BAB II KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL. Slamet Widodo

PROSES SOSIAL E K O N U G R O H O, S. P T, M. S C FA K U LTA S P E T E R N A K A N U N I V E R S I TA S B R AW I J AYA S E M E S T E R G A N J I L

Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia.

BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL

BAB V INTERAKSI SOSIAL

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB ) a. Nama Mata Pelajaran : Sosiologi X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar :

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya. Annisa Nurhalisa

INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling

MEDIA & PERUBAHAN SOSIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya

Sifat dan Bentuk Interaksi Sosial Budaya dalam Pembangunan

(Struktur Masyarakat, Proses dan Interaksi Sosial, Proses komunikasi)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

Interaksi Sosial. Lolytasari, M.Hum

MAKALAH PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari

HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

INTERAKSI SOSIAL ANGGOTA KOMUNITAS PUNK

SOSIOLOGI KOMUNIKASI PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL. A. Pendahuluan

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk telah diakui sejak merdeka

MAKALAH INTERAKSI SOSIAL

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

PERTEMUAN KE 5 POKOK BAHASAN

BAB IV PROSES-PROSES SOSIAL

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

KATA PENGANTAR. Amin PENYUSUN

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL [IPS]

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam (Yesmil anwar dan adang 2013:194) menyatakan bahwa, Interaksi. individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

II PROSES-PROSES SOSIAL

BAB II KAJIAN TEORI. berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai.

Komunikasi sosial...?????

KELOMPOK SOSIAL. Oleh Firdaus

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

Mata kuliah : Filsafat Kebudayaan Pertemuan ke : 10 (K10) : Kebudayaan sebagai strategi: : Mahasiswea memahami konsep pentahapan kebudayaan dan

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga

KEHIDUPAN SOSIAL MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia

BUDAYA OLAHRAGA DAYUNG TERHADAP INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DESA KLIDANG LOR KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan relatif rendah membuat Yogyakarta menjadi pilihan banyak orang dari

MAKALAH MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU DAN MAHLUK SOSIAL

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi yang terjalin semata-mata tidak hanya satu arah, tetapi juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersama-sama menyentuh. Interaksi social adlaah proses dimana orang-orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

komunikasi. Menurut Soerjono Soekanto (2005: 67)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses sosial,

INTERAKSI SOSIAL. 1 P a g e

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini merupakan sifat dasar masyarakat. Perubahan masyarakat tiada hentinya, jika

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK

10. Kunci : A Pembahasan : Dalam proses interaksi sosial maka harus melibatkan 2 orang atau lebih, dimana dari kedua belah pihak ada yang memberikan s

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

IDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Interaksi Sosial dalam Bidang Bimbingan Sosial. dengan bidang sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah/konflik

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL. IR. HJ. KHODIJAH, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

PROBLEM SOSIOLOGI SET SUPERINTENSIF SBMPTN 2016 PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagai mahluk individu manusia dilahirkan sendiri dan memiliki ciri-ciri yang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

KONSEP-KONSEP POKOK DALAM ANTROPOLIGI: KEBUDAYAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas kehidupan manusia tidak terlepas dari proses interaksi, baik

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi

KEBUDAYAAN: PELURUSAN ATAS PEMAKNAAN Oleh Sumaryadi Staf Pengajar pada FBS UNY

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau mengembangkan karakter individu. Karakter yang dimaksud

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P

BAB I PENDAHULUAN. Desa Setrojenar terletak di Kecamatan Buluspesantren, desa tersebut

ABSTRACT. The Influence Of Teacher s Social Competence To The Intensity Of Teacher s Social Relation. (Susi Novita, Berchah Pitoewas, Hermi Yanzi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

Bab V. Kesimpulan. adat, sehingga memunculkan istilah biar mati anak, asal jangan mati adat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut

BUDAYA POLITIK ORGANISASI PEMERINTAH

Transkripsi:

