TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi tanaman buah naga daging putih secara lengkap dalam Gunasena et al.

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Naga

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I BUAH NAGA. (Hylocereus undatus) Sumber:

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus: Hylocereus, Perakaran tanaman buah naga umumnya dangkal, berkisar cm.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. ton. Data produksi gula 2013 hanya mencapai ton dengan luas wilayah. penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu (BPS, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman manggis merupakan tanaman tropis yang berasal dari Asia Tenggara,

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonae

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

PENGARUH PERENDAMAN URIN SAPI SEBAGAI ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ALAMI TERHADAP KEBERHASILAN TEK BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L) merupakan bunga potong yang menarik

I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Nenas Nenas merupakan tanaman buah berbentuk semak yang mempunyai nama latin Ananas

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Adapun klasifikasi tanaman buah naga daging putih secara lengkap dalam Gunasena et al. (2007) sebagai berikut; Kingdom : Plantae; Sub Kingdom : Tracheobionta; Super Divisi : Spermatophyta; Divisi : Magnoliophyta; Kelas : Magnoliopsida (Dicotyledon); Ordo : Caryophyllales; Famili : Cactaceae; Sub Famili : Cactoideae; Suku : Hylocereae; Genus : Hylocereus (Berger) Britt & Rose; Species : Hylocereus undatus (Haw.) Britt & Rose. Tanaman yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika selatan bagian utara ini sudah lama dimanfaatkan buahnya untuk konsumsi segar. Jenis dari tanaman ini menrupakan tanaman memanjat. Secara morfologi tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun yang mana hanya memiliki akar, batang dan cabang, bunga, buah serta biji. (Daniel Kristanto, 2009). Tanaman yang termasuk dalam keluarga kaktus ini berasal dari Amerika Tengah, kemudian berkembang di Vietnam, Thailand, Cina Selatan, Malaysia, Indonesia, Australia dan Taiwan. Orang China kuno menganggap buah itu membawa berkah. Dari kebiasaan inilah buah itu di kalangan orang Vietnam yang menganut budaya China, dikenal sebagai buah Thang Loy (buah naga). Thang Loy-nya orang Vietnam ini, oleh orang Eropa dan Negara lain yang berbahasa Inggris dikenal sebagai Dragon Fruit (Triatminingsih, 2009). Perakaran tanaman buah naga bersifat epifit yaitu merambat dan menempel pada batang tanaman lain. Namun, dalam pembudidayaan, media untuk merambatkan batang tanaman buah naga ini dapat digantikan dengan tiang penopang atau kawat. Perakaran buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan genangan yang cukup lama. Perakaran tanaman buah naga tidak terlalu panjang dan terbentuk akar cabang. Dari akar cabang tumbuh akar rambut yang sangat kecil, lembut, dan banyak (Warisno dan Kres, 2009).

Batang tanaman buah naga mengandung air dalam bentuk lendir dan berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Warnanya hijau kebiru-biruan atau ungu. Batang tersebut berukuran panjang dan bentuknya siku atau segitiga. Batang dan cabang ini juga berfungsi sebagai daun dalam proses asimilasi. Itulah sebabnya batang dan cabangnya berwarna hijau. Batang dan cabang mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. (Daniel Kristanto, 2009). Bunga tanaman buah naga berbentuk seperti terompet, mahkota bunga bagian luar berwarna krem dan mahkota bunga bagian dalam berwarna putih bersih sehingga pada saat bunga mekar tampak mahkota bunga berwarna krem bercampur putih. Bunga memiliki sejumlah benang sari (sel kelamin jantan) yang berwarna kuning. Bunga buah naga tergolong bunga hermaprodit, yaitu dalam satu bunga terdapat benangsari (sel kelamin jantan) dan putik (sel kelamin betina). Bunga muncul atau tumbuh di sepanjang batang di bagian punggung sirip yang berduri. Sehingga dengan demikian, pada satu ruas batang tumbuh bunga yang berjumlah banyak dan tangkai bunga yang sangat pendek. (Cahyono, 2009). Buah Naga berbentuk bulat lonjong dengan diameter 10 12 cm, berkulit tebal. Seperti nama sebutannya jenis buah naga daging putih ini mempunyai kulit berwarna merah ketika masak, berjumbai kehijauan dan daging buah berwarna putih dengan biji-biji hitam yang bertebaran. Buah yang masak mempunyai berat rata-rata antara 700 800 gram per buah dengan kadar kemanisan buah sekitar 10-13 briks (Warisno dan Kres, 2009). Biji berbentuk bulat berukuran kecil dengan warna hitam. Kulit biji sangat tipis, tetapi keras. Biji ini dapat digunakan untuk perbanyakkan tanaman secara generatif. Setiap buah terdapat sekitar 1.200 2.300 biji (Kristanto, 2003). Akar tumbuhan buah naga tidak hanya tumbuh di pangkal batang di dalam tanah tetapi juga pada celah-celah batang, yang berfungsi sebagai alat pelekat sehingga tumbuhan dapat melekat atau memanjat tumbuhan lain atau pada tiang penyangga. Akar pelekat ini dapat juga

