BAB I PENDAHULUAN. perbankan telah mengalami pergeseran dari aktivitas tradisional yaitu memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga perbankan merupakan salah satu instrumen penting dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari. masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 4 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tika Indah Kawuryan, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ikhwan Al-Shafa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi umat islam. Rasa terpercaya, amanah dan aman serta

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan bank dalam sebuah negara akan memberikan dukungan. ekonomi dan hingga kondisi perbankan pada saat sekarang ini..

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga yang memiliki peranan penting di

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan menerapkan prinsip-prinsip syariah diantaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Undang-Undang nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata syariah berasal dari bahasa Arab, dari kata syara a, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktif, bebas dari hal-hal yang tidak jelas (gharar), berprinsip keadilan

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB I. menyalurkan kredit kepada masyarakat, baik kredit perorangan maupun. kredit lembaga atau kredit perusahaan, sehingga pendapatan bank dari

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang


BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang. bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Fenomena menarik yang

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat telah menyebabkan kasus

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (Financial intermediary institution),yakni. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai mediator antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Secara konvensional salah satu pendapatan bank berasal dari bunga. Pendapatan bunga diperoleh dari bunga pinjaman yang dihasilkan berbagai produk bank. Sektor perbankan merupakan sektor penting dalam perekonomian negara yang melakukan fungsi intermediasi, mengurangi biaya transaksi maupun melakukan pembagian risiko. Namun, sektor perbankan saat ini sedang mengalami pergeseran fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi yang seharusnya mampu mengelola dan mengalokasikan dana kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Aktivitas perbankan telah mengalami pergeseran dari aktivitas tradisional yaitu memberikan pinjaman modal kerja dan investasi ke arah non tradisional yaitu fee based income, transaksi derivatif-off balance sheet dan lain sebagainya. Keadaan ini dipicu oleh hal-hal seperti kompetisi pasar keuangan, regulasi, globalisasi keuangan maupun kemajuan teknologi. Akibat dari pergeseran fungsi penting bank memberikan dampak buruk bagi perekonomian seperti tingginya risiko yang mengancam stabilitas keuangan, ekspansi bisnis perusahaan domestic terbatas, pemberian kredit atau pembiayaan 1

2 sebagai bagian dari kebijakan moneter semakin hilang pengaruhnya. Melihat permasalahan perbankan yang mampu mempengaruhi perekonomian dan masyarakat luas, antisipasi risiko harus dilakukan dengan baik. Kebijakan yang berkaitan dengan hal ini adalah pengembangan bank syariah yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi intermediasi bank itu sendiri. Bank syariah diakui dapat memberikan fungsi intermediasi yang optimal bagi pasar keuangan domestik karena spekulasi sangat dilarang dan uang hanya sebagai alat tukar bukan komoditas yang dapat diperjualbelikan. Bila di bank konvensional keuntungan dihasilkan dari bunga maka di bank syariah keuntungan diperoleh dari imbalan baik berupa jasa (fee base income) maupun profit margin dan bagi hasil (loss and profit sharing). Bank syariah merupakan bank yang kegiatan operasionalnya dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip Islam dan berlandaskan Al-Quran. Bunga dalam bank syariah dinyatakan haram dan mengandung unsur riba, oleh karena itu bank syariah tidak menjalankan sistem bunga dalam aktivitasnya melainkan dengan sistem bagi hasil atau nisbah. Bank syariah akan membayar bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh kepada nasabahnya dan menanggung risiko bersamasama dengan nasabah apabila mengalami kerugian sesuai kesepakatan yang telah ditentukan di awal. Peningkatan jumlah bank syariah yang cukup signifikan menunjukan peningkatan kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap perbankan syariah. Bank Indonesia mencatat bahwa 89% masyarakat Indonesia bersedia menerima prinsip

3 syariah, implikasinya pasar perbankan syariah terus meningkat sejak tahun 2000 baik dari sisi aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun pembiayaan. Persaingan industri perbankan syariah terus meningkat di mana sejak tahun 2010, terjadi penambahan Bank Umum Syariah (BUS) sebanyak 83% dari 6 buah menjadi 11 buah. Persaingan menuntut bank untuk senantiasa menyusun strategi peningkatan usaha dan pencapaian profit sesuai dengan yang diharapkan agar mampu bertahan dan bersaing di dunia perbankan. Diperlukan kemampuan khusus dalam merencanakan dan merealisasikan keuntungan yang ingin dicapai dengan sumber daya yang dimiliki oleh bank. Walaupun berbasis Islam bank syariah tetap memerlukan profit guna kelangsungan usahanya. Beban yang harus dikeluarkan bank syariah dipenuhi melalui pendapatan bank. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profit dapat menggunakan analisis rasio profitabilitas. Profitabilitas suatu bank dapat diukur dengan cara menganalisis laporan keuangan menggunakan rasiorasio keuangan. Laporan laba rugi, neraca dan catatan atas laporan keuangan dapat dianalisis guna memperoleh berbagai informasi yang bermanfaat dalam mengukur profitabilitas bank. Terdapat beberapa rasio yang dijadikan alat untuk mengukur tingkat efisiensi usaha, profitabilitas dan tingkat kesehatan bank seperti Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Rasio Biaya Operasional dan Net Profit Margin. Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya return on assets (ROA) dan tidak memasukan unsur return on equity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih

4 mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Dendawijaya (2005:119) Return On Assets (ROA) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua aktiva yang dimiliki perusahaan secara keseluruhan. Bank Syariah Mandiri mengalami pertumbuhan cukup tinggi yaitu 49.84% untuk aset, 46.97% untuk DPK dan 53.23% untuk pembiayaan. Tahun 2011, Bank Syariah Mandiri berhasil mencapai ROE sebesar 64.84%, lebih tinggi dari kinerja ROE tahun 2010 sebesar 63.58%, sedangkan untuk imbal hasil total aktiva (ROA) mengalami penurunan dari 1.75% di tahun 2010 menjadi 1.54% di tahun 2011. Hal ini menunjukan bahwa Bank Syariah Mandiri mempunyai kinerja yang lebih rendah dalam menghasilkan profit dari aset yang dimiliki. Fenomena fluktuasi profitabilitas yang terjadi pada bank Syariah Mandiri dari tahun 2002 hingga tahun 2011 diukur dengan menggunakan ROA adalah sebagai berikut:

5 3 2,68 Profitabilitas (ROA %) 2,5 2 1,5 1 0,71 2,19 1,65 1 1,31 1,66 1,9 1,75 1,54 0,5 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Gambar 1.1: Grafik Profitabilitas Bank Syariah Mandiri Tahun 2002-2011 Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri tahun 2002-2011, data diolah kembali Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa Bank Syariah Mandiri mencapai tingkat profitabilitas tertinggi yang diukur melalui ROA pada tahun 2002 sebesar 2.68% dan terendah pada tahun 2003 sebesar 0.71%. Rata-rata profitabilitas bank Syariah Mandiri dari tahun 2002-2011 adalah sebesar 1.64%. Kenaikan ROA terjadi pada tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan penurunan ROA terjadi pada tahun 2003, 2005, 2006, 2010 dan 2011. Pada tahun 2003 dan 2006 ROA Bank Syariah Mandiri berada diperingkat 3 yaitu 0.71% dan 1.00%. Hal ini mencerminkan bahwa kondisi keuangan Bank atau UUS tergolong cukup baik dalam mendukung perkembangan usaha namun masih rentan/lemah dalam

6 mengantisipasi risiko akibat perubahan kondisi perekonomian dan industri keuangan (PBI NOMOR:9/1/PBI/2007). Semakin kecil ROA ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya. Profit yang diperoleh bank dikembalikan lagi kedalam struktur modal maka peningkatan finansial akan berlangsung terus menerus. Profit pada bank syariah diperlukan dan digunakan untuk mengembangkan usaha perbankan. Keuntungan yang diperoleh bank akan membantu perkembangan bank itu sendiri guna kelancaran dan keberlangsungan usahanya. Beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank adalah kualitas kredit atau pembiayaan yang diberikan dan pengembaliannya, jumlah modal, mobilisasi dana masyarakat yang akan memperoleh sumber dana yang murah, perpencaran bunga bank, manajemen pengalokasian dana dalam aktiva likuid serta efisiensi dalam menekan biaya operasi. Mahmoedin (2004:20). Pengembalian dari pembiayaan-pembiayaan atau kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah tentu saja tidak selalu berjalan tanpa hambatan. Risiko dari pemberian pembiayaan yang paling tidak menyenangkan bagi bank adalah pembiayaan yang bermasalah. Pembiayaan yang bermasalah atau lebih sering disebut Non Perfoming Financial merupakan bagian yang tidak dapat dihindari dari proses pembiayaan dimana bank tidak dapat memperoleh kembali angsuran pokok maupun nisbah dari pembiayaan yang diberikannya kepada nasabah. Penyebab utama dari pembiayaan yang bermasalah ini adalah kurang cermatnya bank dalam seleksi nasabah dan lemahnya antisipasi bank dalam menghadapi nasabah yang tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pembayaran.