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 2.1. Kebudayaan Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, karena manusia memiliki akal dan budi (pikiran dan perasaan) yang mereka gunakan untuk bertahan hidup. Kebudayaan merupakan suatu pedoman atau suatu dasar bagi manusia dalam melakukan suatu tindakan. Kebudayaan merupakan pedoman dasar bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari untuk bertindak mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan itu dikonseptualisasikan oleh anggota masyarakat sebagai pedoman tentang apa yang seharusnya diketahui, bagaimana sesuatu itu diperlukan, dan apa saja yang seharusnya diwariskan kepada generasi selanjutnya (Sulasman, 2013: 94). Kebudayaan merupakan hasil pemikiran dari manusia yang dapat diwariskan untuk generasi masa depan, berikut merupakan pengertian kebudayaan menurut beberapa ahli, diantaranya: Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990: 180). Manusia adalah inti kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan proses perkembangan manusia itu, di dalam dunia, di dalam sejarah. Kebudayaan adalah segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran, kemauan, serta perasaan manusia, dalam rangka perkembangan kepribadiannya, perkembangan hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (Moertopo, 1978: 5) Menurut Selo Soemardjan dalam Supangkat (2014: 14), kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta suatu masyarakat. Kebudayaan bisa digolongkan dalam kebudayaan material dan non material. 8

Kebudayaan material adalah hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang kasat mata, misalnya mumi, candi dan sebagainya. Sedangkan kebudayaan non material adalah hasil karya, rasa dan cipta masyarakat seperti bahasa, kesenian, dongeng, musik dan sebagainya. Dalam proses perkembangannya, kebudayaan telah melalui beberapa fase atau tahap. Tahap-tahap inilah yang kemudian disebut Perseun sebagai strategi kebudayaan. Menurut Peursen (1976: 18), terdapat tiga tahap dalam perkembangan kebudayaan, antara lain: a. Tahap Mitis, yaitu sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib sekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan kesuburan seperti dipentaskan dalam mitologi-mitologi yang dinamakan bangsa-bangsa primitif. b. Tahap Ontologis, yaitu sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan kekuasaan mitis, melainkan yang secara bebas ingin meneliti segala hal ihwal. Manusia mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang dulu dirasakan sebagai kepungan. c. Tahap fungsional, yaitu sikap dan alam pikiran yang makin Nampak dalam manusia modern, ia tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungannya (sikap mitis), ia tidak lagi dengan kepala dingin ambil jarak terhadap objek penyelidikannya (sikap ontologis), namun manusia ingin mengadakan relasi-relasi baru, suatu kebertautan yang baru terhadap segala sesuatu dalam lingkungannya. Dewasa ini manusia telah memposisikan diri pada tahap fungsional, manusia lebih modern yaitu dengan keterbukaan pemikiran mereka, serta luasnya jaringan atau hubungan dengan sesama yang telah mereka bangun. 2.2. Kelompok Pada dasarnya manusia adalah mahluk individu yang juga mahluk sosial, karena cenderung hidup mengelempok dan membentuk satu satuan kehidupan yang saling berinteraksi satu sama lain. Kelompok biasanya 9

terbentuk dari beberapa (kumpulan) individu yang memiliki tujuan dan minat (hobby) terhadap sesuatu yang sama. Menurut Ibrahim (2003: 64), kelompok adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama atau sejumlah orang yang mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama; hubungan-hubungan yang diatur oleh normanorma; tindakan-tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan peranan (role) masing-masing dan antara orang-orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama lain, kemudian Bierstedt dalam Sunarto (2004, 125-126), Bierstedt menggunakan tiga kriteria untuk membedakan jenis kelompok, yaitu ada tidaknya organisasi, hubungan sosial diantara anggota kelompok, dan kesadaran jenis. Berdasarkan kriteria tersebut Bierstedt kemudian membedakannya menjadi empat jenis kelompok: a. Kelompok asosiasi, yaitu jenis kelompok jenis ketiga yang memenuhi kriteria tersebut di atas. Dalam jenis kelompok ini para anggotanya mempunyai kesadaran jenis, pada kelompok ini dijumpai persamaan kepentingan pribadi (like interest) maupun kepentingan bersama (common interest). Di samping itu di antara para anggota kelompok asosiasi kita jumpai adanya hubungan sosial, adanya kontak dan komunikasi. Selain itu para anggota dijumpai adanya ikatan organisasi formal. b. Kelompok sosial, yaitu kelompok jenis kedua merupakan kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lain tetapi tidak terikat dalam organisasi. c. Kelompok kemasyarakatan, kelompok jenis ketiga merupakan kelompok yang hanya memenuhi satu persyaratan, yaitu kesadaran akan persamaan diantara mereka. Di dalam kelompok jenis ini belum ada kontak dan komunikasi di antara anggota, dan juga belum ada organisasi. 10

