BAB II GAMBARAN UMUM BUDAYA ANTRI DI JEPANG 2.1 Pengertian Budaya Antri Seringkali kita mendengar kata antri dimana-mana, di kantor, di sekolah, di kampus, bahkan di rumah makan. Antri menurut Heizer dan Render(2006:418) dalam bukunya Operation Manajemen yang diterjemahkan oleh Setyoningsih dan Almahdy, Antrian adalah orang-orang atau barang dalam sebuah barisan yang sedang menunggu untuk dilayani. Menurut Siagian antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah (satuan) yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas layanan). Dari pengertian antri dari beberapa tokoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa antri adalah sebuah proses dimana seseorang maupun sebuah barang yang berada disebuah garis tunggu untuk mendapatkan pelayanan. Budaya antri adalah kebiasaan dimana seseorang atau sekelompok orang yang berada di garis tunggu untuk mendapat pelayanan. Budaya antri adalah suatu hal dan sifat yang harus ditanam sejak dini, karena pada saat ini kita sering sekali melihat dibeberapa kesempatan masyarakat tidak mau lagi mengantri. Semuanya ingin selalu mendahului dan ingin berada diposisi depan tentu kebiasaan tidak sabar ini bisa membahayakan jika berada dikerumunan orang banyak.contohnya seperti pembagian sembako dibeberapa daerah karena tidak ada yang mau mengantri akibatnya banyak yang menjadi korban terjepit dikerumunan, terinjak-injak, hingga menyebabkan korban tewas 5
akibat kerumunan yang tidak tertib. Hal itu membuat keprihatinan karena mereka berniat untuk mencari sedikit rezeki tetapi berujung dengan suatu musibah.kalau sudah seperti itu lalu dimana sifat menghormati orang lain, dengan suatu hal yang kecil saja misalnya dengan antri dengan begitu kita bisa merasakan bahwa budaya antri ditengah masyarakat mulai pudar. Biasanya orang selalu merasa malas untuk menunggu, seperti membuangbuang waktu. Padahal akan lebih aman jika selalu membiasakan mengantri, dimana pun kita berada. Karena kita akan mendapatkan banyak manfaat, seperti: 1. Belajar manajemen waktu. Jika kita tidak ingin mengantri terlalu panjang, lebih baik datang lebih awal. Dan selalu membiasakan mengatur waktu yang kita punya sedemikian rupa, supaya tidak terburu-buru. 2. Belajar menghormati hak orang lain. Sebagai manusia sekali lagi seharusnya menyadari, hidup di dunia tidaklah sendirian. Setiap orang memiliki haknya masing-masing, dan hak kita pun sama. Semua ingin mendapatkan pelayanan yang layak, sama-sama juga ingin mendapatkan kenyamanan. 3. Belajar disiplin. Kita dapat belajar mendisiplinkan diri atas waktu yang kita punya, sehingga hidup menjadi lebih teratur. 4. Belajar jujur pada diri sendiri dan orang lain. Mungkin terkesan sepele, tetapi seharusnya diterapkan dari hal terkecil. Saat orang lain lebih dulu mengantri, kita harus bersedia berada di belakangnya. Karena kita harus jujur, mereka memang lebih dulu daripada kita. Jujur dalam menerima keadaan. 6
Namun jika kita lihat disuatu masalah pasti ada suatu penyebabnya, selama ini alasan orang tidak mau mengantri misalnya karena terburu-buru ingin mendapatkan sesuatu dan tidak mau didahului oleh orang lain, serta juga karena takut tidak mendapatkan apa-apa tetapi semua itu justru menyebabkan banyak korban jiwa yang berjatuhan. Kehidupan dimasyarakat akan tertib apabila segenap individunya dapat mengendalikan ego dan lebih mementingkan kepentingan bersama ketimbang kepentingan pribadi. Di tengah kehidupan masyarakat juga sudah ada berbagai aturan baik yang bersifat resmi maupun tidak resmi yang berfungsi untuk mengatur perilaku dan tindakan kita. Selain peraturan yang telah ada juga diperlukan kedewasaan dari setiap individu untuk dapat memahami dan menerapkan