BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saja tetapi bagaimana caranya membuat suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan siswa dengan mudah memahami materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan dunia pendidikan pada abad ke-21 akan tergantung pada sejauh mana kita mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun sebuah peradaban suatu bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) DENGAN PENDEKATAN UMPAN BALIK

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. bermutu adalah pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru yang prosesional yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. didik di perlukan proses belajar-mengajar. Belajar merupakan tindakan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu dari tiga aspek terpenting dalam kehidupan manusia selain kesehatan dan ekonomi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1, disebutkan bahwa: Pendidikan merupakan usaha sadar terencana yang dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Sekolah adalah lembaga tempat berlangsungnya pendidikan, tempat proses belajar mengajar dan siswa berlatih agar kepribadian, kecerdasan dan keterampilan berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan menurut Sudjana (2011: 49) Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) dan bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berprilaku). Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah tergantung dari beberapa aspek yaitu kurikulum, guru, siswa, metode, sarana dan prasarana. Proses belajar mengajar dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor pertama adalah faktor yang berasal dari dalam yakni motivasi belajar dan faktor yang kedua adalah faktor yang berasal dari luar siswa, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa salah satunya adalah model pembelajaran. Seorang guru harus peka terhadap kondisi dan keadaan siswa karena setiap siswa memiliki kemampuan dan motivasi yang berbeda-beda. Oleh karena itu seorang guru harus cermat dalam memilih model pembelajaran agar dapat mempermudah siswa untuk mengerti dan memahami pelajaran 1

2 serta dapat menciptakan suasana belajar yang aktif, kondusif, dan tidak membosankan sehingga motivasi untuk belajar dapat meningkat. Paradigma yang dianut dalam dunia pendidikan sekarang adalah konstruktivisme. Dalam paradigma ini siswa harus dianggap mempunyai pengetahuan awal dari pengalaman yang diperolehnya kemudian selanjutnya guru hanya bertugas mengkonstruksikannya menjadi suatu pengetahuan yang baru bagi siswa. Kondisi ini menuntut perubahan peran guru dari pengajar menjadi fasilitator dengan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student center) dan tidak lagi berpusat pada guru (teacher center). Penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Permasalahan yang saat ini timbul dalam mempelajari akuntansi, siswa hanya sebatas menghafal materi yang disampaikan guru tanpa mencari tahu lebih lanjut dan mendalami materi akuntansi serta siswa yang kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Akibat dari permasalahan tersebut siswa tidak memahami materi akuntansi yang mengakibatkan motivasi untuk belajar pun turun dan berdampak pada hasil belajar yang kurang optimal. Salah satu standar mata pelajaran akuntansi kelas XI adalah ayat jurnal penyesuaian yaitu ayat jurnal untuk menyesuaikan angka dalam neraca saldo yang belum di catat atau belum sesuai dengan kondisi sebenarnya pada akhir periode. Materi ini memerlukan pemahaman konsep yang mendalam untuk bepikir kritis, keterampilan, ketelitian dan penalaran dalam mempelajarinya. Sementara itu siswa masih kesulitan dalam mempelajari materi jurnal penyesuaian. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil ulangan akuntansi siswa yang masih rendah atau masih di bawah KKM yaitu tujuh koma lima. Selain itu proses pembelajaran di kelas Perhatian dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat kurang. Banyak siswa yang menghindari mengerjakan tugas dan tidak fokus mengikuti pembelajaran sehingga kemauan untuk belajar mereka rendah dan hasil belajar mereka kurang optimal. Hal ini menyebabkan guru menghadapi masalah dalam

