BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan hanya satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Mutu

BAB II LANDASAN TEORI. dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

BAB III LANDASAN TEORI. kekurangan informai, dan kebenaran parsial (Akadiri et al. 2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses permohonan Sertifikat Badan Usaha (SBU). Kualifikasi Usaha Jasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses yang besar, yang melibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan proyek konstruksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara

BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339/KPTS/M/2003

BAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi

Adapun model dokumen pengadaan dimaksud kami lampirkan dengan surat ini.

PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA PEMBORONGAN BERDASARKAN KEPPRES NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN KEPMEN KIMPRASWIL NOMOR 339/KPTS/M/2003 * Edy Sriyono **

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339 /KPTS/M/2003

SURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006

2 Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 64); 2. Peraturan Pemerintah Nomor

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

PROSES PENENTUAN KONTRAKTOR PADA PROYEK KANTOR BERSAMA SAMSAT KOTA SUKABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA DI BIDANG JASA KONSTRUKSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

1 JDIH Kementerian PUPR

MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kontraktor di Indonesia sekitar Jumlah ini lebih

MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor : 339 /KPTS/M/2003

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MENURUT KEPPRES NO 18 TAHUN 2000

eksplorasi sebesar US$ 3,84 miliar, administrasi US$ 1,6 miliar, pengembangan US$

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

lelang, melakukan lelang, sampai tanda tangan kontrak untuk menangani

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan pencapaian tujuan/sasaran proyek pada umumnya.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH KUALIFIKASI KONTRAKTOR TERHADAP KUALITAS PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang

LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 4 Tahun 2008 TANGGAL : 4 Pebruari 2008 BAB I PENGORGANISASIAN KEGIATAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. banyak pihak yang terlibat di dalamnya, seperti pemberi tugas (bouwheer), pemborong,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Sistematika Penelitian...

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam merencanakan harga suatu proyek, perusahaan. transaksi dalam hal ini adalah antara owner dan kontraktor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURAT EDARAN Nomor.02/SE/M/2007. Perihal : Penyelenggaraan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2007

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

SURAT EDARAN NOMOR : 03/SE/IJ/2006

ANALISIS BIAYA LELANG PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI DI LINGKUNGANGAN PEMDA KABUPATEN MOROWALI

BAB I PENDAHULUAN. dari hari ke hari. Oleh karenanya strategi menentukan harga penawaran menjadi

O H T UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA

BAB II STUDI PUSTAKA

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR : 11 a TAHUN 2008 TENTANG REGISTRASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI. JAKARTA, Januari 2008

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PELELANGAN (AANWIJZING) Nomor. W23.U/003-FSKR/PL.08/V/2013

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, kinerja dalam pelaksanaan proyek menjadi perhatian

PROSEDUR PENANGANAN KONTRAK KRITIS, PEMUTUSAN KONTRAK (TERMINASI) No. Dokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di

ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO KONTRAK LUMPSUM DAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus Kontraktor di Kota Samarinda Kalimantan Timur)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang

BAB II LANDASAN TEORI. tugas akhir ini. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran, guna menunjang

BAB I PENDAHULUAN. guna meneruskan cita-cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan peningkatan. dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN GUNAWANGSA MERR SURABAYA


Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrak Kontrak merupakan kesepakatan antara pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa untuk melakukan transaksi berupa kesanggupan antara pihak penyedia jasa untuk melakukan sesuatu bagi pihak pengguna jasa, dengan jumlah uang sebagai imbalan yang terbentuk dari hasil negoisasi dan perundingan antara kedua belah pihak. Dalam hal ini kontrak harus meiliki dua aspek utama yaitu saling menyetujui dan ada penawaran serta penerimaan (Sutadi,2005) 2.2. Pengertian Risiko Pada setiap kegiatan usaha temasuk usaha jasa kontruksi akan selalu muncul dua kemungkinan yaitu adanya peluang memperoleh euntngan dan risiko mederita kerugian baik secara lagsung maupun tidak langsung. Secara sederhana risiko dapat berarti kemungkinan akan terjadinya akibat buruk atau akibat yang merugikan. Dalam perspektif kontaktor risiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu keadaan/peristiwa/kejadian dalam proses kegiatan usaha yang dapat berdampak negatif terhadap pencapaian sasaran usaha yang telah ditetapkan (Asiyanto,2005). Risiko hanya boleh diambil bilamana potensi manfaat dan kemungkinan keberhasilannya lebih besar dari pada biaya yang diperlukan untuk menutupi kegagalan yang mungkin terjadi. Dalam hubungannya dengan proyek, maka risiko 5

