FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

ANALISIS BREAK-EVEN POINT SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MEMBANTU DALAM PENENTUAN TARIF PERAWATAN PADA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

Prosedur Penilaian Pasca Sedasi

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan. kesejahteraan diri serta keluarganya (KKI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan operasi sangat beresiko, lebih dari 230 juta operasi mayor

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

BAB III ELABORASI TEMA

FIRMAN FARADISI J

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika (Muttaqin, 2011). dapat menimbulkan komplikasi apabila dibiarkan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB I PENDAHULUAN. Mata adalah system optic yang memfokuskan berkas cahaya pada foto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B DENGAN POST OP HEMOROIDECTOMI DI RUANG MELATI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MUHAMMAD PRABU ARYANDA J

BAB I PENDAHULUAN UKDW. informed consent. Informed consent merupakan proses persetujuan dan pemberian

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN POST-OP SECTIO CAESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu kedokteran saat ini telah berkembang jauh. lebih baik. Dari berbagai tindakan medis yang ada,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

APRILIYANI INDRAWATI J500

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dapat berkembang menjadi kanker. pembedahan ( operasi). Pembedahan memberikan konsekuesi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG VK RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. bagian tubuh untuk perbaikan. Beberapa jenis pembedahan menurut lokasinya

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang. memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

CARA MENGATASI GIGITAN ULAR

BAB I PENDAHULUAN. oksigen (O2). Yang termasuk relaksan otot adalah oksida nitrat dan siklopropane.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan. perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan dalam

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500

BAB I PENDAHULUAN. kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker pembunuh perempuan nomor satu. maka pengobatan yang diberikan adalah kemoterapi (Baradero,2007).

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN POST OPERASI TUR (TRANS URETRA RESECTION) DENGAN SPINAL ANESTESI DI RUANG INAP MAWAR II DAN MAWAR III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh: MUH. HASANUDIN J 220 060 024 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan adalah penyembuhan penyakit dengan jalan memotong, mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anestesi, dirawat inap dan jenis operasi yang dilaksanakan lebih serius daripada operasi kecil. Operasi ini beresiko pada ancaman jiwa. (Long, 1996) Salah satu kasus tindakan pembedahan adalah bedah urologi. Kasus bedah urologi di Amerika kurang lebih 400.000 kasus tiap tahun. Trans Uretral Reseksi (TUR) adalah teknik pembedahan tertutup atau endourologi yang ditemukan oleh Joseph Mc Carthy yang melakukan pembedahan Trans Uretral Reseksi Prostat (BPH), pembedahan TUR sampai sekarang menjadi gold standart yang dilakukan oleh dokter ahli bedah urologi yang kurang lebih 10% adalah harus kasus BPH terjadi sekitar 51% pada pria usia 50 60 tahun, untuk pembedahan Trans Uretral Reseksi (TUR) dapat dilakukan apabila prostat atau penyakit lain misalnya tumor dengan berat kurang dari 60 gram. (Sunaryo, 1996). Berdasarkan data bulan Juni 2006 sampai dengan juni 2007 di RSUD DR Moewardi Surakarta pasien operasi TUR dengan spinal anestesi tercatat sebanyak 232. Jadi tiap bulannya pasien operasi TUR dengan spinal anestesi rata-rata 19 orang. 1 1

2 Dokter ahli bedah urologi sebelum melakukan pembedahan akan bekerja sama dengan dokter ahli anestesi. Masing-masing dokter ahli akan melakukan pemeriksaan secara seksama dan membutuhkan data-data penunjang yang valid sebagai dasar dalam pemberian obat dan teknik tindakan baik pembedahan maupun anestesi. Anestesi adalah pemberian obat dan tindakan yang dilakukan oleh dokter ahli anestesi dalam upaya mengurangi atau menghilangkan rasa sakit saat pasien dilakukan tindakan pembedahan. (Gaston, 1998) Anestesi secara umum dibagi menjadi tiga golongan, yaitu anestesi umum, spinal anestesi atau blok spinal dan anestesi lokal. Spinal anestesi atau blok spinal adalah tindakan penyuntikan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid (canalis spinalis) untuk menghambat impuls nyeri dari suatu bagian tubuh untuk sementara (reversible) dengan cara menghambat hantaran syaraf sensor, fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya namun penderita tetap sadar. (Gaston, 1998) Keuntungan spinal anestesi adalah teknik relatif sederhana, alat-alat yang diperlukan minimal, obat tidak mudah terbakar (non flamabel), frekuensi mual dan muntah lebih sedikit, lebih aman untuk pasien dengan lambung penuh (tidak puasa), beban observasi pasca bedah lebih ringan, tidak ada polusi di kamar operasi, insiden komplikasi terhadap paru-paru lebih rendah. Kerugian spinal anestesi adalah pasien sadar sehingga mendengar pembicaraan team dokter tentang pembedahan yang seharusnya pasien tidak