7 Pembiayaan yang bermasalah merupakan masalah umum dan kompleks yang dihadapi setiap bank. Implikasi dari pembiayaan yang bermasalah bagi bank adalah hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan sehingga mengurangi profit dan akan berpengaruh buruk terhadap profitabilitas. Pembiayaan yang bermasalah merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi bagi keberhasilan pembiayaan bank. Semakin besar pembiayaan yang bermasalah suatu bank maka bank tersebut akan mengalami kesulitan likuiditas karena bank harus mengalokasikan dana lebih banyak untuk cadangan penyisihan kerugian piutang. Tingkat pengembalian pembiayaan yang rendah merupakan pemicu dari pembiayaan yang bermasalah. Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998, pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah oleh bank mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya, sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank. Bank yang sehat memiliki aktiva produktif dengan kualitas yang baik sehingga profit yang dihasilkan bank akan optimal. Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Pembiayaan digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu Lancar, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. (PBI Nomor: 13/14/PBI/2011) sedangkan yang tergolong dalam pembiayaan yang bermasalah adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet. Pembiayaan termasuk jenis aktiva produktif pada bank syariah yang diwujudkan dalam bentuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, prinsip jual beli (piutang), prinsip sewa, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal,

8 penyertaan modal sementara, transaksi rekening administratif dan Sertifikat Wadi ah Bank Indonesia (SWBI). Pembiayaan jual beli pada bank syariah terbagi menjadi murabahah, istishna dan salam. Pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi hasil merupakan pembiayaan yang mendominasi pada bank syariah berdasarkan statistik Bank Indonesia untuk bulan September tahun 2011. Pada pembiayaan jual beli Bank Syariah akan mendapatkan pendapatan secara pasti. Akad yang paling banyak digunakan pada prinsip jual beli adalah murabahah yaitu sekitar 54.98% dari total pembiayaan yang diberikan bank syariah di Indonesia. Sedangkan pembiayaan salam dan istishna hanya sebagian kecil yaitu 0.07% dan 0.51% dari total pembiayaan. Murabahah telah digunakan sebagai metode pembiayaan yang utama dan dominan oleh bank sekitar 70-80% dari dari total kekayaannya. Popularitas murabahah dalam pembiayaan di bank syariah dikarenakan merupakan suatu mekanisme jangka pendek yang jauh lebih mudah bila dibandingkan dengan sistem bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) serta profit yang dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat dipastikan bank bisa mendapatkan keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga. Pembiayaan yang bermasalah mengalami kenaikan pada tahun 2003, 2005, 2006, 2010 dan 2011 Semakin besar jumlah pembiayaan bermasalah maka akan semakin menurun pendapatan atau laba yang diperoleh suatu bank. Ini berarti profitabilitas atau kemampuan menghasilkan laba salah satunya dipengaruhi oleh besarnya pembiayaan yang bermasalah.

9 Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hosna, A et al (2009) dalam jurnalnya menyatakan bahwa Non Performing Loans has a negative and significant effect on profitability yang berarti bahwa pembiayaan yang bermasalah mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap profitanilitas. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumiati. A (2012) menerangkan bahwa kenaikan Non Performing Debt Financing sebesar 1% akan menurunkan nilai ROA sebesar 0.1885% dan terdapat hubungan yang sedang serta negatif antara Non Performing Debt Financing dengan profitabilitas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada variabel X yakni perhitungan pembiayaan yang bermasalah berasal dari pembiayaan Murabahah dan Istishna sebagai produk dari pembiayaan jual beli, tahun penelitian yang digunakan mulai dari 2002-2011 pada Bank Syariah Mandiri. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pembiayaan yang Bermasalah Terhadap Profitabilitas (Studi pada Murabahah dan Istishna di Bank Syariah Mandiri). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran pembiayaan yang bermasalah pada Bank Syariah Mandiri. 2. Bagaimana gambaran profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri.

10 3. Bagaimana pengaruh pembiayaan yang bermasalah terhadap profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pembiayaan yang bermasalah pada Bank Syariah Mandiri. 2. Untuk mengetahui profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri. 3. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan yang bermasalah terhadap profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa kegunaan, diantaranya: 1. Bagi bank syariah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi bank dalam usahanya meningkatkan profitabilitas dengan meminimalisir pembiayaan yang bermasalah. 2. Bagi nasabah dan investor, penelitian ini diharapkan dapat membantu para nasabah dan investor dalam memilih bank yang baik dan sehat untuk bertransaksi dan berinvestasi. 3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan mengenai perbankan syariah khususnya mengenai jenis produk produk pembiayaan-pembiayaan bank syariah, pembiayaan yang bermasalah dan profitabilitas bank syariah.

11