BAB I PENDAHULUAN. Agama memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sebagai Sinode (dulu Rad - Rageng) pada tanggal 14 November Gereja ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memegang peranan penting agama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertama (SMP) atau sederajat. Jenjang pendidikan ini dimulai dari kelas X sampai kelas XII

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda. Salah satu universitas swasta, yaitu Universitas Y, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. Agama memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai beranjak dewasa (emerging adulthood) yang terjadi dari usia 18

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. ketegangan ketegangan yang sedang dialami. Manusia memiliki kecerdasan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila, yaitu sila pertama,

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah hal yang penting sehingga harus tertanam kuat

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1:

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN

Pendidikan Agama Katolik

Dengarkan Allah Bila Saudara Berdoa

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

ABSTRAK. Kata Kunci : anggota komunitas sel Superheroes, attachment to God, attachment to parent. vii

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan diri dari ketegangan ketegangan yang sedang dialami. Budaya

PANDUAN HIDUP ROHANI DARI IBU CLARA FEY: MELALUI JALAN AKSI - KONTEMPLASI

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS, KELASVIII TAHUN PELAJARAN

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap

SPIRITUALITAS EKARISTI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Attachment menurut Bowlby (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) adalah

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan

BAB III LATAR BELAKANG JEMAAT MELAKUKAN SAKRAMEN REKONSILIASI DAN DAMPAKNYA BAGI RELIGIOSITAS JEMAAT GEREJA KATOLIK KELAHIRAN SANTA PERAWAN MARIA

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

Yohanes 14. Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Yesus, Jalan kepada Bapa Perjanjian Roh Kudus YESUS, JALAN KEPADA BAPA

Roh Kudus GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA. Roh Kudus adalah satu pribadi. Pesan Gembala Minggu, 13 Mei 2012 Pdt Sutadi Rusli

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis. 4 : 32-35) Mereka sehati dan sejiwa. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

Berjalanlah bersamaku.. Hari Minggu PASKAH ke III - 04 Mei 2014

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order

LAMPIRAN 1 : LEGIO MARIA. memberikan pelayanan kepada umat Katolik. Namun, pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti tradisi. Istilah asing lainnya yang memiliki pengertian dengan agama adalah dari

Ingatlah, manusia. berasal dari debu. dan akan kembali. menjadi debu INTRO

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Dan. 7 : 13-14) Kekuasaan-Nya kekal adanya. Bacaan diambil dari Nubuat Daniel

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8

PENDADARAN. HOSANA : berilah kiranya keselamatan! PERJAMUAN KUDUS PASKAH. Minggu, 5 April 2015 GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

TATA IBADAH Minggu Adven I

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

TATA GERAK LEKTOR SAAT BERTUGAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

Kepada orangtua dan anak-anak terkasih,

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #33 oleh Chris McCann

ABSTRAK. Kata kunci: deskriptif, attachment to God, siswa SMA. iii. Universitas Kristen Maranatha

Pertemuan I Menyembuhkan Orang Busung Air (Lukas 14:1-6)

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO.

1.PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

Seri Kedewasaan Kristen (2/6)

Tugas Agama. Mengapa Ekarisi menjadi pusat dan sumber liturgi Gereja Katolik?

KELUARGA SEKOLAH KEHIDUPAN

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

M1 (Menerima) Bacalah Injil Yohanes 11: 1-44 dengan hati yang haus sambil berdoa.

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dinyatakan dalam Pancasila ayat pertama, yaitu Ke-Tuhanan Yang Maha Esa (Lubis, 2017). Salah satu agama yang diakui di Indonesia adalah agama Katolik. Sebagai umat yang beragama Katolik, umat harus menaati lima perintah gereja, diantaranya mewajibkan untuk mengikuti perayaan Ekaristi setiap minggunya. Umat adalah sebutan untuk pemeluk agama Katolik. Perayaan Ekaristi merupakan ibadat mingguan yang dilakukan oleh umat yang beragama Katolik. Di dalam perayaan Ekaristi, terdapat Pastor yang memimpin jalannya ibadat. Pastor merupakan pemimpin ibadat-ibadat yang diadakan oleh gereja. Di dalam perayaan Ekaristi terdapat beberapa serangkaian doa yaitu pembukaan, liturgi sabda, liturgi ekaristi, dan pengutusan/penutup. Pembukaan mempunyai tujuan untuk mempersatukan umat dan mempersiapkan umat supaya dapat mendengarkan firman Tuhan dan merayakan perayaan Ekaristi (Sugiyono, 2010). Firman merupakan bacaan mengenai ayat-ayat yang ada di dalam Kitab Suci. Firman adalah suatu dialog antara Tuhan dan umat. Di dalam liturgi sabda, terdapat ceramah mengenai penghayatan mengenai firman. Di dalam homili, Pastor akan menjelaskan inti dari Sabda Allah. Liturgi Ekaristi merupakan puncak dari perayaan Ekaristi. Di dalam liturgi Ekaristi, terdapat doa-doa untuk mengenang wafat Yesus Kristus. Pengutusan/penutup bertujuan untuk memohon berkat kepada Tuhan agar berkat Tuhan selalu menyertai umat. Dalam perayaan Ekaristi, umat dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Bila komunikasi tersebut berjalan dengan teratur, umat dapat memiliki hubungan yang intim dan 1

