dapat diterima dengan baik oleh lingkungannya. b. Baker dan Siryk (1984) menungkapkan aspek-aspek penyesuaian diri individu di lingkungan perguruan tinggi yaitu : 1) Penyesuaian akademik ( Academic Adjustment) Penyesuaian akademik adalah kemampuan mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan perkuliahannya dan dapat mencapai prestasi akademik. 2) Penyesuaian Sosial ( Social Adjustment) Penyesuaian sosial adalah kemampuan mahasiswa dalam menyesuaikan diri di lingkungan kampus termasuk di dalamnya bagaimana individu mampu terlibat hubungan dengan orang lain di lingkungan kampus. 3) Penyesuaian Emosional ( Emotional Adjustment) Penyesuaian emosional adalah kemampuan mahasiswa dalam menyesuaiakan diri terhadap masalah emosional yang di hadapi di lingkungan kampus.

12 4) Kelekatan terhadap Institusi / komitmen ( Institutional Attachment) Komitmen adalah kemampuan mahasiswa dalam menyesuaikan diri dengan cara membangun kelekatan diri dengan kegiatan perkuliahan yang akan berpengaruh dalam keputusan untuk melanjutkan perkuliahan. Berdasarkan yang telah dipaparkan oleh Schneiders (1964) bahwa penyesuaian diri terdiri aspek-aspek yaitu Pengakuan, Partisipasi, Pengakuan Sosial, Altruisme, Kesesuaian. Sedangkan, menurut Baker dan Syrik (1984) yang berfokus pada penyesuaian diri mahasiswa baru, aspek dari penyesuaian diri yaitu penyesuaian akademik, penyesuiaian sosial, penyesuaian emosional, serta kelekatan terhadap institusi / komitmen. Pada penelitian ini akan menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Baker dan Siryk (1985) karena dianggap paling sesuai untuk subjek mahasiswa baru untuk melihat hubungan dukungan sosial teman sebaya dan loneliness terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru. 3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri a. Menurut Schneiders (1964) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri adalah sebagai berikut : 1) Keadaan Fisik Kondisi fisik seorang individu dapat mempengaruhi penyesuaian diri, sebab keadaan sistem kekebalan tubuh dapat menjadi faktor penunjang kelancaran individu dalam melakukan penyesuaian diri. Kondisi fisik yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu

13 mencakup hereditas, konstitusi fisik, sistem saraf, kelenjar dan otot, ataupun penyakit. 2) Perkembangan dan Kematangan Pada setiap tahap perkembangan seorang individu akan melakukan penyesuaian diri yang berbeda-beda menurut kondisi saat itu, hal tersebut dikarenakan kematangan individu dalam segi intelektual, sosial, moral dan emosi yang mempengaruhi bagaimana individu melakukan penyesuaian diri. Perkembangan dan kematangan yang dimaksud mencakup kematangan intelektual, kematangan sosial, kematangan moral, dan emosional. 3) Keadaan Psikologis Keadaan mental yang sehat dapat menciptakan penyesuaian diri yang baik pada individu. Keadaan mental yang baik akan mendorong individu untuk memberikan respon yang selaras dengan dorongan internal maupun tuntutan yang didapatkannya dari lingkungan. Faktor psikologis pada individu mencakup pengalaman, perasaan, belajar, kebiasaan, selfdetermination, frustasi, dan konflik. 4) Keadaan Lingkungan Keadaan lingkungan yang damai, tentram, penuh penerimaan dan dukungan, serta mampu memberi perlindungan merupakan lingkungan yang dapat memperlancar proses penyesuaian diri pada individu. Faktor lingkungan mencakup lingkungan keluarga, rumah, dan lingkungan belajar (sekolah).

