BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja kegiatan di sektor riil dalam suatu perekonomian sangat terkait dengan kinerja sektor moneternya. Salah satu sumber pendanaan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia yaitu industri perbankan. Bank berfungsi sebagai media dalam mentransmisikan kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral karena kebijakan moneter sendiri bertujuan untuk menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, bank juga berfungsi sebagai sarana pendukung yang sangat penting untuk menunjang kelancaran perekonomian yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Dasar utama dari kegiatan perbankan adalah kepercayaan, baik dalam menghimpun dana maupun menyalurkan dana. Masyarakat senantiasa akan menggunakan jasa perbankan apabila dilandasi dengan kepercayaan. Namun, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini, khususnya tahun 2011 masyarakat kehilangan kepercayaannya terhadap bank. Krisis kepercayaan masyarakat timbul dikarenakan munculnya kasus penipuan oleh pihak internal yang terjadi pada beberapa bank di Indonesia,diantaranya penggelapan dana nasabah yang dilakukan Kepala Operasi Bank Panin dan pemberian kredit dengan dokumen dan jaminan fiktif pada Bank Internasional Indonesia yang melibatkan account officer BII pada 31 Januari 2011 lalu.
Namun, krisis kepercayaan masyarakat tidak mempengaruhi kinerja perusahaan perbankan di Indonesia. Kinerja perbankan semakin solid di tahun 2011 yang dibuktikan dengan tingginya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) sebesar 16,6% pada November 2011, jauh diatas CAR minimum 8%. CAR yang relatif tinggi tersebut dicapai melalui tingginya rentabilitas yang berasal dari laba. (Sumber: Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia, Tahun 2011). Hal ini menunjukkan bahwa bank selalu menjaga kinerja keuangannya, baik dari kegiatan menghimpun dana maupun menyalurkan dana. Kegiatan operasional bank dapat dikatakan berjalan dengan baik jika bank tersebut memiliki modal yang cukup agar bank tetap dalam posisi aman. Modal merupakan faktor penting dalam upaya mengembangkan usaha bank. Penilaian aspek permodalan didasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum. Penilaian tersebut didasarkan pada Capital Adequacy Ratio (CAR) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. CAR adalah rasio kinerja bank yang mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. Berdasarkan Surat Edaran (SE) BI No.15/11/DPNP tertanggal 8 April 2013 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Bank Indonesia menetapkan nilai minimum CAR pada Bank Umum adalah sebesar 8%. Bank yang memiliki modal yang rendah, akan mengalami insolvent (kewajiban melebihi asset yang dimiliki) bila terjadi kredit macet. Kondisi itu akan menurunkan kredibilitas bank, sehingga memicu terjadinya rush, yaitu nasabah secara serentak menarik dananya. Akibatnya, bank tidak akan mampu
membayar dana nasabah dan kreditor sehingga bank mengalami kegagalan. Bank Indonesia menyatakan dalam Peraturan Bank Indonesia bahwa bank wajib menyediakan modal minimum sesuai profil risiko. Capital Adequacy Ratio yang relatif tinggi dapat dicapai melalui tingginya rentabilitas yang berasal dari laba. Tingkat rentabilitas yang tinggi dapat menjadi salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan. Ukuran rentabilitas yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pada industri perbankan adalah Return on Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Interest Margin (NIM). Return on Assets (ROA) penting bagi bank karena rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dan efektivitas bank didalam memperoleh atau menghasilkan keuntungan dalam kegiatan operasi dengan memanfaatkan aktiva/aset yang dimilikinya. Semakin tinggi ROA menujukkan kinerja keuangan yang semakin baik karena semakin besar tingkat pengembalian yang diperoleh. Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank yang bersangkutan untuk menghasilkan laba bersih dari penggunaan modal yang ditanamkan pada bank tersebut. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan perbandingan antara total biaya operasi dengan total pendapatan operasi. Semakin rendah rasio BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
Net Interest Margin (NIM) adalah ukuran perbedaan antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank atau lembaga keuangan lain dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman mereka (misalnya, deposito), relatif terhadap jumlah mereka (bunga produktif ) aset. NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia salah satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang diukur dari selisih antara suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman yang diberikan (lending). NIM akan mempengaruhi laba-rugi bank yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja bank tersebut. Selain menggunakan ukuran rentabilitas, kinerja keuangan perbankan dapat diukur dengan ukuran likuiditas yang diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi. Sehingga semakin tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Dengan demikian besar-kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut. Ukuran rentabilitas dan likuiditas tersebut dapat mempengaruhi tingkat kecukupan modal pada industri perbankan. Dengan meningkatnya modal sendiri yang diukur dengan rasio rentabilitas maka kesehatan bank yang terkait dengan permodalan (CAR) akan semakin meningkat. Sedangkan untuk ukuran likuiditas, semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank,
sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit, sehingga semakin tinggi LDR maka CAR semakin menurun. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Rasio Rentabilitas dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan yaitu : 1. Bagaimana pengaruh faktor rentabilitas dan likuiditas yang terinci dalam ROA, ROE, BOPO, NIM, dan LDR secara parsial terhadap CAR pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2010 2012? 2. Bagaimana pengaruh faktor rentabilitas dan likuiditas yang terinci dalam ROA, ROE, BOPO, NIM, dan LDR secara simultan terhadap CAR pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2010 2012? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan pertanyaan penelitian, maka tujuan dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh rasio rentabilitas dan likuiditas yang terinci dalam ROA, ROE, BOPO, NIM, dan LDR terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2010 sampai 2012 secara parsial. 2. Untuk menganalisis pengaruh rasio rentabilitas dan likuiditas yang terinci dalam ROA, ROE, BOPO, NIM, dan LDR terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2010 sampai 2012 secara simultan. 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang keuangan terutama dalam memahami kinerja keuangan melalui analisis rasio- rasio keuangan, seperti Return On Asset (ROA), Rturn On Equity (ROE), Beban Operasionl terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). b. Bagi Perbankan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan dana dalam rangka menjaga kesehatan bank melalui Capital
Adequacy Ratio (CAR). Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi perbankan dalam menilai tingkat kesehatan bank. c. Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat menjadi acuan bagi penelitian sejenis dengan objek yang sama di masa yang akan datang.