2 menyenangkan dengan Tuhan. Selain itu, umat dapat mengalami kehadiran dan peran Tuhan dalam kehidupan umat (Gea, 2004). Selain itu, para Pastor lebih menekankan penghayatan kedekatan umat dalam perayaan Ekaristi dengan Yesus (Osborne, 2008). Perayaan Ekaristi merupakan sarana untuk membangun relasi umat dengan Tuhan. Di dalam gereja, selain perayaan Ekaristi terdapat berbagai kegiatan yang dapat diikuti oleh umat dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat membangun dan meningkatkan kedekatan relasi umat dengan Tuhan. Salah satu kegiatan di Gereja Katolik X Bandung adalah kegiatan Cordia, yang dibentuk pada tahun 2004 oleh Pastor, Suster, dan umat. Kegiatan Cordia mempunyai tujuan untuk mendekatkan umat dengan Tuhan melalui ajaran-ajaran yang diberikan melalui Pastor dan doa-doa. Umat yang mengikuti kegiatan Cordia juga mengikuti perayaan Ekaristi. Kegiatan Cordia merupakan kegiatan tambahan yang disediakan oleh gereja. Kegiatan Cordia di Gereja Katolik X Bandung diadakan setiap Kamis minggu keempat. Kegiatan Cordia bersifat sukarela. Artinya, umat tidak mempunyai kewajiban untuk mengikuti kegiatan Cordia pada setiap pertemuannya. Kegiatan Cordia diawali dengan berdoa kepada Hati Kudus Yesus. Dalam Kegiatan Cordia, terdapat pengajaran-pengajaran mengenai ajaran agama Katolik mengenai topik-topik tertentu yang dibawakan oleh Pastor. Di tengahtengah sesi pengajaran, umat dapat bertanya atau memberikan pendapat mengenai topik yang dibahas. Setelah umat mendengarkan penjelasan dari Pastor, umat melakukan doa adorasi di gereja. Doa adorasi merupakan pemberian hormat kepada Tuhan. Melalui adorasi, umat dapat mendekatkan diri kepada Tuhan secara pribadi. Dalam doa adorasi, umat merenungkan pengajaran-pengajaran yang diberikan oleh Pastor. Ketika umat menyediakan waktu untuk doa adorasi kepada Yesus melalui kegiatan Cordia, umat diharapkan dapat mengembangkan relasi pribadi dengan Yesus.

3 Kegiatan Cordia di Gereja Katolik X Bandung banyak diikuti oleh umat berusia antara 40 tahun hingga 60/65 tahun, yang termasuk ke dalam periode dewasa madya. Salah satu tugas perkembangan pada dewasa madya adalah memantapkan pengamalan ajaran agama (Desmita, 2005). Umat berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman mengenai agama. Salah satu cara untuk memperdalam pemahaman mengenai agama Katolik adalah dengan mengikuti perayaan Ekaristi dan kegiatan Cordia. Umat dapat mencari kedekatan dan mengembangkan relasi pribadi dengan Tuhan melalui kegiatan tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ketua Cordia selama tahun 2016, 2 umat selalu rutin mengikuti kegiatan Cordia, 11 umat mengikuti kegiatan Cordia sebanyak 10-11 kali, 9 umat mengikuti kegiatan Cordia sebanyak 7-9 kali, 7 umat mengikuti kegiatan Cordia sebanyak 4-6 kali, dan 1 umat yang mengikuti kegiatan Cordia sebanyak 2-3 kali. Dari data tersebut, tampak bahwa sebagian umat cukup rutin untuk mengikuti kegiatan Cordia. Berdasarkan wawancara kepada 5 umat yang mengikuti kegiatan Cordia, seluruhnya (100%) mengatakan bahwa mereka mengikuti kegiatan Cordia karena mereka memiliki kerinduan untuk dekat dengan Tuhan. Dengan mengikuti kegiatan Cordia secara rutin, umat diharapkan dapat membangun kedekatan dengan Tuhan. Kedekatan dengan Tuhan disebut attachment to God. Menurut Okozi (2010), attachment to God adalah ikatan afeksi yang terwujud antara seseorang dengan Tuhan sebagai figur attachment. Menurut Kirkpatrick (2005), attachment to God digambarkan dalam 4 tipe attachment, yaitu secure attachment, preocuppied attachment, dismissing attachment, dan fearful attachment. Berdasarkan survei awal dengan wawancara yang dilakukan peneliti kepada 5 umat yang mengikuti kegiatan Cordia di Gereja Katolik X Bandung mengenai penghayatan selama mengikuti kegiatan Cordia didapatkan data sebagai berikut: 1 umat (20%) merasa dengan mengikuti kegiatan Cordia ia lebih mengenal Tuhan dan semakin yakin dan percaya kepada Tuhan. Mereka merasakan kehadiran Tuhan ketika mengikuti kegiatan Cordia, doa

