BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1. Pengertian Pariwisata Secara etimologi, kata pariwisata yang berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri dari dua suku kata, yaitu: - Pari, berarti banyak, keliling, berputar-putar, berkali-kali. - Wisata, berarti perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam bahasa Inggris. Berdasarkan dasar tersebut, pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain dan kembali ke tempat semula. Pengertian pariwisata menurut UU Nomor 9 tahun 1990 pada bab 1 pasal 1, bahwa kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut kepariwisataan. Beberapa pendapat para pakar pariwisata mengenai definisi pariwisata antara lain : 1. Herman V. Schulalard (ahli ekonomi bangsa Austria) menyatakan bahwa kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian, yang secara langsung berhubungan dengan masuknya dan adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk kota, daerah atau negara.
2. Prof. Kurt Morgenroth menyatatakan kepariwisataan, dalam arti sempit, adalah lalu lintas orang-orang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu, untuk berpesiar di tempat lain, semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian dan kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan budayanya atau keinginannya yang beraneka ragam dari pribadinya. 3. Menurut Salah Wahab (1975 : 5) mengemukakan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektorsektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi. Dari beberapa pengertian mengenai pariwisata yang dikemukakan oleh para ahli terdapat beberapa faktor penting yang mau tidak mau harus ada dalam batasan suatu definisi pariwisata, yaitu: a) Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu. b) Perjalanan itu, dilakukan dari suatu tempat ke tempat lainnya. c) Perjalanan itu, walaupun apa bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi. d) Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut.
2.2.Objek dan Daya tarik Wisata Dalam Undang-Undang No 9 / 1990 tentang kepariwisataan yang dimaksud dengan objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Dalam bahasa Inggris istilah objek dan daya tarik wisata ini disebut Attraction yang berarti segala sesuatu yang memiliki daya tarik, baik benda yang berbentuk fisik maupun non fisik. Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata yang meliputi : 1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka. 2. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan. 3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempattempat ziarah dan lain-lain. Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu : a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.
b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana. c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleholeh. Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan pada: 1) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih. 2) Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3) Adanya ciri khusus/ spesifikasi yang bersifat langka. 4) Adanya sarana / prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. 5) Objek wisata alam mempunyai daya taik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya. 6) Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
2.3. Pengertian Industri Pariwisata Tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia terlihat dengan jelas dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969, khususnya Bab II Pasal 3, yang menyebutkan Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahtraan masyarakat dan Negara (Yoeti, 1996: 151). Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut, dikatakan bahwa tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia adalah: 1) Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja, dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri-industri sampingan lainnya. 2) Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. 3) Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional. Dalam tujuan di atas, jelas terlihat bahwa industri pariwisata dikembangkan di Indonesia dalam rangka mendatangkan dan meningkatkan devisa negara. Pariwisata dikatakan sebagai industri, karena di dalamnya terdapat berbagai aktivitas yang bisa menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Akan tetapi, makna industri di sini bukan sebagaimana pengertian industri pada umumnya yaitu adanya pabrik atau mesin-mesin yang besar atau kecil yang penuh dengan asap. Industri pariwisata tidak seperti pengertian industri pada umumnya, sehingga industri pariwisata disebut industri tanpa asap. Ada beberapa pengertian tentang industri pariwisata, antara lainnya sebagai kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasajasa (goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalanannya, (Yoeti, 1983:140).
Pengertian tentang industri pariwisata yang lainnya adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian (Kusudianto, 1996). Pengertian lain yang sejalan dengan uraian di atas tentang industri pariwisata adalah yang dikemukakan oleh Damardjati yang dikutip oleh Sihite (2000:54). Menurutnya, industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai macam yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk/jasa-jasa/layanan-layanan atau services, yang nantinya baik secara langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanannya. Hunzike dari Bern University meberikan rumusan tentang industri pariwisata sebagai berikut industri pariwisata merupakan seluruh kegiatan bisnis yang menggabungkan berbagai macam hasil produksi, keuntungan dari barang dan jasa dari pembawaan yang khusus pada wisatawan. G. A. Schmoll dalam bukunya Tourism Promotion memberi batasan industri pariwisata berikut : industri pariwisata merupakan pemusatan industri yang terdiri dari perusahaanperusahaan yang berbeda, baik dalam ukuran, lokasi, jenis organisasi, pemberian pelayanan, dan cara yang digunakan dalam memasarkannya. Batasan lain diberikan oleh L.J Lickorish dan A.C. Kershaw dari British Travel Associatoin (B.T.A) yang merumuskan industri pariwisata dengan agak terperinci, yaitu sebagai berikut : industri pariwisata ialah keseluruhan para penjual produk wisata yang mana bersama-sama memberikan kepuasan kepada wisatawan. Industri pokok, melayani dalam hal transportasi, penginapan dan makanan serta persiapan perjalanan ( Travel agent, Tour operator, dan lainnya).