14 5) Tingkat Religiusitas dan Kebudayaan Religiusitas dapat memberikan suasana psikologis yang digunakan untuk mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan psikis lain, karena religiusitas memberi nilai dan keyakinan pada indivisu untuk memiliki arti, tujuan, dan stabilitas dalam hidup. Begitupun dengan kebudayaan pada suatu masyarakat yang merupakan faktor yang mempengaruhi watak dan perilaku individu dalam bersikap. b. Powell (1983) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri yang disebut sebagai resources, yaitu : 1) Faktor Internal a) Kemampuan dan kekuatan Fisik Secara umum kesehatan, tingkat energi, dan daya sembuh seorang individu sangat berperan dalam menghadapi persoalan yang sedang dialami. b) Kemampuan Koginitif Kemampuan kognitif seorang individu seperti kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan verbal seringkali membuat individu tidak membutuhkan bantuan profesional dalam memecahkan masalah dalam hidupnya. c) Minat Minat dapat berfungsi sebagai buffer (penahan) yang bisa meminimalkan dan membantu individu dalam mentolerir ketegangan

15 yang di sebabkan oleh permasalahan yang sedang dialami sehingga dapat membantu mempertahankan penyesuaian diri individu. d) Impian Impian dapat berupa cita-cita, tujuan hidup ataupun persepsi individu terhadap dirinya sendiri. Dengan memiliki mimpi maka individu dapat memusatkan diri untuk tetap bertahan menghadapi permasalahan di hidupnya dan merasa bahwa yang dilakukan adalah berharga. e) Keyakinan Keyakinan adalah yang di yakini seorang individu lebih berkuasa daripada dirinya sendiri bisa berupa agama ataupun tradisi. Dengan memiliki sebuah keyakinan maka individu akan selalu memiliki harapan dan tempat bergantung yang membuatnya selalu bertahan dan berjuang. 2) Faktor Eksternal a) Kemampuan ekonomi dan lingkungan Kemampuan ekonomi dan lingkungan termasuk kedalam biaya, sarana dan fasilitas yang dimiliki, serta informasi-informasi yang dibutuhkan. Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh hal tersebut membantu mempermudah individu dalam menyelesaikan masalahnya.

16 b) Kerja Bekerja dapat membantu seorang individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bergaul dengan orang lain (memiliki hubungan pertemanan), dan membuat dirinya merasa mampu melakukan sesuatu yang berharga bagi dirinya sendiri. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri menurut Schneiders (1964) bahwa terdapat faktor-faktor seperti keadaan fisik, perkembangan dan kematangan, keadaan psikologis, keadaan lingkungan, serta kebudayaan dan tingkat religiusitas. Sedangkan, menurut Powell (1983) faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dibagi menjadi dua yaitu faktor internal berupa kemampuan dan kekuatan fisik, kemampuan kognitif, minat, impian, dan keyakinan, serta faktor eksternal yaitu, serta kemampuan ekonomi dan lingkunga, dan juga kerja. Pada penelitian ini akan mengacu pada faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Schneiders khususnya dilihat dari keadaan psikologis yaitu loneliness (kesepian) serta mengacu pada keadaan lingkungan individu yaitu dukungan sosial teman sebaya yang diterima. B. Dukungan Sosial Teman Sebaya 1. Definisi Dukungan Sosial Teman Sebaya Sarafino (1994) mengatakan bahwa dukungan sosial dapat mengacu pada perasaan nyaman, kepedulian, penghargaan, atau bantuan yang diterima seseorang dari orang lain ataupun kelompok. Cowie dan Wallace (2000)

17 menyatakan bahwa remaja membutuhkan afeksi dan kontak fisik dengan kawan sebayanya, kenyamanan, simpati, tanggapan yang serius, dan belajar saling memahami perasaan seperti rasa takut, marah ataupun bingung. Menurut Cowie dan Wallace (2000) dukungan sosial teman sebaya akan membantu individu dalam menyelesaikan masalah sosial yang di hadapinya di sekolah. Santrock (Handono & Bashori, 2013) bahwa dukungan sosial adalah sebuah informasi atau tanggapan dari orang lain yang disayangi dan dicintai, yang menghargai dan menghormati, dan mencakup hubungan komunikasi dan situasi yang saling bergantung. Menurut Huppey dan Foote (Handono & Bashori, 2013) dukungan sosial dapat di definisikan sebagai sumber daya sosial yang dapat membantu individu dalam menghadapi kejadian yang menekan. Begitupun, Johnson dan Johnson (Handono & Bashori, 2013) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan makna dari hadirnya orang lain yang dapat diandalkan untuk dimintai bantuan, dorongan, dan penerimaan apabila individu yang bersangkutan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Berdasarkan uraian para ahli dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah bantuan dari orang lain yang dekat kepada diri individu yang mampu meningkatkan perasaan bermakna pada dirinya. 2. Aspek-aspek Dukungan Sosial Teman Sebaya a. Cowie dan Wallace (2000) mengungkapkan bahwa ada dua aspek dari dukungan sosial teman sebaya, yaitu :