4 adorasi, maupun doa secara pribadi. Mereka lebih memahami alasan mereka berdoa. Dua umat (40%) merasa lebih menghayati spiritualitas Yesus dan Maria. Mereka juga merasa mendapatkan kekuatan dari Tuhan dan merasa bahwa Tuhan mencintai mereka. Mereka mendapatkan pengetahuan mengenai agama Katolik dan merasa lebih dekat dengan Tuhan. Dua umat (40%) merasa lebih dekat dengan Tuhan setelah mengikuti kegiatan Cordia. Selanjutnya, peneliti melakukan survei awal kepada 5 umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja Katolik X Bandung didapatkan data sebagai berikut: 3 umat (60%) menyatakan bahwa mereka mengikuti perayaan Ekaristi di gereja karena kewajiban umat Katolik untuk pergi ke Gereja setiap minggu. Ketika mereka mengikuti perayaan Ekaristi, mereka mendapatkan pengetahuan melalui homili. Mereka juga merasa adanya ketenangan selama mengikuti perayaan Ekaristi. Ketika mereka tidak dapat mengikuti perayaan Ekaristi, mereka merasa gelisah karena tidak dapat memberikan waktu dari Tuhan untuk diberikan kembali kepada Tuhan. Dua umat (40%) jarang mengikuti perayaan Ekaristi di gereja, hanya 1-5 kali dalam setahun. Mereka jarang berdoa, baik doa pagi, doa malam, dan doa makan. Mereka merasa kelelahan karena aktivitas sehari-hari. Mereka lebih memilih untuk beristirahat di rumah dibandingkan pergi ke gereja. Ketika mereka mengalami masalah, mereka lebih senang untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Berdasarkan hasil survei awal, terdapat perbedaan penghayatan yang dialami oleh umat yang mengikuti kegiatan Cordia dan umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi. Umat yang mengikuti kegiatan Cordia merasakan kehadiran Tuhan ketika berdoa, lebih menghayati spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria, dan merasa semakin dekat dengan Tuhan. Umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi merasa bahwa mereka mengikuti perayaan Ekaristi karena kewajibannya sebagai umat Katolik. Mereka mendapatkan pengetahuan melalui homili dan ketenangan selama mengikuti perayaan Ekaristi. Berdasarkan data survei tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam

5 mengenai perbandingan attachment to God pada umat yang mengikuti kegiatan Cordia dan umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja Katolik X Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui perbandingan attachment to God antara umat yang mengikuti kegiatan Cordia dan umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja Katolik X Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai attachment to God pada umat yang mengikuti kegiatan Cordia dan umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja Katolik X Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan attachment to God pada umat yang mengikuti kegiatan Cordia dan umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja Katolik X Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis 1) Memberikan informasi bagi bidang ilmu Psikologi Positif mengenai perbandingan attachment to God pada umat yang mengikuti kegiatan Cordia dan umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi. 2) Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai attachment to God.