disebut akar udara atau akar gantung yang memungkinkan tumbuhan tetap dapat hidup tanpa tanah atau hidup sebagai epifit. (Winarsih, 2007). Perakaran tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan genangan yang cukup lama. Kalaupun tanaman ini dicabut dari tanah, ia masih hidup terus sebagai tanaman epifit karena menyerap air dan mineral melalui akar udara yang ada pada batangnya. (Daniel Kristanto, 2009) Syarat Tumbuh Iklim Tanaman buah naga merupakan tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, angin, dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini akan lebih baik bila hidup di dataran rendah antara 0-350 m dpl. Suhu udara yang ideal bagi tanaman buah nga ini antara 26 36 o C dan kelembaban antara 70 90% (Rukmana, 2003). Pada dasarnya tanaman ini mampu bertahan dalam kondisi kering, panas, tanah yang kering serta kondisi dingin. Meskipun demikian kondisi iklim harus tetap diperhatikan dalam budidayanya. Produktivitas tanaman buah naga daging putih ini di daerah tropis seperti di Indonesia akan baik pada tempat dengan suhu antara 20 30 C, dengan suhu maksimum ratarata adalah 38 C. Pada suhu diatas 38ºC kegagalan proses pembungaan akan meningkat, dan pada suhu diatas 40 C tanaman akan mengalami kerusakan. Tanaman ini juga menghendaki penyinaran matahari yang penuh namun jika intensitas penyinaran matahari yang sangat tinggi dalam waktu yang panjang akan menyebabkan tanaman mengalami kehilangan warna, untuk itu kadang kala dibeberapa tempat pembudidayaan diperlukan adanya naungan (Sudarmini, 2005). Tanah

Tanaman buah naga memiliki tipe fotosintesis Crassulacean Acid Metabolism (CAM). Jumlah air yyang dibutuhkan akan tergantung pada tipe tanah. Tanaman ini berasal dari daerah yang memiliki daya pretisipasi kelengasan yang tingga (Marten 2003). Rendahnya jumlah air harian akan lebih menguntungkan daripada jumlah air yang lebih intensif dan banyak. Meski tergolong dalam golongan kaktus, tanaman buah naga memerlukan air lebih banyak dibandingkan dengan tipe kaktus gurun lainnya. Tanaman ini tidak tahan dengan genangan air, sehingga drainase tanah harus lebih baik. Irigasi regular sangat penting karena memungkinkan tanaman untuk memadai cadangan air, tidak hanya umtuk perkembangan bunga, tetapi juga menjamin untuk kebutuhan perkembangan buah (Bellec e al. 2006). Setek Tanaman buah naga daging putih dapat diperbanyak dengan biji dan setek, tetapi untuk skala komersial lebih menguntungkan dengan setek karena tanaman lebih cepat berproduksi. Tanaman buah naga asal bibit setek mulai berbuah pada umur 2 tahun, jika melalui biji masa berbuahnya lebih lama lagi. Bahan setek yang dipakai dapat diambil dari cabang atau sulur yang sudah menghasilkan buah. Pangkasan cabang atau sulur yang sehat ditandai dengan warnanya yang hijau tua, keras, dan berlilin dibagian kulitnya. Selain itu cabang atau sulur yang akan dijadikan sebagai bahan setek sebaiknya berdiameter besar karena akan lebih tahan terhadap serangan penyakit busuk batang. Cabang atau sulur yang telah disiapkan sebagai bibit setek, dipotong sekitar 15 cm, kemudian dibenamkan pada media persemaian yang telah disiapkan. Setelah 3 minggu akan tumbuh akar. Bibit yang telah berumur 3 6 bulan mulai bisa dipindahkan ke lapang (Redaksi-Trubus, 2003). Buah naga ini dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan generatif menggunakan biji sedangkan perbanyakan vegetatif dengan setek cabang/sulurnya. Perbanyakan dengan biji mempunyai keistimewaan yaitu bibit yang diperoleh dalam jumlah