6 dapat diartikan sebagai dampak komulatif terjadinya ketidakpastian yang berdampak negatif terhadap sasaran proyek (soeharto,2001) 2.3. Identifikasi Risiko dan Level Risiko Identifikasi risiko adalah suatu proses pengkajian risiko dan ketidakpastian yang dilakukan secara sistematis dan terus-menerus. Risiko pada proyek biasanya diklasifikasikan lagi berdasarkan potensi sumber risiko dan dapat pula berdasarkan dampak terhadap sasaran proyek. Pendekatan yang digunakan dalam melakukan identifikasi risiko ini adalah dengan cause and effect, yaitu dengan menganalisis (soeharto, 2001) Menurut Flanagan (Kristinayanti,2005), kerangka dasar langkah-langkah untuk melakukan pengambilan keputusan terhadap risiko adalah : Identifikasi Risiko Klasifikasi Risiko Analisis Risiko ----------------------------- Perlakuan Risiko Respons Risiko Gambar 2.1 Kerangka Umum Manajemen Risiko (Sumber : Flanagan et al.,1993(dalam Kristiyanti,2005))

7 2.4. Respons Terhadap Risiko Dalam menangani risiko seringkali kontraktor menggunakan instiusi yag di dasarkan kepada pengalamandan penilaiannya.al-bahar (1990) menyatakan bahwa dengan cara intiusi, kontraktor tidak dapat mengukur ketidakpastian dan menganalisis risiko yang ada pada suatu proyek secara sistematis. Kalaupun kontraktor dapat menilai suatu risiko dengan cara ini, dampak potensial yang berhubungan degan risiko tersebut tidak data dievaluasi. Penanganan risko secara sistematis adalah dengan menerapkan siste manajemen risiko (Flanagan,1993:Al- Bahar,1990). Metoda yang digunaka dalam menangani risiko tersebut menurut Flanagan (1993) adalah sebagai berikut : Penghindaran Risiko Penghindaran risiko dapat dilakukan dengan cara tidak mekakukan kegiatan yang mengandung risiko tersebut. Pengurangan Risko Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi risiko, yaitu yang pertama dengan megurangi kemungkina terjadinya risiko tersebut dan yang kedua dengan mengurangi dampak kerugian yang di timbulkan oleh risiko tersebut. Penahanan Risiko Penahanan risiko biasanya lebih cocok diaplikasikan pada risikorisiko tergolong kecil dan kejadiannya berulang. Penahanan ini

8 dilakukan dengan mempersiapkan biaya atau sesatuuntuk mengatisipasi terjadinya risiko tersebut. Pembagian Risiko Pembagian risiko bertujua untuk membagi risiko yang timbul dengan pihak lain sehingga kerugian tidak terlau besar. Dalam hal ini, kontrak konstruksi merupakan suatu bentuk pembagian risiko antara owner dan kotraktor ataupun bentuk kerjasama lain. Pengalihan Risiko Pengalihan risiko adalah cara menangulangi risiko denganmengalihkan kepada pihak lain seperti asuransi, jaminan. 2.5. Kontraktor Kontraktor didefinisikan sebagai orang atau badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pekerjaan sesuai yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat syarat yang ditetapkan (ervianto,2005). Adapun hubungan kerja yang terjadi antara kontraktor dengan pemilik proyek dan konsultan (Ervianto, 2005) : 1. Kontraktor dengan pemilik proyek terkait berdasarkan kontrak yang dimana kontraktor memberikan jasa profesionalnya yang direalisasikan berupa bangunan sebagai realisasi dari kemauan pemilik proyek yang sudah dituangkan dalam bentuk gambar rencana dan disertai dengan peraturan-

