BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian dunia terhadap kesehatan dan kesejahteraan wanita telah diawali sejak tahun 1975, Kesehatan wanita saat ini juga tidak luput dari perhatian setiap golongan, terlihat dari tersedianya berbagai fasilitas yang diberikan oleh pemerintah maupun pihak swasta terhadap rumah sakit, klinik dan pusat-pusat kesehatan lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan mulai dari penyediaan jasa konsultasi kesehatan dan berbagai bentuk pelayanan kesehatan khusus untuk wanita. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kini kesehatan wanita menjadi perhatian yang menarik untuk dibahas. Banyak penelitian-penelitian yang berkembang untuk menemukan intervensi yang dapat digunakan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dialami oleh wanita. Dalam hal ini peneliti tertarik untuk ikut serta dalam mengembangkan perhatian terhadap kesehatan dan kesejahteraan wanita dengan melakukan penelitian terhadap salah satu permasalahan yang umum terjadi pada wanita yaitu masalah menstruasi. Banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya adalah nyeri menstruasi yang dalam istilah medis disebut dysmenorrhea. Menstruasi adalah sebuah perubahan-perubahan yang kompleks dan harmonis yang dipengaruhi oleh hormon-hormon tertentu. Dimana hormon-hormon ini diatur 1
2 oleh otak, alat-alat kandungan, kalenjar tiroid, dan beberapa kalenjar lainnya (Yahya, 2011). Dysmenorrhea adalah nyeri menstruasi yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Dysmenorrhea ini timbul akibat kontraksi ritmik myometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulas dan nyeri yang ringan sampai yang berat pada perut bagian bawah, bokong dan nyeri spasmodik pada sisi medial paha. Nyeri dapat tajam, tumpul, siklik ataupun menetap; dapat berlangsung dalam beberapa jam sampai 1 hari bahkan lebih dari 1 hari. Nyeri tersebut sedemikian beratnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau aktiitas sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari (Dawood, 2006). Dysmenorrhea dapat dibagi menjadi 2 yaitu Dysmenorrhea primer dan Dysmenorrhea sekunder. Dysmenorrhea primer didefinisikan sebagai nyeri kram yang berulang yang terjadi saat menstruasi tanpa ada kelainan patologik pada pelvis. Dysmenorrhea primer ditandai dengan adanya nyeri di perut bagian bawah dan tungkai, selain itu, Dysmenorrhea primer juga bisa disertai sakit kepala, mual, muntah, sembelit, diare dan lelah (Manan, 2013, Andriani, 2014). Dysmenorrhea sekunder adalah nyeri saat menstruasi yang didasari oleh adanya kelainan patologik pada pelvis, contohnya endometriosis (Dawood, 2006). Primary Dysmenorrhea biasanya mulai saat usia remaja, saat dimana siklus ovulasi mulai teratur. Penyebab nyeri menstruasi primer sampai saat ini masih belum jelas, tetapi beberapa teori menyebutkan bahwa kontraksi miometrium akan menyebabkan iskemia pada uterus sehingga menyebabkan rasa nyeri. Kontraksi
3 miometrium tersebut disebabkan oleh sintesis prostaglandin. Prostaglandin disebut dapat mengurangi atau menghambat sementara suplai darah ke uterus, yang menyebabkan uterus mengalami kekurangan oksigen sehingga menyebabkan kontraksi miometrium dan terasa nyeri (Eby, 2006). Dysmenorrhea menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas fisik sehari-hari. Keluhan ini berhubungan dengan ketidakhadiran berulang di sekolah ataupun di tempat kerja, sehingga dapat mengganggu produktivitas. 40 sampai 70% wanita pada masa reproduksi mengalami Dysmenorrhea, dan sebesar 10% mengalaminya hingga mengganggu aktivitas sehari-hari (Khorsidi dkk, 2002). Sekitar 70 sampai 90% kasus nyeri menstruasi terjadi saat usia remaja (Proctor dan Farquar, 2002; Singh dkk, 2008) dan remaja yang mengalami Dysmenorrhea akan terpengaruh aktivitas akademis, sosial dan olahraganya (Antao dkk, 2005). Angka kejadian Dysmenorrhea di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan dari setiap negara mengalami Dysmenorrhea. Di Amerika Serikat Dysmenorrhea dilaporkan sebagai penyebab utama ketidakhadiran berulang pada siswa wanita di sekolah (Banikarim dkk, 2000), dialami oleh 60 sampai 91% wanita di semua wilayah. Penelitian di Swedia menjumpai 30% wanita menurun penghasilannya karena Dysmenorrhea. Kelainan terjadi pada 60 sampai 70% wanita di Indonesia dengan 15% diantaranya mengeluh bahwa aktivitas mereka menjadi terbatas akibat Dysmenorrhea dan Sekitar 10% dilaporkan absen kerja dan di sekolah karena Dysmenorrhea (Glasier, 2005). Angka kejadian Dysmenorrhea di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% wanita disetiap negara mengalaminya.