3 membangkitkan motivasi siswa terhadap mata pelajaran akuntansi. Kegiatan proses belajar mengajar dengan Pembelajaran yang berpusat pada guru membuat siswa cenderung pasif. lebih banyak mendengar apa yang disampaikan oleh guru tanpa mengetahui tujuan dari pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran dalam model pembelajaran ini lebih didominasi oleh guru atau lebih bersifat teacher center, dan siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran sehingga, pembelajaran menjadi kurang bermakna. Berdasarkan pra penelitian hasil pengamatan dikelas XI IPS SMA Laboratorium (percontohan) UPI pada tanggal 7 Januari 2014, Ketika guru mengajar mata pelajaran akuntansi menggunakan metode ceramah kegiatan peserta didik di kelas begitu monoton, yaitu hanya mendengarkan ceramah atau penjelasan guru saja. Kondisi seperti ini akan memberikan rasa jenuh karena peserta didik tidak ikut berperan aktif dalam setiap kegiatan belajar yang terjadi di kelas sehingga siswa tidak termotivasi dalam belajar. Tidak sedikit ditemui peserta didik yang bercerita sendiri di belakang ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran akuntansi di depan kelas. Peserta didik yang terlihat benar-benar memperhatikan guru hanyalah peserta didik yang duduk di baris depan yang memang dekat dari jangkauan guru. Tidak adanya rasa perhatian dan tertarik atas penjelasan materi dari guru, mengakibatkan materi yang disampaikan guru akan susah diterima dan dipahami oleh peserta didik. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan upaya yaitu dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang kondusif yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Berdasarkan pra penelitian yang peneliti lakukan melalui wawancara informal dengan ibu Eka yuliyanti, S.Pd sebagai guru mata pelajaran akuntansi di SMA laboratorium (percontohan) UPI pada hari Selasa,7 Januari 2014 mengenai motivasi belajar siswa dan proses kegiatan belajar di kelas di ketahui bahwa motivasi belajar siswa masih rendah, hal ini di tandai dengan kurangnya respon siswa terhadap materi akuntansi karena kurangnya motivasi untuk mempelajari materi sehingga menghambat perolehan hasil yang

4 maksimal dan menyebabkan masih banyak siswa yang di remedial, siswa yang malas dan tidak mengerjakan tugas akuntansi yang diberikan guru,siswa yang kurang semangat dan kurang memperhatikan saat pembelajaran akuntansi berlangsung,siswa yang cenderung pasif dan merasa bosan serta kurang termotivasi dalam pembelajaran akuntansi di kelas, kurang antusias menanyakan atau bertanya kesulitan yang mereka hadapi dalam mempelajari akuntansi. Kemudian peneliti juga menyebarkan angket pra penelitian dengan instrumen motivasi belajar siswa kepada siswa kelas XI IPS untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Berikut ini adalah hasil dari pra penelitian mengenai motivasi belajar siswa SMA Laboratorium Percontohan UPI. Tabel 1.1 Hasil Pra Penelitian Motivasi Belajar SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014 Kriteria KELAS XI IPS 1 KELAS XI IPS 2 KELAS XI IPS 3 Interval Freku ensi Persent ase Interval Frek uens i Persenta se Interval Frekuen si Persent ase Rendah 84-93 10 32,26 % 72-91 13 40,63% 68-88 14 43,75% Sedang 94-103 7 22,58% 92-112 12 37,50% 89-109 11 34,38% Tinggi 104-114 14 45,16% 113-132 7 21,88% 110-131 7 21,88% Jumlah 31 100 32 100 32 100 (Sumber : Data Diolah) Berdasarkan tabel 1.1 diatas diketahui bahwa motivasi belajar siswa kelas XI IPS yang tergolong dalam kategori rendah berturut-turut antara lain kelas XI IPS 1 sebesar 32,26 %, XI IPS 2 sebesar 40,63 %, dan XI IPS 3 sebesar 43,75%. Sehingga siswa kelas XI IPS memiliki motivasi yang rendah karena jumlah siswa yang memiliki motivasi belajar rendah lebih banyak yaitu 37 siswa dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi sedang (30 siswa) dan siswa yang memiliki motivasi tinggi (28 siswa). Rendahnya motivasi belajar siswa di SMA Laboratorium Pecontohan UPI tidak akan terjadi jika tidak ada faktor-faktor yang menyebabkan motivasi belajar siswa tersebut menurun. Faktor utama yaitu cara mengajar guru di kelas yang hanya bepusat pada guru dan monoton. Guru lebih banyak

5 memberikan penjelasan tanpa mencari tahu sejauh mana siswa bisa menerima dan memahami materi akuntansi yang di sampaikan. Oleh karena itu guru harus mempunyai kreativitas dalam memilih model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa. Rendahnya motivasi belajar salah satunya disebabkan oleh model pembelajaran yang di terapkan guru yang kurang melibatkan siswa secara aktif sehingga cenderung pasif dan tidak berusaha menggali potensinya. Peserta didik yang melakukan aktivitas belajar karena memiliki motivasi belajar. Motivasi yang baik akan melahirkan proses belajar yang baik. Semakin tinggi motivasi belajar peserta didik maka semakin tinggi kualitas proses belajar yang di capai oleh peserta didik. Oleh karena itu para guru harus dapat menerapkan proses pembelajaran dikelas yang dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa juga di pengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Menurut Hadis (2008:33) mengemukakan bahwa Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain faktor metode mengajar yang digunakan guru, sifat materi pelajaran, media pengajaran yang digunakan, metode penilaian, dan kondisi lingkungan belajar berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik. Menurut Sardiman (2007 : 40) mengatakan bahwa prinsip dan hukum yang pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran adalah motivasi. Seseorang akan berhasil dalam belajar jika dalam dirinya terdapat keinginan untuk belajar. Guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas harus dapat memberikan kepuasan belajar kepada peserta didik untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Hal ini sebagaimana dikatakan Purkey (dalam Hadis 2008:33) bahwa setiap siswa akan termotivasi secara intrinsik, jika ada kepuasaan dalam dirinya dalam menghadapi berbagai permasalahan di lingkungan belajar. Jika peserta didik mencapai kepuasaan belajar maka akan terdorong untuk

6 berprestasi dan berusaha untuk mengontrol dan mengarahkan perilakunya kearah yang produktif. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran akuntansi. Pengembangan atau pemilihan model pembelajaran akuntansi yang tepat bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan selain itu juga model pembelajaran yang dipilih hendaknya dapat mendorong siswa untuk belajar sehingga siswa dapat meraih hasil belajar yang optimal. Dalam proses pembelajaran perlu adanya model pembelajaran akuntansi yang dapat menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar siswa tidak jenuh dengan proses pembelajaran yang berlangsung. Dengan adanya motivasi belajar yang tepat maka diharapkan siswa dapat mengeluarkan potensi belajarnya dengan baik sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan lancar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal ini didukung dengan teori yang dikatakan oleh Aunurrahman (2013:143) bahwa penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Agar siswa tidak hanya sebatas menghapal materi akuntansi khususnya tentang ayat jurnal penyesuaian tetapi juga memahami dan terampil dalam belajar akuntansi serta menumbuhkan motivasi dalam belajar akuntansi maka di perlukan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar. Jika hal tersebut tercapai diharapkan siswa dapat aktif, kreatif, ada keinginan untuk belajar sehingga motivasi belajar dan hasil belajar dapat lebih baik. Peningkatan kualitas pembelajaran meerupakan salah satu elemen penting yang perlu diperhatikan termasuk pada pembelajaran akuntansi didalamnya. Peningkatan ini dapat dilakukan dengan pembaharuan model

7 pembelajaran akuntansi yang digunakan oleh guru. Hal ini dilakukan supaya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi. Salah satu model pembelajaran yang relevan dalam pembelajaran akuntansi adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada pokok bahasan jurnal penyesuaian. Pada prinsipnya dalam model pembelajaran PBL siswa sendirilah yang secara aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang diberikan guru. Dalam hal ini guru lebih banyak sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka secara efektif. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menyajikan kepada siswa situasi masalah yang nyata, yang bersifat terbuka (ill-structured). Pandangan konstruktivisme tentang model PBL menempatkan siswa sebagai konstruktor aktif dari pengetahuan secara fleksibel. Pengetahuan dipelajari dalam konteks bermakna yang serupa dengan dunia nyata di mana pelajar mengaplikasikan pengetahuan selanjutnya. PBL juga memfasilitasi pengembangan keterampilan belajar kognitif dan memberikan motivasi belajar intrinsik. Posisi guru sebagai fasilitator dalam PBL, bertugas untuk membantu memberikan pengalaman pada siswa dalam mendesain memecahkan masalah yang terkait dengan materi pelajaran. diharapkan mampu berinteraksi untuk menghasilkan solusi dari permasalahan. Dalam kelas PBL juga terjadinya komunikasi secara efektif dan siswa mampu berkolaborasi dengan siswa lain dalam melakukan percobaan (Cennamo, Brandt, Scott, Douglas, McGrath, Reimer & Vernon, 2011). Menurut Sudarman (2007:69) Landasan teori PBL adalah : kolaborativisme, suatu perspektif yang berpendapat bahwa siswa akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu. Hal tersebut juga menyiratkan bahwa proses pembelajaran berpindah dari transfer informasi fasilitatormahasiswa ke proses konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual. Menurut paham konstruktivisme, manusia hanya dapat memahami melalui segala sesuatu yang konstruksinya sendiri.

8 Albanese Dan Mitchel (Tan, 2004:7) memperkuat bahwa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, lebih baik digunakan model pembelajaran berbasis masalah yang mampu mengkonstruksi konsep dan mengembangkan keterampilan proses. Sebagai solusi atas permasalahan diatas, digunakan model pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik tolak pembelajaran agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pokok bahasan ayat jurnal penyesuaian. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti untuk mendukung penelitian ini antara lain : Ni Made Suci (2008); Alias Bin Masek (2012); Yuditya Falestin (2010); Reka Anugerah Erlangga (2011); Enny Puspita (2011); Tri Sukitman (2009); Dwi Ernawati (2011); Nadiah Wulandari Sjarkawi Dan Damris (2011); Carla L. Wilkin And Philip A.Collier (2008); Barbara Lauridsen,MBA (2012); Shelagh A. Gallahee & James J Gallagher (2013); Chang, Pei-Fei,Dan Hsiau, Shu-San (2002); Bilgin, I., Senocak, E. & Sozbilir,M. (2009); Cemal Tosun, Yavuz.T. (2012);Ni Nyoman Sri Lestari (2011) menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning memiliki hubungan dengan motivasi belajar dan hasil belajar. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa model problem based learning menunjukan adanya pengaruh dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pemecahan masalah. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena hanya mengambil variabel motivasi belajar siswa sebagai variabel terikat dan mencoba pada objek dan materi yang berbeda dan membandingkanya dengan model pembelajaran yang sudah digunakan oleh sekolah tersebut untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran yang dilakukan selain itu juga membandingkan perbedaan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah dilakukan treatment antara kelas eksperimen dengan menggunakan model Problem Based Learning dan kelas kontrol tanpa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

9 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Motivasi Belajar. (Studi Quasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS SMA Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2013/2014) 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perbedaan antara motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi sebelum dan sesudah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada kelas Eksperimen di SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2013/2014. 2. Bagaimana perbedaan antara motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi sebelum dan sesudah yang tidak menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada kelas kontrol di SMA Laboratorium percontohan UPI tahun ajaran 2013/2014. 3. Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi di SMA Laboratorium percontohan UPI tahun ajaran 2013/2014. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah mengunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan motivasi belajar siswa tanpa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran akuntansi di SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2013/2014. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

10 1) Untuk mengetahui perbedaan antara motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi sebelum dan sesudah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada kelas Eksperimen di SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2013/2014. 2) Untuk mengetahui perbedaan antara motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi sebelum dan sesudah yang tidak menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada kelas kontrol di SMA Laboratorium percontohan UPI tahun ajaran 2013/2014. 3) Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi di SMA Laboratorium percontohan UPI tahun ajaran 2013/2014. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat Memperluas wawasan dan pengetahuan dalam bidang pendidikan, khusunya dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Memberikan bekal bagi peneliti berupa pengalaman sebagai calon guru di masa akan datang agar dapat mendidik dan mengajar siswa dengan pengajaran yang berkualitas. 3. Memberikan gambaran yang jelas pada guru tentang Model Problem Based Learning (PBL) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi siswa, di harapkan pembelajaran dengan mengunakan Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi siswa

11 dan keaktifan serta dapat memberikan kemudahan dalam mempelajari mata pelajaran. 2. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah masukan terhadap usaha peningkatan mutu peserta didik melalui guru yang kreatif dalam proses pembelajaran. 3. Bagi tenaga pendidik, diharapkan hasil penelitian ini memberikan masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan tentang model pembelajaran 4. Bagi peneliti lain, sebagai bahan masukan untuk studi pendahuluan untuk memahami tentang Model Problem Based Learning (PBL) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.