3 boleh mendengar pembicaraan itu, tangan pasien dapat bergerak bebas dan harus diikat karena dapat mengganggu jalannya pembedahan kadang diperlukan obat penenang, apabila kesadaran pasien dianggap mengganggu jalannya pembedahan, tidak semua dokter ahli bedah menyadari teknik spinal anestesi. Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter ahli anestesi RSUD DR. Moewardi Surakarta bahwa saat ini di RSUD DR Moewardi Surakarta sudah banyak menerapkan teknik spinal anestesi yang kurang lebih 70%, teknik anestesi spinal terutama pada pasien usia 45 tahun keatas atau dengan resiko kardio vaskuler. Berdasarkan observasi penulis bahwa pasien post operasi trans uretral reseksi (TUR) semenjak keluar dari kamar operasi di pasang berbagai peralatan yang sebelumnya tidak ada, peralatan tersebut adalah irigasi NaCl 0,9% yang terus menetes agak cepat yang disambung ke three way cateter untuk membilas bekas luka reseksi trans uretral, cairan yang keluar bersama urin harus keluar lancar mengalir sesuai tetesan irigasi (observasi secara ketat untuk pendarahan yang dapat menyumbat cateter) terpasang alat tensi monitor untuk observasi keadaan umum, posisi tidur semi fowler dan pasien tidak boleh banyak bergerak, pasien sadar tetapi daerah perut ke bawah sampai kaki belum pulih sempurna dari spinal anestesi. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa perawat di ruang mawar II dan Mawar III RSUD DR Moewardi Surakarta beberapa pasien Post operasi TUR dengan spinal anestesi sering mengeluh merasa

4 kurang nyaman karena penunggu pasien lain yang ramai dan tidak mentaati peraturan, keluarga yang kurang tanggap terhadap keadaan dan kebutuhan anggotanya yang sakit, sikap tenaga kesehatan yang kurang menyenangkan pasien dalam memberi pengobatan, peraturan yang harus dipatuhi pasien dalam memberikan pengobatan, alat-alat medis yang dipasang pada pasien dan sebagainya hal tersebut yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien post operasi TUR di RSUD DR Moewardi Surakarta. Menurut Yustinus. S (2006) faktor-faktor yang merupakan pencetus timbulnya kecemasan pasien dalam dua kelompok yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor pencetus yang timbul dari diri pasien yaitu faktor akan kebutuhan makan dan minum, faktor kebutuhan eliminasi BAB dan bak faktor akan peran dan fungsi dalam keluarga, faktor akan fungsi kebutuhan sexual. Faktor keyakinan akan kesembuhan penyakitnya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor pencetus yang timbul oleh lingkungan atau sekitar pasien yaitu faktor peralatan medis yang dipasang pada pasien, faktor peraturan yang harus dipatuhi pasien, faktor pemberian obat faktor biaya pengobatan, dan faktor sikap tenaga kesehatan. Selain itu masih banyak faktor-faktor lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktorfaktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien post operasi TUR di RSUD DR. Moewardi Surakarta.

5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien post operasi TUR dengan spinal anestesi di RSUD DR Moewardi Surakarta?. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu: 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien post operasi TUR dengan spinal anestesi di RSUD DR Moewardi Surakarta. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor eksternal yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien post operasi TUR dengan spinal anestesi yaitu untuk mengetahui : a. Hubungan faktor peralatan medis yang dipasang pada pasien dengan tingkat kecemasan pasien post operasi TUR dengan spinal anestesi. b. Hubungan faktor peraturan yang harus dipatuhi pasien dengan tingkat kecemasan pasien post operasi TUR dengan spinal anestesi. c. Hubungan faktor pemberian obat dengan tingkat kecemasan pasien post operasi TUR dengan spinal anestesi.

6 d. Hubungan faktor sikap tenaga kesehatan dengan tingkat kecemasan pasien post operasi TUR dengan spinal anestesi. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Bagi Instansi RSUD DR Moewardi Surakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan keilmuan bagi tenaga keperawatan atau non keperawatan, dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien kecemasan post TUR dengan spinal anestesi. 2. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teori menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan atau non keperawatan khususnya tentang post operasi TUR dengan spinal anestesi. 3. Bagi Profesi dan Organisasi Keperawatan Diharapkan sebagai salah satu sumber bacaan untuk pengembangan dan peningkatan kualitas keperawatan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien post operasi TUR dengan spinal anestesi. 4. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan, pemahaman dan pendalaman peneliti tentang faktor kecemasan pasien post operasi TUR dengan Spinal anestesi.

7 E. Keaslian Penelitian Penelitian ini berjudul Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien post operasi TUR dengan spinal anestesi di RSUD DR Moewardi Surakarta adalah satu tema penelitian yang sepengetahuan penulis belum pernah ada di instansi RSUD DR Moewardi Surakarta. Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan tema tersebut. Pada tahun 2006 pernah ada penelitian di ruang IBS (Instalasi Bedah Sentral) RSUD DR Moewardi Surakarta oleh Sulistin (2006) tema yang diangkat adalah Hubungan Tingkat Kecemasan dengan profil tekanan darah pada pasien pre operasi TUR of Prostat di Ruang IBS RSUD DR Moewardi Surakarta. Metode penelitian tersebut dilakukan secara deskriptif korelasional. Hasilnya ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan profil tekanan darah pada pasien preoperasi TUR of prostat. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien pot operasi TUR dengan spinal anastesi.