4 Meskipun keluhan nyeri menstruasi umum dirasakan pada wanita, sebagian besar wanita yang mengalami nyeri menstruasi jarang pergi ke dokter, mereka mengobati nyeri tersebut dengan obat-obat bebas tanpa resep dokter. Telah diteliti bahwa sebesar 30 sampai 70% remaja wanita mengobati Dysmenorrhea dengan obat anti nyeri yang dijual bebas. Hal ini sangat berisiko, karena efek samping dari obat-obatan tersebut jika digunakan secara bebas dan berulang tanpa pengawasan dokter. Sebagai alternatif, dilakukan berbagai penelitian untuk menemukan terapi pengganti ataupun terapi pelengkap yang lebih aman jika dibandingkan terapi dengan NSAID. (Proctor dan Murphy, 2001; Han dkk, 2006). Fisioterapi merupakan salah satu profesi kesehatan juga mempunyai peranan penting dalam peningkatan kualitas hidup khususnya terhadap kesehatan wanita. Seperti yang tercantum dalam Permenkes No.80 tahun 2013, fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektro terapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi. Pelayanan fisioterapi diberikan karena terkait dengan gangguan gerak yang disebabkan oleh cidera penyakit atau kondisi kesehatan yang mengganggu kemampuan mereka dalam menjalankan aktivitasnya. Layanan fisioterapi tidak hanya terpaku pada masalah fisik saja, dapat juga dengan tujuan peningkatan kemampuan fisik dan mencegah resiko cidera individu ataupun kelompok.
5 Fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan memiliki beberapa intervensi yang dapat diberikan untuk menghilangkan atau menurunkan dysmenorrhea kepada penderita dysmenorrhea. Manipulasi Viseral dan Senam Aerobik menjadi pilihan peneliti untuk mengetahui apakah Manipulasi Viseral lebih baik daripada Senam Aerobik dalam mengurangi Primary Dysmenorrhea pada mahasiswi di Poltekkes Dr.Rusdi Medan. Manipulasi viseral merupakan tindakan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Manipulasi viseral merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dapat diberikan untuk mengurangi Primary Dysmenorrhea. Senam adalah latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematika, dan dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis (Widianti & Proverawati, 2010). Aerobik adalah sebuah aktifitas yang menyenangkan dan mudah dilakukan (Brick, 2001). Menurut Sudibyo (2001), senam aerobik yaitu latihan senam yang gerakannya menggunakan seluruh otot, terutama otot-otot besar, sehingga memacu kerja jantung paru, dan gerakan-gerakan badan secara berkesinambungan pada bagian-bagian badan bentuk gerakan-gerakan dengan satu atau dua kaki tetap menempel pada lantai serta diiringi musik. Menurut American College of Sport Medicine (ACSM) intensitas latihan aerobik harus mencapai target zone sebesar 60-90% dari frekuensi denyut jantung maksimal atau Maximal Heart Rate (MHR). Berdasarkan MHR yang dicapai, intensitas latihan aerobik dapat dibagi
6 menjadi: ringan (35-59% MHR), sedang (60-79% MHR), dan tinggi (80-89% MHR). Peningkatan intensitas latihan dapat dilakukan melalui penambahan beban latihan, yaitu dengan gerakan meloncat-loncat, atau dengan mempercepat frekuensi gerak (Pollock & Wilmore, 1990). Adapun menurut Brick (2001) cara termudah untuk menentukan denyut jantung maksimal adalah mengurangi umur (dalam tahun) dari 220. Dalam hal ini, terapi penurunan Primary Dysmenorrhea yang berupa latihan aerobic ini merupakan salah satu teknik relaksasi. Olahraga atau latihan fisik dapat menghasilkan hormon endorphin. Dimana olahraga terbukti dapat meningkatkan kadar β-endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Sehingga, semakin banyak melakukan senam atau olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar β-endorphin. Ketika seseorang melakukan olahraga atau senam, maka β-endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan system limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan β- endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan (Suparto, 2011). Fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan memiliki banyak perkembangan ilmu yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan wanita. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti efektifitas Manipulasi Visceral dan senam aerobik dalam mengurangi masalah primary dysmenorrhea.
7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : 1.2.1 Apakah Manipulasi Viseral dapat mengurangi Primary Dysmenorrhea pada mahasiswi di Poltekkes Dr.Rusdi Medan? 1.2.2 Apakah Senam Aerobik dapat mengurangi Primary Dysmenorrhea pada mahasiswi di Poltekkes Dr.Rusdi Medan? 1.2.3 Apakah Manipulasi Viseral lebih baik daripada Senam Aerobik dalam mengurangi Primary Dysmenorrhea pada mahasiswi di Poltekkes Dr.Rusdi Medan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah : 1. Tujuan umum Untuk membuktikan Manipulasi Viseral lebih baik daripada Senam Aerobik dalam mengurangi Primary Dysmenorrhea pada mahasiswi di Poltekkes Dr.Rusdi Medan. 2. Tujuan khusus a. Untuk membuktikan Manipulasi Viseral dapat mengurangi Primary Dysmenorrhea pada mahasiswi di poltekkes Dr.Rusdi Medan. b. Untuk membuktikan Senam Aerobik dapat mengurangi Primary Dysmenorrhea pada mahasiswi di poltekkes Dr.Rusdi Medan.
8 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Keilmuan (Teoritis) a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari, mengidentifikasi dan mengembangkan teori-teori yang didapat dari perkuliahan. b. Menambah sumber referensi ataupun bahan perbandingan bagi kegiatan yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi pelayanan kesehatan. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan gambaran tentang manfaat manipulasi viseral dan senam aerobik dalam mengurangi Primary Dysmenorrhea. 3. Manfaat Bagi Masyarakat a. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat manipulasi viseral dan senam aerobik dalam mengurangi Primary Dysmenorrhea. 4. Manfaat Bagi Peneliti a. Manfaat bagi peneliti dengan adanya tesis ini akan memberikan pengetahuan sejauh mana pemberian manipulasi viseral dan senam aerobik dalam mengurangi Primary Dysmenorrhea.