BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. didunia. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

hingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bawang merah (Allium ascalonicum Linn) merupakan tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family:

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Bawang Merah. ada didunia. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA.

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Monocotyledonae. Species : Allium ascalonicum L.

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Subdivisi :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman bawang merah Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Sub divisio: Angiospermae, Class: Monocotyledonae, Ordo:

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut sejarah persebarannya Belimbing termasuk satu jenis buah tropis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Monocotyledoneae, Ordo: Liliaceae, Family: Liliales, Genus: Allium, Species:

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Agronomi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

wirausaha manajer dan wirausaha social engineer. Para pelaku wirausaha bisn

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. bawang merah adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman yang berasal

PENDAHULUAN. dan pengganti antibiotik, menurunkan tekanan darah, kolestrol serta penurunan

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae. Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

Analisis pemasaran cengkeh di kabupaten Wonogiri

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN. Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. (Allium ascalonicum, L) atau dikalangan internasional. menyebutnya shallot merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

BAB I PENDAHULUAN. bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomi Bawang Merah Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat dikatakan sudah dikenal oleh masyarakat sejak ribuan tahun yang lalu, pada zaman Mesir Kuno sudah banyak orang menggunakan bawang merah untuk pengobatan. Di dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo : Liliales / Liliflorae Famili : Liliaceae Genus : Allium Species : Allium ascalonicum atau Allium cepa var. ascalonicum ( Rahayu dan Nur Berlian, 1999 ). Bawang merah mempunyai akar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15 30 cm di dalam tanah. Bawang merah memiliki batang sejati disebut discus yang bentuknya seperti cakram, tipis, dan pendek, sebagai tempat melekatnya perakaran dan titik tumbuh. Di

bagian atas discus terbentuk batang semu yang tersusun dari pelepah pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis ( bulbus ). Bentuk daun bawang merah seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50 70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek. Tangkai daun keluar dari titik tumbuh dan di ujungnya terdapat 50 200 kuntum bunga yang tersusun seolah olah berbentuk payung. Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2 3 butir. Bentuk biji agak pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji biji bawang merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Umbi lapis bawang merah sangat bervariasi. Bentuknya ada yang bulat, bundar, sampai pipih, sedangkan ukuran umbi meliputi besar, sedang, dan kecil. Warna kulit umbi ada yang putih, kuning, merah muda sampai merah tua. Umbi bawang merah sudah umum digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara vegetatif ( Rukmana, 1994 ). Pemilihan lahan untuk tanaman bawang merah harus memperhatikan syarat tumbuh tanaman. Syarat tumbuh tanaman bawang merah yang paling penting adalah iklim dan tanah. Tanaman bawang merah membutuhkan tempat yang beriklim kering dengan suhu yang cukup panas antara 25 0 30 0 C. Curah hujan yang cocok untuk tanaman bawang merah adalah 300 2500 mm per tahun. Tanaman ini sangat rentan terhadap curah hujan yang tinggi. Angin kencang

yang berhembus terus menerus secara langsung dapat merobohkan tanaman karena sistem perakaran tanaman yang dangkal. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah liat yang mengandung pasir, banyak mengandung bahan organik atau humus, gembur, solumnya dalam, sirkulasi udara dan drainase dalam tanah baik. Tanaman bawang merah dapat tumbuh optimal di tanah dengan ph antara 5,8 7, tetapi masih toleran terhadap tanah dengan ph 5,5. ph tanah berpengaruh terhadap kegiatan organisme tanah terutama dalam penguraian bahan organik menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman ( Tim Bina Karya Tani, 2008 ). Umur tanaman bawang merah siap panen bervariasi antara 60 90 hari tergantung varietasnya. Ciri ciri tanaman bawang merah yang siap panen adalah umbi tampak besar dan beberapa daun berwarna kecoklatan. Keadaan tanah pada saat panen diusahakan kering untuk mencegah terjadinya pembusukan umbi ( Sudarmanto, 2009 ). Kualitas bawang merah yang disukai pasar adalah berwarna merah atau kuning mengilap, bentuknya padat, aromanya harum saat digoreng, dan tahan lama. Beberapa varietas unggul tanaman bawang merah yang berkembang di Indonesia adalah sebagai berikut : bawang merah bima brebes, bawang merah sumenep, bawang merah ampenan, bawang merah bali, bawang merah medan, bawang merah kramat 1 dan 2, bawang merah australia, bawang merah bangkok, dan bawang merah filipina ( Sudarmanto, 2009 ).

2.1.2 Tinjauan Ekonomi Bawang Merah Selama periode 1977 hingga 2007 terjadi peningkatan produksi dan produktivitas yang sangat mengesankan namun perkembangan tersebut tidak diikuti oleh areal tanamnya. Akan tetapi selama periode tersebut terjadi kecenderungan penurunan pertumbuhan produksi maupun produktivitasnya. Produksi bawang merah yang pada periode 1977 1987 rata rata tumbuh 12,16 % mengalami penurunan menjadi 5,18 % ( periode 1987 1997 ) dan terus menurun hingga 2,01 % pada periode 1997 2007. Selaras dengan itu, pertumbuhan produktivitasnya juga mengalami penurunan dari 4,74 % pada periode 1977 1987 menjadi 2,31 % dan 1,10 % pada periode 1997 2007 ( Wibowo, 2009 ). Produksi bawang merah sampai saat ini masih terpusat di beberapa kabupaten di Jawa, yaitu Kuningan, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bantul, Nganjuk, dan Probolinggo. Berdasarkan data dari Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian, permintaan bawang merah secara nasional dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Begitu pula produksi bawang merah cenderung meningkat. Pada tahun 2007, permintaan bawang merah sebesar 909.853 ton sedangkan pada tahun 2008, permintaan bawang merah meningkat menjadi 934.301 ton. Produksi bawang merah dalam negeri tahun 2007 sebesar 807.000 ton dan tahun 2008 sebesar 855.000 ton. Data tersebut menunjukkan bahwa ternyata pasokan bawang merah dari dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan secara nasional. Bahkan di Brebes yang dikenal sebagai sentra produksi bawang merah nasional masih dapat