Industri tambahan, industri pariwisata yang menyediakan sovenir serta kebutuhan lainnya, hiburan, ansuransi, pelayanan bank dan lainnya. Juga termasuk dalam kelompok penyedia pada industri pokok pariwisata, keperluan masyarakat, dan industri yang menangani promosi pariwisata, agent periklanan dan konsultan jasa pelayanan pada industri pariwisata lainnya. Batasan terakhir yang akan dikemukakan adalah batasan yang dirumuskan oleh Krippendorf, yaitu sebagai berikut industri pariwisata merupakan wujud dari seluruh kegiatan yang mana menyediakan barang-barang pelayanan berbagai macam jenis kebutuhan yang tepat bagi kepuasan wisatawan dan melakukan hubungan dalam perjalanan biasa dari semua kegiatan mereka. Itu tidak berhubungan apapun dengan industri yang menyediakan pelayanan yang berkebihan, lebih banyak atau hanya sesekali saja kepada para wisatawan. 2.4. Produk Industri Pariwisata Pada umumnya yang dimaksudkan dengan produk dalam ilmu ekonomi adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Dalam pengertian ini ditekankan bahwa tujuan akhir dari suatu proses produksi tidak lain adalah suatu barang (produk) yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produk pariwisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial/ psikologis) dan jasa alam. Ciri-ciri suatu produk pariwisata 1. Hasil atau produk pariwisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam penjualannya tidak mungkin produk itu dibawa kepada konsumen. Sebaliknya, konsumen (wisatawan) yang harus dibawa ke tempat dibmana hasil atau produknya dapat dipindahkan ke mana barang tersebut diperlukan oleh konsumen.
2. Produksi atau konsumsi terjadi pada tempat dan saat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk/jasa maka tidak akan terjadi produksi. 3. Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik tetapi menggunakan standar pelayanan yang didasarkan atas suatu kriteria tertentu. 4. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya. 5. Hasil atau produk pariwisata itu banyak tergantung pada tenaga kerja manusia dan hanya sedikit yang menggunakan mesin. 6. Prodik pariwisata merupakan usaha yang mengandung risiko besar. Jadi pada hakikatnya definisi produk pariwisata adalah Keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula (Suwantoro, 1997 : 49). Adapun produk-produk ataupun jasa-jasa tersebut adalah sebagai berikut: 1. Biro Perjalanan Wisata Memberikan informasi tentang objek wisata yang berada di suatu daerah, dan mengurus dokumen-dokumen perjalanan, serta mengatur rencana perjalanan dan kegiatan-kegiatan dari perjalanan lainnya. 2. Transportasi darat, laut dan udara. Memberikan pelayanan kepada wisatawan berupa alat transportasi yang membawanya ke daerah-daerah yang telah dipilihnya. 3. Jasa-jasa pelayanan dari perhotelan / akomodasi, bar, restoran, fasilitas-fasilitas lainnya.
4. Jasa-jasa transportasi lokal (bus, taksi, coach) dalam melakukan city sight seeing atau excursion pada objek wisata dan atraksi wisata lainnya. 5. Objek wisata atau atraksi yang terdapat di daerah tujuan wisata sebagai daya tarik agar orang berkenan berkunjung ke daerah tujuan wisata tersebut. 6. Jasa-jasa souvenir shop dan handicraft serta shoping center, tempat wisatawan belanja atau membeli buah tangan yang akan dibawa pulang oleh wisatawan. 7. Perusahaan pendukung, seperti penjual past card, perangko, money changer, bank, dan lainnya. Produk industri pariwisata terdiri dari berbagai macam produk antara lain : A. Produk nyata (Tangible Product). Prasarana pariwisata (infrastructure) seperti jalan, pelabuhan udara dan laut, telekomunikasi, dan lainnya. Sarana pariwisata (superstructure) seperti hotel, restorant, alat transportasi, dan lainnya. Objek dan daya tarik wisata seperti sumber daya alam, budaya, sejarah beserta atraksi-atraksinya. B. Produk tidak nyata (Intangible Product). Service (pelayanan) yaitu sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam teknik pelayanan. Sapta pesona.