6 1.4.2 Kegunaan Praktis 1) Memberikan informasi kepada Ketua Kegiatan Cordia mengenai gambaran attachment to God. Informasi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun agenda kegiatan di Cordia. 2) Memberikan informasi kepada umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi mengenai gambaran attachment to God. Informasi ini dapat digunakan sebagai bahan introspeksi umat. 1.5 Kerangka Pemikiran Setiap umat Katolik diwajibkan untuk mengikuti perayaan Ekaristi setiap minggunya. Selain mengikuti perayaan Ekaristi, umat dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh gereja. Salah satu kegiatan keagamaan yang dapat diikuti umat di Gereja Katolik X Bandung adalah kegiatan Cordia. Kegiatan Cordia mempunyai tujuan untuk mendekatkan umat dengan Tuhan melalui ajaran-ajaran yang diberikan melalui Pastor dan doa-doa. Salah satu tugas perkembangan dewasa madya adalah memantapkan pengamalan ajaran agama. Menurut Fowler, perkembangan iman dewasa madya termasuk ke dalam tahapan conjunctive faith. Dalam tahapan ini, individu berusaha untuk mendekati Tuhan. Individu memahami dan mengerti ajaran agama. Dengan mengikuti kegiatan Cordia, umat diharapkan dapat mengembangkan relasi pribadi dengan Tuhan dan memiliki kedekatan dengan Tuhan. Namun, ada juga umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi dan tidak mengikuti kegiatan keagamaan. Umat mengikuti perayaan Ekaristi untuk mencari kedekatan dan mengembangkan relasi pribadi dengan Tuhan. Kedekatan dengan Tuhan disebut attachment to God, yang merupakan ikatan afeksi yang terwujud antara seseorang dengan Tuhan (Krikpatrick, 2005). Attachment to God diukur

7 melalui internal working model tentang diri sendiri (IWM of self) dan internal working model tentang Tuhan (IWM of God). IWM of self adalah skema kognitif tentang diri, apakah diri dipandang sebagai umat yang layak mendapatkan cinta, kasih, perhatian, dan perlindungan Tuhan. IWM of God adalah skema kognitif yang berisi harapan dan keyakinan mengenai Tuhan sebagai figur attachment, apakah Tuhan dipandang sebagai figur yang selalu ada dan responsif ketika dibutuhkan. Beck & McDonald (2004) mengemukakan dua dimensi di dalam attachment to God yaitu dimensi anxiety about abandonment dan avoidance of intimacy. Dimensi anxiety about abandonment adalah adanya rasa takut dan pikiran berlebihan umat mengenai penolakan dan pengabaian dari figur attachment, yaitu Tuhan, dan distress atau protes saat Tuhan dianggap tidak responsif atau tidak dapat dijangkau (Fraley et al, dalam Calvert, 2010). Dimensi anxiety about abandonment menggambarkan IWM of self tentang diri yang tidak berharga dan tidak layak mendapatkan kasih dan kepedulian dari Tuhan sehingga umat selalu mencemaskan relasinya dengan Tuhan. Dimensi avoidance of intimacy adalah rasa tidak nyaman terhadap kecenderungan umat akan ketergantungan dan kedekatan dalam hubungan dengan Tuhan dan self-reliance (ketergantungan diri) yang berlebihan (Brenman et al dalam Calvert, 2010). Dimensi avoidance of intimacy menggambarkan IWM of God yang dipandang sebagai sosok yang tidak responsif dan tidak selalu ada ketika dibutuhkan sehingga umat menghindari kedekatan dan kebergantungannya kepada Tuhan. Umat yang mengikuti kegiatan Cordia dan umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi yang memiliki derajat avoidance yang rendah akan berusaha mendekatkan diri pada Tuhan dan meminta pertolongan Tuhan ketika ia menghadapi masalah. Ia yakin bahwa Tuhan akan menolongnya. Umat yang memiliki derajat avoidance yang tinggi akan menghindar dari Tuhan saat menghadapi masalah karena ia merasa dirinya sanggup untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Umat yang memiliki derajat anxiety yang rendah tidak akan khawatir

8 Tuhan akan meninggalkannya karena ia percaya bahwa Tuhan mengasihi dan peduli pada dirinya. Umat yang memiliki derajat anxiety yang tinggi selalu mencemaskan hubungannya dengan Tuhan. Ia meraka khawatir hubungannya dengan Tuhan menjadi rusak, serta cemburu jika Tuhan lebih mempedulikan orang lain daripada dirinya. Ia merasa bahwa Tuhan lebih menyayangi orang lain dibandingkan dirinya. Kekuatan derajat dari dimensi anxiety dan avoidance mendasari terbentuknya empat model attachment to God, yaitu secure, preoccupied, dismissing, dan fearful. Model attachment to God yang secure ditandai dengan dimensi anxiety dan dimensi avoidance yang rendah. Umat yang mengikuti kegiatan Cordia dengan model attachment to God yang secure rutin mengikuti setiap pertemuan kegiatan Cordia. Umat akan mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai ajaran agama Katolik yang diberikan oleh pembicara. Umat memiliki keinginan untuk memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan melalui kegiatan Cordia. Ketika mereka tidak mengikuti kegiatan Cordia, mereka tidak khawatir akan ditinggalkan oleh Tuhan. Umat yang mengikuti kegiatan Cordia diharapkan dapat memiliki model attachment to God yang secure. Umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi dengan model attachment to God yang secure rutin mengikuti perayaan Ekaristi setiap minggu. Mereka hanya mendapatkan pengetahuan melalui homili atau khotbah dari Imam. Umat memiliki keinginan untuk memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan melalui perayaan Ekaristi. Jika mereka tidak dapat mengikuti perayaan Ekaristi, mereka tidak merasa ditinggalkan oleh Tuhan. Model attachment to God yang preoccupied memiliki dimensi anxiety yang tinggi dan dimensi avoidance yang rendah. Umat yang mengikuti kegiatan Cordia dengan model attachment to God yang preoccupied memiliki ketakutan yang berlebihan akan ditinggalkan oleh Tuhan. Mereka mengikuti kegiatan Cordia untuk tetap dapat menjalin relasi dengan Tuhan. Ketika mereka tidak dapat mengikuti kegiatan Cordia, mereka merasa iri dengan