18 1) Dukungan Emosional Dukungan ini melibatkan proses berteman, adanya mediasi dan resolusi konflik, serta pendekatan yang berbasis pada konseling untuk membantu individu menyelesaikan masalah sosialnya. 2) Dukungan Informasi dan Pendidikan Dukungan ini biasanya dilakukan oleh orang lain yang seusia dengan memberikan informasi dalam bentuk bimbingan, pengetahuan pendidikan, serta pendampingan. b. Sarafino (1994) menjelaskan ada empat aspek dari dukungan sosial, yaitu : 1) Dukungan Emosional Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu lain, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Contoh dari dukungan ini seperti bersedia memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain. 2) Dukungan Penghargaan Dukungan ini meliputi ekspresi berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, saran, perasaan, dan performa orang lain. 3) Dukungan Instrumental Dukungan ini melibatkan bantuan langsung kepada orang lain seperti bantuan secara materil atau bantuan dalam mengerjakan tugastugas tertentu.

19 4) Dukungan Informasi Dukungan ini bersifat pemberian informasi seperti saran, pengarahan, ataupun umpan balik mengenai bagaimana menyelesaikan suatu persoalan. Berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Cowie dan Wallace (2000) bahwa Dukungan sosial teman sebaya memiliki aspek berupa Dukungan Emotional dan juga Dukungan Informasi dan Pendidikan. Begitupun aspek yang dipaparkan oleh Sarafino (1994) bahwa dukungan sosial memiliki aspek-aspek seperti dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, serta dukungan informasi. Pada penelitian ini akan dilihat dari aspek dukungan sosial teman sebaya yang di kemukakan oleh Cowie dan Wallace (2000) apakah dapat mempengaruhi penyesuaian diri mahasiswa baru. C. Loneliness 1. Definisi Loneliness Menurut Russel (1996) loneliness adalah kepribadian dinamis pada diri individu yang disebabkan sistem-sistem psikofisik yang dapat menentukan karakteristik perilaku dan berpikir, serta adanya keinginan individu pada kehidupan sosial dan kehidupan di lingkungannya, dan juga adanya perasaan depression yang merupakan salah satu gangguan alam dalam bentuk perasaan sedih, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga, serta selalu berpusat pada kegagalan, serta kesepian adalah struktur yang unidimensional yaitu

20 konsep yang spesifik, sehingga dibutuhkan penilaian yang lebih global mengenai kesepian daripada hanya melihat pada aspek-aspek kesepian bagi individu. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa kebanyakan individu dapat menilai dirinya sendiri apakah individu tersebut kesepian atau tidak kesepian dalam menjalankan hidupnya. Peplau dan Perlman (1982) kesepian merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan ketika seseorang mengalami penurunan hubungan sosial baik secara kuantitas maupun kualitas. Menurut Santrok (Arumdina, 2013) bahwa kesepian (lonelines) adalah perasaan individu dimana tidak ada seorangpun yang dapat memahami dengan baik diri mereka sehingga memunculkan perasaan terisolasi serta merasa bahwa tidak ada seorangpun yang dimiliki untuk pelarian saat dibutuhkan. Elhageen (Sadoughi, 2016) mendefinisikan bahwa kesepian (loneliness) adalah perasaan atau pengalaman yang tidak menyenangkan dimana seorang individu merasa bahwa dirinya berbeda dari orang lain sehingga tercipta perilaku seperti kesedihan, kemarahan, bahkan depresi. Sedangkan menurut Daryaksini dan Hudaniah (Arumdina, 2013) kesepian adalah kurangnya perasaan saling memiliki dalam hubungan dengan orang lain, yang mengakibatkan rasa ketidakpuasan yang dialami individu dalam hubungan tersebut.

