BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan dimana sekitar 75 persen wilayahnya berupa laut dengan lebih dari 17.000 pulau, serta panjang garis pantai nomor 4 di dunia yaitu 95.181 km menurut data World Resources Institute tahun 2001. Kondisi ini juga didukung jumlah nelayan di Indonesia mencapai lebih dari 2 juta nelayan sesuai data Kementerian Kelautan dan Perikanan. Produksi perikanan nasional tahun 2010 mencapai 10,83 juta ton dan perhitungan tahun 2005 menunjukkan sektor perikanan memiliki daya serap tenaga kerja yakni 14,02 persen. Jika dilihat dari sumberdaya tidak pulih, sektor kelautan juga memiliki aset yang besar dalam pendapatan negara, begitu juga pariwisata bahari, jasa kelautan dan potensi laut lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa sektor perikanan dengan segenap potensi yang besar memiliki peluang menjadi tulang punggung pembangunan Indonesia. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan selama ini selalu menjadi sektor pinggiran dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan posisi semacam ini sektor kelautan dan perikanan bukanlah menjadi penentu utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional. Kondisi ini menjadi ironis mengingat perikanan dan kelautan memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Sehingga sangat logis jika kelautan dijadikan tumpuan dalam perekonomian nasional. Peranan sektor kelautan dan perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah mendorong pertumbuhan agroindustri melalui penyediaan bahan baku, meningkatkan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produk kelautan dan perikanan, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan 1
2 kesejahteraan petani atau nelayan serta menunjang pembangunan nasional. Sejalan dengan itu, maka kebijaksanaan umum pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus berorientasi pada peningkatan produktivitas, nilai tambah, perluasan kesempatan kerja dan efisiensi usaha serta peningkatan pendapatan usaha sektor kelautan dan perikanan ( http://esk.ipb.ac.id). Provinsi Aceh merupakan salah satu bagian Indonesia yang miliki potensi yang sangat besar dibidang perikanan hal ini dikarenakan hampir seluruh daerah Kabupaten/kota di Provinsi Aceh memiliki ketersedian laut yang luas. Termasuk salah satunya adalah Kabupaten Aceh Kabupaten Aceh Barat memiliki potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar. Jumlah produksi perikanan laut di Kabupaten Aceh Barat terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1.1 Jumlah Produksi Perikanan Laut di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2011-2013 No Tahun Produksi (ton) Nilai (Rp) 1 2011 12. 723,73 311.714.500.000 2 2012 14. 239,85 369.021.450.000 3 2013 15. 663,83 405.923.520.000 Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat Tahun (2014) Berdasarkan Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan peningkatan produksi perikanan laut di Kabupaten Aceh Barat dimana tahun 2011 jumlah produksi perikanan di Kabupaten Aceh Barat sebesar 12.723,73 ton angka ini meningkat drastis pada tahun 2012-2013 dimana masing-masing sebesar 14.239,85 ton dan 15.663,83 ton.
3 Sumber daya perikanan di Kabupaten Aceh Barat sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataannya masih cukup banyak nelayan di Kabupaten Aceh Barat khususnya Kecamatan Samatiga yang belum dapat meningkatkan hasil tangkapannya, sehingga tingkat pendapatan nelayan masih rendah. Tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Banyaknya tangkapan tercermin pula besar pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga. Dengan demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterima. Permasalahan yang sering dialami oleh nelayan di Kabupaten Aceh Barat adalah minimnya pendapatan yang mereka peroleh. Hingga saat ini permasalahan tersebut masih belum juga teratasi. Latar belakang masalah tersebut adalah mahalnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan minimnya peralatan melaut serta modal usaha yang diperlukan dalam kegiatan penangkapan ikan di laut. Disisi lain nelayan perlu memenuhi kebutuhan sehari-harinya, hal tersebut mengakibatkan banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan berada dalam garis kemiskinan karena pendapatannya yang tidak sebanding dengan tingkat konsumsinya. Nelayan melakukan pekerjaan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan demi kebutuhan hidup. Untuk pelaksanaannya diperlukan beberapa perlengkapan dan dipengaruhi oleh banyak faktor guna mendukung keberhasilan kegiatan. Faktor-fakor tersebut bisa berupa modal, hasil tangkapan ikan (produksi) dan harga jual ikan tangkap tersebut (Jamal 2014, h. 1)
4 Berdasarkan uraian diatas penulis menarik untuk melakukan penenlitan yang bejudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh 1.2 Rumusan Masalah Sehubungan dengan uraian diatas, maka rumusan masalah yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Menambah wawasan penulis dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan pengetahuan untuk pihak akademik baik secara langsung maupun tidak langsung serta sebagai acuan untuk para mahasiswa/i faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh
5 1.4.2. Manfaat Praktis Hasil analisis dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh 1.5. Sistematika Pembahasan Bagian pertama diuraikan tentang pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika pembahasan Bagian kedua tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan sebagai acuan penelitian, penelitian terdahulu dan perumusan hipotesis. Bagian ketiga menguraikan tentang populasi dan sampel, data penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, model analisis data, definisi operasional variabel dan pengujian hipotesis. Bagian keempat hasil dan pembahasan yang berisi tentang gambaran umum daerah penelitian, karakteristik responden, tingkat produksi, harga jual dan pendapatan nelayan, hasil regresi linier berganda, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Bagian kelima kesimpulan dan saran yang berisi tentang simpulan mengenai hasil penelitian dan saran yang diajukan.