budaya antri dalam berbagai hal, contohnya misalnya antri dalam pembagian sembako, antri dalam membeli tiket/karcis, atupun dalam mengantri toilet. Aspek-Aspek Budaya Antri Terdapat alasan yang kuat mengapa budaya antri yang baik di negaranegara maju, khususnya negara barat dan Jepang dapat membuat kagum bangsa lain. Hal itu dikarenakan tidak lain karena terdapat aspek-aspek istimewa yang terkandung dalam budaya antri tersebut. Aspek-aspek dalam budaya antri tersebut menunjang kemajuan pola pikir dan kemajuan kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa. Dalam budaya antri mengandung aspek kedisiplinan. Tentu saja dalam antri kita dituntut bersikap disiplin. Tidak ragu terhadap keputusannya dan mantap menjalani antrian. Aspek kedisiplinan juga ditunjang dengan aspek tanggung 7
jawab. Artinya orang antri harus dapat mempertanggungjawabkan posisinya. Mampu mempertahankan posisi dan berusaha keluar dari pengaruh buruk yang dapat sewaktu-waktu terjadi. Selain kedisiplinan dan tanggung jawab, budaya antri juga mengajari kita menjadi dewasa. Dewasa dalam arti kita dibimbing untuk berpikir bahwa masalah tidak benar-benar selesai dengan jalan curang. Kita dipaksa berpikir dewasa bahwa dengan sedikit menunggu dan sedikit belajar, pasti akan datang juga waktunya bagi kita. Dengan kata lain, belajar menjadi dewasa sama dengan memajukan pola pikir dan intelegensi. Selain itu aspek yang lainnya adalah respek. Dalam budaya antri kita diajari untuk toleransi terhadap yang lainnya. Kita harus belajar respek. Dengan adanya respek maka akan muncul perasaan iba dengan penderitaan orang lain. Dengan toleransi maka akan tumbuh perasaan saling memahami bahwa semua dihadapkan dalam kondisi yang sama. Dengan respek pula kita dapat menilai bahwa dengan antrian yang baik maka proses menggapai tujuan akan berjalan lancar. Apabila membicarakan budaya antri maka terasa kurang apabila tidak membahas kesabaran. Antri sangat erat kaitannya dengan kesabaran. Orang yang tidak mau antri maka dapat dikatakan dia orang yang tidak sabar. Dalam hal ini tidak sabar dapat disebabkan oleh berbagai alasan, mungkin karena situasi pikiran yang kondusif, namun bisa juga karena memang sedang dikejar-kejar waktu dan dalam jadwal yang padat. Banyak sekali aspek atau nilai yang dapat kita ambil dari budaya antri. Namun nilai utama dan yang paling utama adalah bahwa budaya antri mengajari 8
kita tentang persamaan. Budaya antri tidak mengenal gender, jabatan, agama, ras atau warna kulit. Budaya antri membuka mata kita bahwa semua orang itu sama, memiliki hak dan kewajiban untuk memperoleh sesuatu, tidak peduli latar belakangnya. Sikap menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi persamaan inilah yang sangat jarang kita temui di negeri tercinta ini. Selain mengajari kita pentingnya memahami persamaan, budaya antri mengajari kita tahap demi tahap. Artinya bahwa dengan antri kita dapat memahami bahwa untuk menggapai sebuah tujuan tidak bisa secara instan. Dalam sebuah antrian ada orang yang berada didepan dan juga berada di belakang. Dalam hidup kita harus melalui rintangan demi rintangan, sedikit demi sedikit, dan dengan kesabaran dan ketekunan yang baik maka kita akan dapat meraih tujuan yang kita inginkan. Namun jangan lupa bahwa ada orang dibelakang kita. Artinya bahwa ada orang yang memiliki hak yang sama namun belum memperoleh kesempatan yang sama dengan kita. 2.2. Sejarah Budaya Antri Di Jepang Negara yang memiliki sebutan Negeri Matahari Terbit ini memiliki nama resmi 大日本帝國 (Dai Nippon Teikoku/Kerajaan Agung Jepang) sampai akhir Perang Dunia II. Sekarang nama resmi Negara ini adalah 日本国 (Nippon Koku/Nihon Koku/Negara Jepang). Kata Nihon/Nippon berarti Negeri Matahari Terbit. Jepang bertetangga dengan Republik Rakyat Tiongkok, Korea dan Rusia. Negara Jepang menggunakan Bahasa Jepang sebagai bahasa resmi mereka. Jepang menggunakan empat jenis huruf; Huruf Kanji; Huruf Hiragana; Huruf 9