21 Berdasarkan pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa loneliness (kesepian) adalah perasaan atau pengalaman tidak menyenangkan yang menjadikan individu merasa berbeda dari orang lain dan lebih nyaman berada sendirian, namun kesepian adalah konsep unidimensional yang hanya dapat di unkapkan oleh diri individu sendiri. D. Hubungan antara Dukungan sosial, Loneliness, dan Penyesuaian diri Schneiders (1964) mengatakan bahwa penyesuaian diri (adjustment) adalah suatu proses dimana individu berusaha keras untuk mengatasi atau menguasai kebutuhan dalam diri, ketegangan, perasaan frustasi, dan konflik secara mandiri dengan tujuan untuk mendapatkan keharmonisan dan keselarasan antara tuntutan lingkungan dimana individu tersebut itu tinggal dengan tuntutan yang ada di dalam dirinya. Schneiders (1964) mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri yaitu keadaan fisik, perkembangan dan kematangan, keadaan psikologis, keadaan lingkungan, serta tingkat religiusitas dan kebudayaan. Berdasarkan beberapa faktor yang telah dipaparkan, ditemukan bahwa banyak hal yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu. Peneliti berfokus pada faktor lingkungan yaitu dalam bentuk dukungan sosial teman sebaya. Cowie dan Wallace (2000) mengemukakan bahwa terdapat dua aspek dalam dukungan sosial teman sebaya, yaitu aspek yang pertama adalah dukungan emosional. Dukungan emosional melibatkan proses

22 berteman, adanya mediasi dan resolusi konflik, serta pendekatan yang berbasis pada konseling untuk membantu individu menyelesaikan masalah sosialnya. Adanya hubungan dengan orang lain membantu individu dalam melakukan penyesuaian diri karena mendapat dukungan dari orang sekitar akan membantu memberikan energi positif terhadap diri individu hal tersebut dibuktikan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Kumalasari dan Ahyani (2012) yang berjudul Hubungan antara Dukungan Sosial dan Penyesuaian Diri remaja di panti asuhan yang mendapatkan hasil korelasi sebesar 0,011 yang berarti kedekatan dengan lingkungan dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu. Aspek yang kedua yaitu dukungan informasi dan pendidikan, yaitu Dukungan yang biasanya dilakukan oleh orang lain yang seusia dengan memberikan informasi dalam bentuk bimbingan, pengetahuan pendidikan, serta pendampingan. Informasi yang diberikan oleh orang lain akan membantu individu melakukan penyesuaian diri yang baik di lingkungannya karena telah mengetahui apa yang baik dan buruk yang harus dilakukannya. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Hasan & Handayani (2014) yang meneliti tentang hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri siswa tunarungu di sekolah inklusi yang meneliti tentang adanya pengaruh teman sebaya dalam membantu penyesuaian diri siswa pindahan khususnya siswa tunarungu, penelitian ini menunjukan korelasi sebesar 0,11 yang berarti adanya hubungan antara dukungan sosial teman sebaya

23 terhadapat penyesuaian diri individu begitupun penelitian yang dilakukan oleh Sasmita dan Rustika (2015) dengan meneliti adanya peran efikasi diri dan dukungan sosial teman sebaya terhadap penyesuaian diri mahasiswa tahun pertama program studi pendidikan dokter fakultas kedokteran dan ditemukan bahwa adanya hubungan dukungan sosial teman sebaya terhadap penyesuaian diri dengan koefisien korelasi sebesar 0,242. Penyesuaian diri pula tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, peneliti juga tertarik untuk melihat adanya faktor psikologis individu terhadap penyesuaian diri yang mampu dilakukan, pada hal ini khusus pada perasaan loneliness (kesepian) yang dialami individu. Loneliness termasuk variabel yang unidimensional maka loneliness tidak memiliki aspek. Namun, kesepian akan mempengaruhi penyesuaian diri individu karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain di sekitar. Hal tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fallis (2013) dengan penelitian mengenai hubungan antara kesepian dengan penyesuaian diri pada mahasiswa (studi korelasi pada mahasiswa tahun pertama fakultas psikologi universitas diponegoro) yang menunjukan skor korelasi sebesar - 0,614 menunjukan bahwa adanya hubungan antara kesepian dengan penyesuaian diri individu.

24 E. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara dukungan sosial, loneliness, dan penyesuaian diri pada mahasiswa tingkat pertama Universitas Islam Indonesia. 2. Ada hubungan antara dukungan sosial dan penyesuaian diri pada mahasiswa tingkat pertama Universitas Islam Indonesia. 3. Ada hubungan antara loneliness dan penyesuaian diri pada mahasiswa tingkat pertama Universitas Islam Indonesia.