9 teman-teman yang dapat hadir. Mereka merasa iri karena teman-temannya dapat melakukan doa adorasi. Umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi dengan model attachment to God yang preoccupied juga memiliki ketakutan yang berlebihan akan ditinggalkan oleh Tuhan. Mereka rutin mengikuti perayaan Ekaristi. Jika mereka tidak dapat mengikuti perayaan Ekaristi, mereka merasa bersalah. Model attachment to God yang dismissing memiliki dimensi anxiety yang rendah dan dimensi avoidance yang tinggi. Umat yang mengikuti kegiatan Cordia dengan model attachment to God yang dismissing mempunyai rasa tidak nyaman untuk memiliki kedekatan dengan Tuhan. Umat tidak rutin untuk mengikuti kegiatan Cordia. Mereka mengikuti Cordia sekitar 1-3 kali dalam setahun. Mereka tidak suka bergantung kepada Tuhan karena merasa bahwa hubungannya dengan Tuhan berjarak jauh. Umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi dengan model attachment to God yang dismissing tidak rutin untuk mengikuti perayaan Ekaristi. Mereka mungkin mengikuti perayaan Ekaristi sekitar satu kali dalam setahun. Mereka mungkin mengikuti perayaan Ekaristi pada saat perayaan keagamaan, yaitu hari raya Natal dan Paskah. Model attachment to God yang fearful memiliki dimensi anxiety dan dimensi avoidance yang tinggi. Umat yang mengikuti kegiatan Cordia dengan model attachment to God yang fearful memiliki ketakutan akan ditinggalkan oleh Tuhan dan merasa tidak nyaman untuk memiliki kedekatan dengan Tuhan. Mereka jarang untuk mengikuti kegiatan Cordia. Mereka merasa tidak nyaman untuk mengikuti kegiatan Cordia. Ketika mereka mengalami masalah, mereka cenderung untuk memecahkan masalahnya sendiri. Umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi dengan model attachment to God yang fearful tidak mengikuti perayaan Ekaristi karena mereka memiliki ketakutan akan ditinggalkan oleh Tuhan dan merasa tidak nyaman untuk memiliki kedekatan dengan Tuhan. Ketika terdapat perayaan

10 keagamaan seperti hari raya Natal dan Paskah, mereka tidak pergi ke gereja. Ketika mereka mengalami masalah, mereka cenderung untuk mengatasi masalahnya sendiri.

11 Anxiety Secure Umat yang mengikuti kegiatan Cordia dan umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi Attachment to God Avoidance Preoccupied Dismissing Fearful Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran

12 1.6. Asumsi Penelitian 1) Umat Katolik yang berada pada tahap dewasa madya akan terdorong untuk mengikuti kegiatan keagamaan yang terdapat di gereja. 2) Setiap umat Katolik dalam relasinya dengan Tuhan akan membangun kedekatan dengan Tuhan (attachment to God). 3) Attachment to God memiliki dua dimensi yaitu dimensi avoidance of intimacy dan dimensi anxiety about abandonment. 4) Perpaduan kedua dimensi tersebut menghasilkan 4 model attachment to God yaitu secure, preoccupied, dismissing, dan fearful. 5) Dalam rangka mengembangkan attachment to God, gereja menyediakan berbagai sarana untuk meningkatkan pemahaman umat tentang Tuhan. 6) Sarana yang disediakan gereja bagi umatnya antara lain ialah kegiatan Cordia dan perayaan Ekaristi. 7) Umat yang mengikuti kegiatan Cordia diharapkan mempunyai model attachment to God yang secure. 1.7. Hipotesis Penelitian Terdapat perbedaan attachment to God pada umat yang mengikuti kegiatan Cordia dan umat yang hanya mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja Katolik X Bandung.