Katakan; Huruf Romanji. Huruf kanji jepang mengadaptasi huruf kanji China, tetapi dengan cara baca dan arti yang berbeda. Salah satu hal yang paling orang Jepang banggakan dengan kehidupan di Jepang adalah penduduknya yang sangat disiplin dan tertib ketika mengantri. Hal ini sudah menjadi budaya di Jepang. Di dalam antrian yang sangat panjang sekalipun, tidak ada, atau sangat jarang ditemukan ada yang menerobos antrian. Tidak seperti di Negara-Negara lain yang masih belum tahu bagaimana sistem antrian yang sebenarnya. Semua orang ingin berada di antrian terdepan tanpa memperdulikan orang disekitarnya. Sikap disipilin sudah diajarkan sejak dini di Jepang. Di Sekolah Dasar, siswa di Jepang tidak akan menerima ujian hingga mereka kelas 4. Di tiga tingkat pertama, mereka akan diajarkan tentang pendidikan moral. Mereka akan dididik untuk menjadi pribadi jujur dan disiplin. Antrian adalah salah satu nilai yang ditanamkan di Sekolah Dasar. Menurut pengajar di Jepang, dari antrian akan dapat banyak pelajaran yang didapat yang nantinya akan mempengaruhi ke nilainilai positif lainnya dalam kehidupan sehari-hari.para guru mereka lebih khawatir jika anak-anak didiknya tidak bisa mengantri daripada tidak bisa Matematika. Jika ingin berada dalam antrian terdepan. Mereka harus bangun lebih awal, dan berangkat lebih cepat. Hal ini juga jadi salah satu alasan kenapa orang Jepang tepat waktu.saat berada di dalam antrian, pelajaran yang didapat adalah untuk sabar. Menunggu memang salah satu hal yang paling tidak enak, namun mereka sudah dibiasakan untuk bersabar.melalui antrian mereka juga diajarkan untuk menghormati hak orang lain. Orang yang berada di depan mereka dalam antrian 10
berarti mereka datang lebih awal. Menerobos antrian sama saja mengambil hak mereka yang sudah datang lebih cepat. Selain sudah diajarkan untuk disiplin sejak dini, orang Jepang memiliki budaya malu yang sangat tinggi. Bagi mereka, menyelak atau menerobos antrian adalah salah satu hal yang memalukan. Tak perduli masih anak-anak atau sudah berumur, mereka akan tetap disipilin dalam hal mengantri.orang Jepang juga percaya dengan tertib ketika mengantri akan membuat proses antrian menjadi lebih cepat. Dengan antrian yang teratur, tidak akan ada waktu yang terbuang percuma Jika banyak yang menerobos sehingga menimbulkan kekacauan, proses antrian justru akan semakin lama. Orang Jepang sangat tidak suka membuang waktu dengan cuma-cuma.tertib dan disipilin dalam antrian terlihat memang sepele. Namun tanpa disadari, budaya antri yang tertib, jadi salah satu faktor yang mendukung Jepang menjadi negara yang maju. Mengantri salah satu situasi yang membuat semua orang jenuh dan bosan tetapi orang jepang biasanya dapat menyibukan diri dengan membaca buku ataupun membaca surat kabar. karena walaupun sedang mengantri kita pun tidak tertinggal berita dan menambah pengetahuan ataupun menyibukan diri berbincang-bicang dengan orang yang juga ikut mengantri dan kita pun dapat mempunyai banyak teman baru dengan mengantri. Budaya mengantri sangatlah banyak keuntungannya karena dapat merubah kepribadian seseorang. Dengan mengantri kita mendapatkan banyak keuntungan seperti kita lebih sabar, sopan santun, selalu menahan emosi, menghargai orang lain, jujur karena mengantri sesuai urutan yang didapat, mengurangi keegoisan, 11
dapat mengatur waktu, meningkatkan kesadaran akan kepentingan bersama, dapat bersosialisasi dan mendapat pengetahuan baru. 12