d. Kelompok statistik, merupakan kelompok yang tidak memenuhi ketiga kriteria tersebut di atas, kelompok yang merupakan bukan organisasi, tidak ada hubungan sosial antar anggota dan tidak ada kesadaran jenis. 2.3. Interaksi Sosial Interaksi menjadi salah satu hal yang paling penting bagi manusia sebagai makhluk sosial. Interaksi sosial merupakan komponen utama dalam kehidupan bersosial. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu yang satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik (Walgito, 2003: 65). Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam suatu kelompok pasti terbentuk pola-pola interaksi sosial, baik antar anggota (individu dengan individu), anggota dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok, pola-pola interaksi inilah yang mempengaruhi hubungan, status, bahkan struktur sosial seseorang atau kelompok. Interaksi sosial terwujud dalam berbagai bentuk, sesuai dengan tujuan dan akibat dari interaksi sosial tersebut, menurut Soekanto (1982) dalam Wiloso (2010: 27), bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan (competition), bahkan juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Menurut Soekanto (2014: 65), pokok interaksi sosial terbagi atas dua proses, yaitu : 1. Proses Asosiatif, terdiri atas; a. Kerjasama (cooperation), timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok yang lain, meliputi lima bentuk; kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolongmenolong; bargaining (pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua kelompok atau lebih); cooptation (proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu kelompok 11

sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas kelompok yang bersangkutan); coalition (kombinasi antara dua kelompok atau lebih yang memiliki kesamaan tujuan); joint venture (kerja sama dalam pengadaan proyek-proyek tertentu). b. Akomodasi, yaitu menunjuk pada suatu keadaan dan suatu yang menunjuk pada proses, bentuknya; coercion (suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan; compromise (dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada; arbitration (suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri; meditation (dengan mendatangkan pihak ketiga yang netral dala perselisihan yang ada; conciliation (suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan yang ada demi mencapai persetujuan bersama; toleration (suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya; stalemate (pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam pertentangannya; adjudication (yaitu penyelesaian perkara di pengadilan). c. Asimilasi, suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha dengan mengurangi perbedaanperbedaan yang terdapat antara individu atau kelompok dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. 2. Proses Disosiatif a. Persaingan (competition), interaksi yang dilakukan individu maupun kelompok sosial yang saling bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara 12

menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan. b. Kontravensi (Contravention), merupakan proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian, kontravensi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsure-unsur kebudayaan golongan tertentu. Bentuknya; penolakan, perlawanan; menyangkal pernyataan orang lain didepan umum; penghasutan; berkhianat; mengejutkan lawan. c. Pertentangan (conflict), merupakan bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang berusaha mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau tindakan kekerasan. 2.4. Identitas Budaya Kebudayaan dapat mempengaruhi dan membentuk sebuah identitas bagi seseorang, suatu kelompok, atau bahkan suatu wilayah. Setiap wilayah pasti memiliki kebudayaan yang berbeda dengan masing-masing ciri khas yang mereka tampilkan, sehingga hal tersebut muncul menjadi suatu identitas budaya bagi suatu wilayah. Menurut Jameson (2007: 207-208), identitas budaya merupakan suatu hasil (output) dari suatu kebudayaan Identitas budaya mengacu pada pengertian individu yang berasal dari keanggotaan formal atau informal dalam kelompok yang meneruskan dan menanamkan pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap, tradisi dan cara hidup. Perhatian identitas budaya adalah mengenai apa yang telah dipelajari seseorang di masa lalu dan bagaimana mereka menggunakannya untuk mempengaruhi masa depan, sedangkan menurut Liliweri (2007: 87), Identitas budaya merupakan ciri yang ditunjukkan seseorang karena orang itu merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik tertentu, itu meliputi pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, keturunan dari suatu kebudayaan. Dengan demikian, dapat dikatakan 13