banyak dengan pertumbuhan seragam dan kekar. Namun kelemahannya dibutuhkan waktu yang relatif lama hingga diperoleh bibit yang siap panen (Kristanto, 2003). Perbanyakan secara vegetatif dengan setek mempunyai keuntungan antara lain lebih cepat menghasilkan dibandingkan dengan bibit asal biji. Buah sudah dapat dipanen 6-7 bulan sejak bibit dari setek setinggi 1 meter ditanam (Wijayanti, 2005) atau 2-3 tahun dari setek dengan panjang 30-40 cm ditanam (Soelistyari dan Utomo, 2000 dalam Soelistyari et al., 2006). Namun perbanyakan dengan setek ini mempunyai kelemahan yaitu, terbatasnya bagian tanaman yang bisa disetek. Keadaan tanaman yang sedang berbuah juga tidak dapat dilakukan penyetekan karena buah naga muncul pada sulur-sulur tanaman sehingga tidak mungkin memotong sulur tersebut untuk dijadikan setek (Warisno dan Kres, 2009). Bibit asal cabang harus berasal dari tanaman sehat, tumbuh normal dan telah berbuah. Bibit yang baik berbatang lebih keras hingga lebih tahan penyakit. Standar bibit yang baik berukuran 20 30 cm agar berpotensi memiliki cabang yang lebih banyak, cepat besar dan produksi tinggi. Mengingat kebutuhan bibit yang begitu besar dan dalam batas waktu yang cukup singkat, sedangkan pohon induk yang terpilih tersebut jumlahnya terbatas, maka perlu diusahakan penggunaan bahan setek seefisien mungkin (Nurfadilah, et al. 2012) Benzyl Amino Purine (BAP) Zat pengatur tumbuh memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kultur. Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam penggunaan zat pengatur tumbuh antara lain jenis zat pengatur tumbuh yang digunakan, konsentrasi, urutan penggunaan, dan periode masa inkubasi dalam kultur tertentu (Gunawan, 1995). Selain untuk merangsang pertumbuhan, seringkali ditambahkan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh dapat berfungsi sebagai pendorong proses fisiologis yang bergantung pada konsentrasi yang digunakan dan cara aplikasi dari zat pengatur tumbuh itu sendiri. Zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAP yang termasuk dalam

golongan sitokinin. Menurut Abidin (1990), sitokinin termasuk hormon yang dapat memacu pembelahan sel dalam bagian ujung dari tunas samping dan mengubahnya menjadi meristem yang aktif (Indriati, 2003). Sitokinin mempengaruhi berbagai proses fisiologis di dalam tanaman. Aktivitas yang terutama adalah mendorong pembelahan sel dan aktivitas ini yang menjadi kriteria utama untuk menggolongkan suatu zat kedalam sitokinin. Akan tetapi proses-proses pembelahan sel pada sel-sel meristem akan dihambat oleh pemberian sitokinin eksogen. Baik efek yang menghambat maupun efek yang mendorong proses pembelahan sel oleh sitokinin tergantung dari adanya fitohormon lainnya, terutama auksin (Wattimena, 1988). Golongan sitokinin yang aktif adalah BAP (Benzyl Amino Purine) dan thidiazuron. Penggunaan BAP dengan konsentrasi tinggi dan masa yang panjang seringkali menyebabkan regenerani sulit berakar dan dapat menyebabkan penampakan pucuk abnormal. Hal ini jelas terlihat pada kultur Asparagus officinalis. Secara umum, konsentrasi sitokinin yang digunakan berkisar 0,1 10 mg/l (Gunawan, 1995). Zat Pengatur Tumbuh atau disebut juga plant regulator adalah senyawa organik yang bukan hara (nutrient), yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat (inhibit) dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan (Abidin, 1990). Salah satu komponen media yang menentukan keberhasilan pertumbuhan bibit setek secara vegetatif adalah jenis dan konsentrasi ZPT yang digunakan. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan yang kita harapkan. Untuk mendorong/merangsang tumbuhnya tunas-tunas adventif, ZPT yang digunakan adalah sitokin. Jenis sitokinin yang sering dipakai adalah BAP (Benzyl Amino Purine). BAP merupakan golongan sitokinin aktif yang bila diberikan pada tunas pucuk akan mendorong proliferasi tunas yaitu keluarnya tunas lebih dari satu (Yusnita, 2003). Pada penelitian yang dilakukan Diana (2007), perlakuan zat pengatur tumbuh Benzyl Amino Purine pada konsentrasi 2 ppm berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman kedelai

(0,383 cm), jumlah tunas (1,570 buah), jumlah akar (1,225 buah), berat akar (0,106 g), serta berat tanaman total tanaman (0,171 g), dan pada konsentrasi 4 ppm berpengaruh nyata terhadap persentase kalus (69,7 kali) dan jumlah daun (1,463 buah). Pada penelitian yang dilakukan Sulistiani et al., (2001), pada tanaman manggis dinyatakan bahwa pemberian BAP pada konsentrasi 5 mg/l memberi pengaruh lebih baik untuk pertumbuhan dan perkembangan jumlah tunas aksilar dan jumlah tunas adventif per botol. Sedangkan pada konsentrasi 2,5 mg/l memberi pengaruh yang lebih baik untuk pertumbuhan dan perkembangan akar per botol. Ritonga (2003) dalam penelitiannya pada tanaman stroberi menyatakan bahwa perlakuan BAP memberikan pengaruh nyata untuk parameter tinggi planlet dan jumlah akar tetapi belum berpengaruh nyata untuk parameter jumlah daun dan jumlah tunas. Rataan tertinggi untuk parameter tinggi planlet diperoleh pada B0 (1,508 cm) dan terendah pada B2 (1,204 cm) sedangkan untuk parameter jumlah akar rataan tertinggi pada B0 (2,062 buah) dan terendah pada B3 (0,887 buah).