9 peraturan yang telah ditetapkan oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek sebagai pemberi biaya jasa profesional kontraktor. 2. Konsultan dengan kontraktor, ikatan yang terjalin berdasarkan peraturan pelaksanaan. Konsultan sebagai pemberi gambar rencana dan peraturan beserta syarat-syarat, kemudian kontraktor sebagai pelaksana yang bertugas merealisasikan gambar kerja yang ada menjadi sebuah bangunan. 2.6. Karakteristik Kontraktor Dalam Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11 Tahun 2006 Penggolongan kualifikasi badan usaha jasa pelaksanaan konstruksi didasarkan pada Kriteria tingkat kompetensi dan potensi kemampuan usaha terdiri kecil, menengah dan besar. Kemampuan melaksanakan pekerjaan berdasarkan kriteria risiko dan kriteria penggunaan teknologi. Penggolongan kualifikasi usaha jasa konstruksi dibagi dalam gred yaitu : 1. Kontraktor dengan kualifikasi usaha kecil terdiri dari : a. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred-2 adalah (1) Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan (2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-300 juta (3) Memiliki kekayaan bersih 50-600 juta (4) Penanggung jawab badan usaha satu orang (5) Penanggung jawab teknik satu oran, berpendidikan S1, bersertifikat ketrampilan kerja pengalaman 2 tahun.

10 (6) System pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau penunjukan langsung. (7) Criteria risiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaanya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli. b. Karakteristik kontraktor dengan klasifikasi gred-3 adalah (1) Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan (2) Dapat menegerjakan proyek dengan nilai 0-600 juta (3) Memiliki kekayaan bersih 100-800 juta (4) Penanggung jawab badan usaha satu orang (5) Penganggung jawab teknik satu orang, berpendidikan S1, bersertifikat ketrampilan kerja pengalaman lima tahun (6) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau penunjukkan langsung Kriteria risiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli c. Karakteristik Kontraktor dengan kuaifikasi gred-4 adalah (1) Dapat menerjan 3 tiga paket pekerjaan (2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-1 miliar (3) Memilik kekayaan bersih 400 juta 1 miliar (4) Penangung jawa badan usaha satu orang

11 (5) Penangung jawab teknik satu orang berpendidika S1, bersertifikat ketrampilan kerja pengalaman 10 tahun (6) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau penunjukkan langsung (7) Kriteria risiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli. 2. Kontraktor dengan kualifikasi usaha menengah adalah kontraktor dengan kualifikasi gred-5 dengan karakteristik sebagai berikut : a. Dapat mengerjakan 5 (lima) paket pekerjaan b. Dapat mengerjakan proyek dengan nilai> 1 miliar 10 miliar c. Mempunyai kekayaan bersih 1 miliar 10 miliar d. Memiliki penanggung jawab badan usaha satu orang e. Memiliki penanggung jawab teknik satu orang, berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal dua tahun f. Penanggung jawab bidang satu orang, berpendidikan S1,bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal dua tahun g. Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum,pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau penunjukkan langsung h. Kriteria risiko sedang dan teknologi madya, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya dapat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan sedikit peralatan berat serta memerlukan sedikit tenaga ahli

12 i. Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha kecil minimum 3 (tiga) paket pekerjaan dalam tujuh tahun terakhir. 3. Kontraktor dengan kualifikasi usaha besar adalah kontraktor dengan kualifikasi gred-6 dengan karakteristik sebagai berikut : a. Dapat mengerjakan 8 (delapan) paket pekerjaan b. Dapat mengerjakan proyek dengan nilai> 1 miliar 25 miliar c. Mempunyai kekayaan bersih 3 miliar 25 miliar d. Memiliki penanggung jawab badan usaha satu orang, e. Memiliki penanggung jawab teknik satu orang, berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal lima tahun f. Penanggung jawab bidang satu orang, berpendidikan S1,bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal lima tahun g. Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum,pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau penunjukkan langsung h. Kriteria risiko tinggi dan teknologi tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya berisiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan banyak peralatan berat serta memerlukan banyak tenaga ahli dan tenaga terampil Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha menengah minimum 3 (tiga) paket pekerjaan dalam tujuh tahun terakhir i. Memiliki organisasi badan usaha, memiliki divisi terpisah untuk perencanaan, operasional, keuangan dan administrasi personalia.

