BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan laut Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sebagian besar masyarakat indonesia dikawasan pesisir yang berprofesi sebagai nelayan tersebut diperoleh secara turun-temurun dari nenek moyang mereka dan menggantungkan hidupnya dari kekayaan laut dengan mata pencaharian menangkap ikan atau nelayan. Sebagai suatu sosial, masyarakat nelayan hidup, tumbuh, dan berkembang di wilayah pantai atau wilayah pesisir. Sumber daya perikanan merupakan potensi utama yang menggerakkan kegiatan perekonomian desa di kawasan pesisir pada khususnya. Secara umum kegiatan perekonomian desa pesisir bersifat fluktuatif, karena hal tersebut sangat bergantung pada tinggi rendahnya produktivitas perikanan atau hasil tangkapan. Kondisi ini yang mempengaruhi kuat lemahnya kegiatan perekonomian desa. Pendapatan yang tinggi merupakan harapan bagi setiap nelayan dalam usaha penangkapan ikan. Untuk memperoleh pendapatan yang maksimal harus dapat mengalokasikan dana dengan tepat dalam artian penggunaan biaya yang seminimal mungkin dan pengeluaran untuk keperluan lainnya yang harus ditekan sedemikian rupa, agar apabila produktifitas hasil tangkapan menurun nelayan tidak akan mengalami kesulitan biaya, baik biaya untuk hidup maupun biayan untuk keperluan sarana dan prasarana penangkapan (Panduwita, 2008). 1
2 Karakteristik masyarakat nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis sumberdaya yang dilakukannya, dan juga keadaan cuaca di lingkungan sekitar. Sehingga masyarakat nelayan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal, nelayan harus berpindah-pindah. Selain itu, resiko usaha yang tinggi juga dapat menyebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya setiap hari untuk mencari ikan (Sabenan,2007). Perikanan sebagai salah satu sub sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional yaitu menghasilkan bahan pangan protein hewani, mendorong pertumbuhan agroindustri sebagai penyedia bahan baku, meningkatkan devisa melalui peningkatan ekspor hasil perikanan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan, menciptakan kesempatan kerja, serta menunjang pembangunan daerah (Dinas Perikanan, 2000 : 2). Meskipun sub sektor perikanan mempunyai peranan yang cukup dominan terhadap pembangunan nasional, namun pada pelaksanaanya masih menghadapi beberapa permasalahan, diantaranya yaitu masih lemahnya dukungan permodalan sehingga menghambat nelayan untuk bangkit dari keterpurukan. Permasalahan yang sering dialami oleh nelayan indonesia adalah minimnya pendapatan yang mereka peroleh. Hingga saat ini permasalah tersebut masih belum juga teratasi. Latar belakang masalah tersebut adalah mahalnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan juga masih terlalu minimnya peralatan melaut serta modal usaha yang diperlukan dalam kegiatan penangkapan ikan di laut. Di sisi lain nelayan masih perlu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
3 harinya, hal tersebut mengakibatkan banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan berada dalam garis kemiskinan karena pendapatan yang tidak sebanding dengan tingkat konsumsinya (jamal, 2014). Masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dan berpenghasilan sebagai nelayan merupakan salah satu dari kelompok masyarakat yang melakukan aktivitas usaha dengan mendapat penghasilan bersumber dari kegiatan nelayan itu sendiri. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap mesin. Tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Banyaknya tangkapan akan telihat pula besarnya pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga. Maka tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga dan kebutuhan fisik lainnya sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterima (Sujarno, 2008). Rumah tangga nelayan memiliki ciri khusus seperti penggunaan wilayah pesisir dan laut (common property) sebagai faktor produksi, jam kerja juga harus mengikuti kondisi oseanografis (melaut hanya rata-rata sekitar 20 hari dalam satu bulan, sisanya relatif menganggur). Demikian juga pekerjaan menangkap ikan adalah pekerjaan yang penuh resiko, sehingga pekerjaan ini umumnya dikerjakan oleh lelaki. Hal ini mengandung arti bahwa keluarga yang lain tidak dapat membantu secara penuh, sehingga masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir pada umumnya sering diidentikkan dengan masyarakat miskin (Wasak, 2012).
4 Wilayah administrasi Kecamatan Panceng terdiri dari 14 Desa dan terbagi dalam 14 Dusun, 72 RW dan 229 RT. Usia angkatan kerja didominasi oleh penduduk berusia 17 tahun keatas. Penduduk usia 17 tahun keatas di Kecamatan Panceng sebanyak 78,17 persen. Sebagian besar wilayah Kecamatan Panceng adalah daerah pertanian dan perairan, sehingga tidak perlu diragukan lagi kalau sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Sekitar 46,99 persen penduduk Kecamatan Panceng berprofesi sebagai petani. Jenis petani yang banyak ditemukan di Kecamatan Panceng adalah petani jagung, padi, dan nelayan. Di Kecamatan Panceng terdapat 2 desa yang disebut sebagai Desa Nelayan yaitu Desa Campurejo dan Desa Delegan. Sekitar 80 persen penduduk Desa Campurejo bermata pencaharian sebagai nelayan, sedangkan Desa Delegan terdapat sekitar 20 persen. Hal ini yang menjadikan alasan pada objek penelitian yang dilakukan di desa Campurejo yaitu karena daerah tersebut didukung oleh lokasi desa yang berbatasan langsung dengan laut dan sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan (BPS daerah kecamatan Panceng, 2016). Nelayan di desa campurejo masih banyak mengalami permasalahan dalam melakukan kegiatan sehari-hari untuk menangkap ikan yang merupakan mata pencaharian utama untuk menghidupi keluarganya tersebut. Adanya kendala tersebut yaitu kurangnya dukungan permodalan yang menjadikan masyarakat desa kurang bisa bangkit untuk memperoleh pendapatan yang maksimal. Dari permasalahan tersebut yang menjadi kendala para nelayan dalam melakukan aktifitasnya untuk menangkap ikan, maka para nelayan di desa
5 Campurejo kecamatan Panceng kabupaten Gresik sebagian memilih untuk mengambil kredit dari pihak lain yang bersedia membantu dalam bentuk kredit modal kerja salah satunya yaitu dari pihak bank untuk memperbarui atau meningkatkan modal yang digunakan dan dibutuhkan dalam pelaksanaan mencari ikan, seperti memperbarui alat tangkap untuk menangkap ikan, memperbaiki mesin yang digunakan dalam berlayar, dll. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana profil sosial ekonomi Rumah Tangga nelayan pemilik penerima kredit perbankan? 2. Apakah terdapat perbedaan pendapatan nelayan pemilik sesudah dibandingkan sebelum menerima kredit dari Bank BRI Unit Paciran III? C. Batasan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas maka penelitian ini dibatasi pada masyarakat nelayan pemilik perahu sendiri yang menerima kredit dari bank di desa Campurejo kecamatan Panceng kabupaten Gresik. D. Tujuan dan Manfaat Tujuan Penelitian: 1. Mendeskripsikan profil sosial ekonomi Rumah Tangga nelayan pemilik penerima kredit perbankan 2. Untuk menganalisis perbedaan pendapatan nelayan pemilik sesudah dibandingkan sebelum menerima kredit dari Bank BRI Unit Paciran III.
6 Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Perbankan sebagai dasar keputusan penyaluran kredit dalam upaya peningkatan pendapatan bank maupun sebagai pelaksana/agen pembayaran. 2. Rumah Tangga nelayan dapat mengevaluasi peran penting kredit dalam peningkatan ekonomi Rumah Tangga 3. Diharapkan penelitian ini juga dapat dijadikan referensi dan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya