BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1995). Istilah puerperium (berasal dari kata puer artinya anak, parale artinya

dokumen-dokumen yang mirip
Referat Fisiologi Nifas

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengalami puerperium disebut puerperal. Periode pemulihan pascapartum

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Nifas Masa nifas (puerperium) merupakan masa 2 jam setelah persalinan sampai 42 hari paska partum (6 minggu) (Manuaba, 2007).

Aspek Anatomis, Fisiologis, dan Klinis Vagina dan Ostium Vagina Uterus Saluran kemih Inkontinensia Peritoneum dan dinding abdomen Perubahan komposisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

II. DEFINISI INVOLUSI UTERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN MASA NIFAS

BAB III KERANGKA KONSEP. dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukiyah (2011) dalam Prawirohardjo (2002) masa nifas. pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007).

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS. Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Masa nifas, perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN POST SECTIO CAESAREA

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV )

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM (NIFAS)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh organisme secara normal melaui berbagai tahapan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015

1. ATONIA UTERI. A. Pengertian

Oleh Ni Ketut Alit Armini

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila :

PENGKAJIAN PNC. kelami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis, emosional dan sosial (Prawirohardjo, 2014). Masa nifas. berlanjut hingga 6 minggu (Fraser, 2009).

BAB I KONSEP DASAR. persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama. masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERCEPATAN INVOLUSI UTERI PADA IBU POSTPARTUM PERVAGINAM DI RUANG KEBIDANAN RSUD TOTO KABILA KAB.

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan. Pada masa ini terjadi perubahan sistem -sistem dalam tubuh, atau

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PEMULIHAN ORGAN REPRODUKSI PADA MASA NIFAS DI BPM SRI HARINI TOSUTAN KRANGGAN POLANHARJO KLATEN TAHUN 2016 INTISARI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Ruang VK RSUD dr. Soehadi Prijonegoro. I. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini, Y, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Dari segi biologis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW kelahiran hidup (World Health Organization, 2012). perubahan pada tahun 2012 (Dinkes Jawa Tengah, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM YANG MELAKSANAKAN SENAM NIFAS

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI DI DESA CANDIREJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha,2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kematian maternal merupakan prioritas utama dalam Millennium. Development Goals (MDG s). Kematian maternal menjadi indikator

HUBUNGAN ANTARA DIASTASIS MUSCULUS RECTUS ABDOMINIS DENGAN INVOLUSI UTERI POSTPARTUM PERVAGINAM

PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. I P 1 POST PARTUM HARI KE-14 DENGAN SUB INVOLUSI UTERI. Siti Aisyah* Al-Masruroh** ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dunia luar. Beberapa kasus seperti plasenta previa, preeklamsia, gawat janin,

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS IBU POST PARTUM NORMAL HARI KE 7

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dapat. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP INVOLUSIO UTERUS PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS WILAYAH KOTA SEMARANG

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

GAMBARAN PERAWATAN IBU NIFAS OLEH TENAGA KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

KASUS III. Pertanyaan:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas

HOMECARE PADA KASUS PERAWATAN MATERNITAS

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

PENGARUH INSIASI MENYUSU DINI TERHADAP PROSES INVOLUSI UTERI PADA IBU NIFAS DI BPM SUNARTI KECAMATAN RENGEL KABUPATEN TUBAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masa Nifas Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira kira 6 minggu (Hanifa W, dalam Ilmu Kebidanan, 1995). Istilah puerperium (berasal dari kata puer artinya anak, parale artinya melahirkan) menunjukkan periode 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya periode persalinan dan kembalinya organ organ reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil (Reeder, dalam Maternity Nursing, 1987). Pengertian lainnya, masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kirakira 6 minggu (Buku Acuan Nasional Yankes Maternal dan Neonatal, 2006). B. Perubahan Fisiologis Dalam Masa Nifas Pada masa nifas, terjadi perubahan perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses proses kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan, maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini. Adapun perubahan perubahan masa nifas antara lain: Berbagai Perubahan Dalam Sistem Reproduksi

Uterus 1. Proses Involusi Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Proses involusi merupakan salah satu peristiwa penting dalam masa nifas, disamping proses laktasi (pengeluaran ASI). Uterus ibu yang baru melahirkan masih membesar, jika diraba dari luar tinggi fundus uteri kira kira 1 jari di bawah pusat, sedangkan beratnya lebih kurang 1 kilogram. Hal ini disebabkan oleh banyaknya darah dalam dinding rahim mengalir dalam pembuluh pembuluh darah yang membesar. Sampai hari kedua, uterus masih membesar dan setelah itu berangsur angsur menjadi kecil. Pada hari ketiga, kira kira 2 atau 3 jari dibawah pusat. Hari ke-lima, pada pertengahan antara pusat dan symphysis. Hari ketujuh, kira kira 2 atau 3 jari diatas symphysis. Hari ke sembilan, kira kira satu jari diatas symphysis. Dan setelah hari kesepuluh, biasanya uterus tersebut dari luar tidak teraba lagi. Semuanya ini disebabkan karena pemberian darah di dalam dinding rahim jauh berkurang, sehingga otot otot menjadi kecil (S.A Goelam, 1990).

Tabel: perubahan perubahan yang normal didalam uterus selama masa nifas Bobot Diameter Uterus Palpasi Servik Pada persalinan Pada minggu ke-1 Pada minggu ke-2 akhir akhir akhir 900 gram 12,5 cm Lembut/lunak 450 gram 7,5 cm 2 cm 200 gram 5,0 cm 1 cm Sesudah akhir 60 gram 2,5 cm Menyempit 6 minggu (Pusdiknakes, 2003) 2. Kontraksi Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna setelah bayi keluar, yang diperkirakan terjadi setelah respon terhadap penurunan volume intra uteri yang sangat besar. Kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar, ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus menjadi nekrosis dan lepas. Hemostatis setelah persalinan dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intrametrium, buka karena agregasi trombosit dan pembentukan bekuan kelenjar hipofisis ikut serta mengeluarkan hormon oksigen yang memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostatis yang dapat mengurangi perdarahan. Upaya untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa awal nifas ini penting sekali, maka biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intavena atau intramuskular

diberikan segera setelah plasenta lahir (Bobak, 2005). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dimana membiarkan bayi di payudara ibu segera setelah lahir dalam masa ini penting juga dilakukan, karena isapan bayi pada payudara dapat merangsang pelepasan oksitosin (Maryunani, 2009). 3. Afterpains Dalam minggu pertama sesudah bayi lahir, mungkin ibu mengalami kram/mulas pada abdomen yang berlangsung sebentar, mirip sekali dengan kram waktu periode menstruasi, keadaan ini disebut afterpains, yang ditimbulkan oleh karena kontraksi uterus pada waktu mendorong gumpalan darah dan jaringan yang terkumpul di dalam uterus. Kram/mulas akan lebih terasa lagi pada saat menyusui bayi oleh karena stimulasi/rangsangan puting susu menimbulkan aksi refleks pada uterus. Pada primipara (ibu yang baru pertama kali melahirkan), tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Sementara itu, kram/mulas dimana terjadi reaksi dan kontraksiyang periodik lebih sering dialami oleh multipara (ibu yang melahirkan anak kedua,ketiga dan seterusnya) dimana bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal nifas. Rasa nyeri/kram setelah melahirkan ditempat uterus yang terlalu teregang (misalnya, pada bayi besra, kembar) 4. Tempat Plasenta Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi tempat plasenta akan menjadi nekrotik (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu campuran antar darah yang dinamakan lochea yang menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik tadi adalah karena pertumbuhan endometrium.

Endometrium mengadakan regenerasi cepat diman dalam waktu 2-3 hari sisa lapisan desidua telah beregerasi (lapisan sisi dinding uterus menjadi jaringan endometrium baru, sementar itu lapisan sisi kavum uteri menjadi nekrotik dan keluar sebagai lochea). Regenerasi endometrium lengkap kembali sampai pada sekitar minggu ketiga masa pascapartum, kecuali pada bekas tempat plasenta, karena terjadi trombus sehingga regenerasi agak lebih lama, sampai sekitar 6 minggu setelah melahirkan 5. Lochea Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama puerperium. Karena perubahan warnanya, nama deskriptif lochea berubah: lochea rubra, serosa, atau alba. Lochea rubra berwarna merah karena mengandung darah. Ini adalah lochea yang pertama keluar segera setelah pelahiran dan terus berlanjut selama dua hingga tiga hari pertama pascapartum. Lochea rubra terutama mengandung darah dan jaringan desidua. Lochea serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari lochea rubra, dan merah muda. Lochea ini berhenti sekitar tujuh hingga delapan hari kemudian dengan warna merah muda, kuning, atau putih hingga transisisi menjadi lochea alba. Lochea serosa terutama mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit. Lochea alba mulai terjadi sekitar hari kesepuluh pascapartum dan hilang sekitar periode dua hingga empat minggu. Pada beberapa wanita, lochea ini tetap ada pada saat pemeriksaaan pascapartum. Warna lochea alba putih krem dan terutama mengandung leukosit dan sel desidua.

Lochea mempunyai karakteristik bau seperti aliran menstruasi. Bau lochea ini paling kuat pada lochea serosa. Bau tersebut lebih kuat lagi jika tercampur dengan keringat dan harus secara cermat dibedakan dengan bau tidak sedap yang mengindikasikan adanya infeksi. Lochea mulai terjadi pada jam-jam pertama pasca partum, berupa sekret kental dan banyak. Berturutturut banyaknya lochea semakin berkurang, yaitu berjumlah sedang (lochea rubra), berjumlah sedikit (berupa lochea serosa), dan berjumlah sangat sedikit (berupa lochea alba). Biasanya wanita mengeluarkan sedikit lochea saat berbaring dan mengeluarkan darah lebih banyak atau mengeluarkan bekuan darah yang kecil saat ia bangkit dari tempat tidur. Hal ini terjadi akibat pengumpulan darah di forniks vagina atas saat wanita mengambil posisi rekumben. Pengumpulan tersebut berupa bekuan darah, terutama pada harihari pertama setelah kelahiran. Rata-rata jumlah total sekret lochea adalah sekitar 8-9 ons (240-270 ml). Variasi dalam durasi aliran lochea sangat umum terjadi. Akan tetapi, warna aliran lochea harian cenderung semakin terang, yaitu berubah dari merah segar menjadi merah tua, kemudian cokelat, dan merah muda. Aliran lochea yang tiba-tiba kembali berwarna merah segar bukan merupakan temuan normal dan memerlukan evaluasi. Penyebabnya meliputi aktivitas fisik berlebihan, bagian plasenta atau selaput janin yang tertinggal, dan atonia uterus (Varney, 2008 : 960). Pengkajian jumlah aliran lochea berdasarkan observasi tampon perineum sulit dilakukan. Jacobson (1985) menganjurkan suatu metode untuk memperkirakan kehilangan darah post partum secara subjektif dengan mengkaji jumlah cairan yang menodai tampon perineum. Cara mengukur

lochea yang objektif ialah dengan menimbang tampon perinium sebelum dipakai dan setelah dilepas. Setiap peningkatan berat sebesar 1 gram setara dengan sekitar 1 mililiter darah. Seluruh perkiraan cairan lochea tidak akurat bila faktor waktu tidak dipertimbangkan. Cairan lochea biasanya meningkat, jika klien melakukan mobilisasi dan menyusui. Lochea rubra yang menetap pada awal periode pascapartum menunjukkan perdarahan berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membran yang tertinggal. Terjadinya perdarahan ulang setelah hari ke-10 pascapartum menandakan adanya perdarahan pada bekas tempat plasenta yang mulai memulih. Namun, setelah 3 sampai 4 minggu, perdarahan mungkin disebabkan oleh infeksi atau subinvolusi. Lokia serosa atau lokia alba yang berlanjut bisa menandakan endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit, atau nyeri pada abdomen yang dihubungkan dengan pengeluaran cairan. Bau lochea menyerupai bau cairan menstruasi, bau yang tidak sedap biasanya menandakan infeksi. Tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum adalah lochea. Sumber umum ialah laserasi vagina atau serviks yang tidak diperbaiki dan berdarahan bukan lochea (Varney, 2008). Menurut Reeder, 1997 jumlah pengeluaran lochea terbagi atas: 1. Lochea rubra berlebihan (noda pada pembalut > 6 inchi antara 50-80 cc) 2. Lochea rubra cukup (noda pada pembalut < 6 inchi antara 25-50 cc) 3. Lochea rubra kurang (noda pada pembalut < 4 inchi antara 10-25 cc) 4. Lochea rubra kurang sekali (noda pada pembalut < 1 inchi kurang 10 cc)

Abnormalitas perubahan pengeluaran lochea (Manuaba, 2010) 1. Perdarahan berkepanjangan 2. Pengeluaran lochea tertahan (lochea statik) 3. Lochea purulenta (nanah) 4. Rasa nyeri yang berlebihan 5. Dengan memperhatikan bentuk perubahan, lochea dapat diprediksi 6. Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan 7. Terjadi infeksi intrauterin Tabel perbedaaan Lochea dan Perdarahan bukan Lochea Lochea - Lochea biasanya menetes dari muara vagina. Aliran yang tetap keluar dalam jumlah lebih besar saat uterus kontraksi - Semburan lochea dapat terjadi akibat masase pada uterus Perdarahan Bukan Lochea - Apabila cairan bercampur darah menyembur dari vagina, kemungkinan terdapat robekan dari serviks atau vagina selain lochea normal - Apabila jumlah perdarahan terus berlebihan dan berwarna merah terang, kemungkinan terdapat suatu robekan - Akibat tampak lochea berwarna gelap, maka sebelumnya terdapat lochea yang terkumpul dalam vagina dan jumlahnya segera berkurang menjadi lochea berwarna merah terang