identitas budaya merupakan label yang diterima oleh seseorang, kelompok atau suatu wilayah atas ciri khas budaya yang dimilikinya. Faktor-Faktor yang mempengaruhi identitas budaya, secara teoritis pembentukan identitas merupakan pemberian makna dari (self-meaning) yang ditampilkan dalam relasi antarmanusia. Identitas budaya dikembangkan melalui proses yang meliputi beberapa tahap antara lain (Liliweri, 2007: 82-86): a. Identitas Budaya Yang Tidak Disengaja Pada tahap ini, identitas budaya terbentuk secara tidak disengaja atau tidak disadari. Individu terpengaruh oleh tampilan budaya dominan hanya karena individu merasa budaya milik individu kurang akomodatif, lalu individu tersebut ikut-ikutan membentuk identitas baru. b. Pencarian Identitas Budaya Pencarian identitas budaya meliputi sebuah proses penjajakan, bertanya, dan uji coba atas sebuah identitas lain. Agak berbeda dengan identitas yang diwariskan dan dipelajari oleh generasi berikutnya secara tanpa sadar, cultural identity search membutuhkan proses pencarian identitas budaya, pelacakan, dan pembelajaran budaya. c. Identitas Budaya Yang Diperoleh Yang selanjutnya adalah cultural identity achievement, yaitu sebuah identitas yang dicirikan oleh kejelasan dan keyakinan terhadap penerimaan diri individu melalui internalisasi kebudayaan sehingga budaya tersebut membentuk identitas individu. d. Konformasi: Internalisasi Proses pembentukan identitas dapat diperoleh melalui internalisasi yang membentuk konformasi. Jadi proses internalisasi berfungsi untuk membuat norma-norma yang individu miliki menjadi sama (konformasi) dengan norma-norma yang dominan, atau membuat norma yang individu miliki berasimilasi kedalam kultur dominan. 14

Ditahap inilah makin banyak orang melihat dirinya melalui lensa dari kultur dominan dam bukan dari kultur asal. e. Resistensi dan Separatisme Resistensi dan separatisme adalah pembentukan identitas sebuah kultur dari sebuah komunitas tertentu (yang kadang-kadang merupakan komunitas minoritas dari sebuah suku bangsa, etnik, bahkan agama) sebagai suatu komunitas yang berperilaku eksklusif untuk menolak norma-norma kultur dominan. f. Integrasi Pembentukan identitas dapat dilakukan melalui integrasi budaya, dimana seseorang atau sekelompok orang mengembangkan identitas baru yang merupakan hasil dari integrasi pelbagai budaya dari komunikasi atau masyarakat asal. 15

2.5. Kerangka Teori PAGUYUBAN DRUMBLEK SALATIGA Interaksi sosial Proses asosiatif Kerjasama (Cooperation) Bargaining Cooptation Coalition Pertentangan (conflict) Interaksi sosial Proses disosiatif Persaingan (competition) Kelompok Drumblek Kelompok Drumblek Kelompok Drumblek Kelompok Drumblek Identitas kesenian Kota Salatiga Bagan 1. Kerangka Berpikir 16

Paguyuban Drumblek Salatiga (PDS) terdiri dari kelompokkelompok Drumblek. Dalam pemetaan kerangka di atas, strategi yang digunakan PDS untuk membangun sebuah identitas budaya adalah interaksi sosial (Soekanto, 1982), yang didalamnya terjadi kerjasama (cooperation) baik antar individu, individu dengan kelompok, maupun antar kelompok satu dengan kelompok lain. Selanjutnya ada persaingan (competition), dan tidak menutup kemungkinan akan terjadinya konflik atas persaingan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggambarkan bagaimana strategi PDS dalam mengelola interkasiinteraksi sosial yang terjadi antar kelompok dalam paguyuban tersebut, sehingga menjadi sebuah identitas budaya bagi kota Salatiga. 17