13 4. Karakteristik kontraktor dengan kualifaksi usaha besar termasuk badan usaha asing yang membuka kantor perwakilan adalah a. Dapat mengerjakan 8 (delapan) atau (1,2 N) N = jumlah paket sesaat. b. Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 miliar tak terbatas Mempunyai kekayaan bersih 10 miliar sampai dengan tak dibatasi Memiliki penanggung jawab badan usaha satu orang c. Memiliki penanggung jawab teknik satu orang, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal delapan tahun d. Penanggung jawab bidang satu orang, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal delapan tahun. e. Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum,pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau penunjukkan langsung f. Kriteria risiko tinggi dan teknologi tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya berisiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan banyak peralatan berat serta memerlukan banyak tenaga ahli dan tenaga terampil g. Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha besar minimum 3 (tiga) paket pekerjaan dalam tujuh tahun terakhir h. Memiliki organisasi badan usaha, memiliki divisi terpisah untuk perencanaan, operasional, keuangan dan administrasi personal. i. Badan usaha yang memiliki sertifikat ISO.

14 2.7. Subkontraktor Sub kontraktor menurut pengertiannya adalah kontraktor yang menerima pekerjaan pemborongan dari kontraktor lain yang lebih bonafid. (Syahril 2010) Menurut A.V.Atkinson, 1985, Sub kontraktor dapat dibagi dalam dua kategori yaitu : Subkontraktor Nominated dan Domestic atau subkontraktor pilihan dan sub kontraktor Langganan.Sub kontraktor pilihan adalah yang didapatkan dengan pemilihan berdasarkan seleksi penawaran harga yang paling menguntungkan main kontraktor ataupun yang paling baik dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang akan diberikan kepadanya karena tenaga yang selalu dipakainya adalah tenaga - tenaga pilihan. Sub kontraktor Langganan adalah sub kontraktor yang selalu membantu penyelesaian pekerjaan main kontraktor dan biasa diberi sub pekerjaan dan selalu bertanggung jawab dengan hasil yang memuaskan main kontraktornya. Dalam praktek pemborongan bangunan banyak terjadi adanya beberapa sub kontraktor tersebut yang nampaknya sangat dibutuhkan oleh pemborong besar untuk dapat membantu menyelesaikan pekerjaan pemborongan tersebut menurut bagian- bagian atau bidang- bidang yang telah dibagibagi untuk dikerjakan. Berdasarkan peraturan pemborongan bangunan yang ada sekarang juga dimungkinkan adanya sub kontraktor dalam pekerjaan pemborongan bangunan. Hal tersebut nampak dalam UUJK Nomor 18 tahun 1999 pasal 24 mengenai adanya sub penyedia jasa konstruksi yaitu untuk pekerjaan yang bernilai besar dapat dilaksanakan oleh pemborong ekonomi kuat dengan kemungkinan adanya subkontraktor dari golongan ekonomi lemah.

15 2.8. Dari Segi Mutu Pengendalian mutu proyek sering menjadi kontrol untuk kontraktor sebagai acuan dalam melaksanakan tugas. Pengendalian mutu juga sangat diperhatikan agar kinerja dapat sesuai dengan aturan dan hasil yang didapat dapat menjadikan hasil yang baik, sehingga pengendalian proyek dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Peraturan Menteri PU No. 04/PRT/M/2009 Sistem Manajemen Mutu Departemen Pekerjaan Umum, Bab VI, Pasal 16. Pelaksanaan Kegiatan (1) Setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh unit kerja/unit Pelaksanaan Kegiatan, dan penyedia barang/jasa wajib memiliki dan menggunakan rencana mutu sesuai ketentuan SMM Departemen Pekerjaan Umun. (2) Pelaksanaan dan pengendalian kegitan harus mengacu keadaan rencana mutu secara konsisten. (3) Pemantauan dan pengukuran kinerja harus sesuai dengan remcana mutu yang telah ditetapka untuk menilai keefektifan pelaksaaan kegiatan. (4) Tindakan pecegahan dan perbaikan harus dilakukan apabila terjadi peyimpangan atau ketidaksesuaian untuk mencapai kinerja sesuai rencana mutu yang telah ditetapkan.