dijumpai importir bawang merah. Hal ini berarti bahwa bawang merah mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan. Setiap hasil produksi bawang merah akan mampu diserap pasar. Keadaan seperti itu akan membuat harga bawang merah cenderung stabil, kecuali ada pengaruh dari faktor lain seperti impor yang berlebihan, keadaan sosial, ekonomi, dan politik ( Sudarmanto, 2009 ). Musim kemarau merupakan bulan bulan yang baik untuk menghasilkan bawang. Dari satu kilogram bibit bisa menghasilkan panen sebanyak lima belas kilogram bawang merah. Hal inilah yang mengakibatkan pada bulan bulan seperti Mei sampai September panen bawang meningkat. Lain halnya pada bulan bulan Oktober sampai dengan Maret yaitu pada musim penghujan merupakan bulan bulan yang tidak baik dalam produksi bawang merah. Dari satu kilogram bibit hanya bisa menghasilkan panen sekitar lima kilogram bawang merah dengan ukuran yang kecil ( Tim Bina Karya Tani, 2008 ). Usahatani bawang merah layak diusahakan dan menguntungkan. Keuntungan yang didapat pun termasuk tinggi yaitu sekitar 45 % dari total biaya, berarti setiap pengeluaran biaya Rp 1.000,00 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 450,00 ( Sudarmanto, 2009 ). Menurut Roszandi dalam Tempo ( 2011 ), harga jual bawang merah asal Kabupaten Brebes, Jawa Tengah anjlok. Petani bawang Brebes menuding masuknya bawang impor secara besar-besaran membuat harga jual hasil panennya anjlok hingga Rp 7.000,00 / kg. Padahal sebelumnya harga jual bawang merah dari petani di atas Rp 15.000,00 / kg. Harga jual hasil panen ini

tidak seimbang dengan biaya produksi bawang merah yang nilainya lebih dari Rp 10 juta per hektarnya. Saat ini hasil petani bawang merah kian menipis. Saat ini rata-rata hasil panen bawang mencapai 12 ton per hektarnya. Hasil tersebut tidak akan menutupi biaya produksi apabila harga jual bawang merah kurang dari Rp 10.000,00 / kg. Itu belum termasuk pembelian bibit bawang saat ini yang mencapai Rp 25.000,00 / kg. Sedangkan menurut Sijabat dalam Medan Bisnis ( 2011 ), harga jual tanaman bawang merah di Kabupaten Samosir semakin menjanjikan. Harga bawang merah di tingkat petani kini mencapai Rp 12.000,00/kg dan rata rata produksi petani di Kabupaten Samosir dapat mencapai 500 kg per rantai. 2.2 Landasan Teori Istilah tata niaga di negara kita diartikan sama dengan pemasaran yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Disebut tata niaga karena niaga berarti dagang, sehingga tata niaga berarti segala sesuatu yang menyangkut aturan permainan dalam hal perdagangan barang barang. Karena perdagangan itu biasanya dijalankan melalui pasar maka tata niaga juga disebut pemasaran ( terjemahan dari perkataan marketing ) ( Mubyarto, 1989 ). Pasar pada awalnya mengacu pada suatu geografis tempat transaksi berlangsung. Pada perkembangan selanjutnya mungkin definisi ini sudah tidak sesuai lagi, terutama dengan berkembangnya teknologi informasi yang memungkinkan transaksi dapat dilakukan tanpa melalui kontak langsung antara

penjual dengan pembeli. Dengan demikian pasar dapat didefinisikan sebagai tempat ataupun terjadinya pemenuhan kebutuhan atau keinginan dengan menggunakan alat pemuas yang berupa barang ataupun jasa dimana terjadi pemindahan hak milik antara penjual dan pembeli ( Sudiyono, 2004 ). Sebagai proses produksi yang komersial maka tata niaga pertanian merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian yang memberikan nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif. Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai dengan perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk yang dilakukan oleh lembaga lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi fungsi pemasaran ( Sudiyono, 2004 ). Lembaga tata niaga adalah badan atau usaha atau individu yang menyelenggarakan tata niaga, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga tata niaga ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk dapat memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk keinginan konsumen. Lembaga lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk produk pertanian sangat beragam sekali tergantung dari jenis komoditi yang dipasarkan. Lembaga lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1) tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, 2) pedagang pengumpul, lembaga yang membeli komoditi dari tengkulak,

3) pedagang besar, lembaga yang melakukan proses konsentrasi (pengumpulan) komoditi dari pedagang pedagang pengumpul, melakukan proses distribusi ke agen penjualan atau pengecer, 4) agen penjualan, lembaga yang membeli komoditi yang dimiliki pedagang dalam jumlah banyak dengan harga yang relatif murah dibanding pengecer, 5) pengecer, lembaga yang berhadapan langsung dengan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran ( Sudiyono, 2004 ). Margin tata niaga adalah selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga tata niaga yang terlibat dalam proses tata niaga tersebut. Semakin panjang pemasaran ( semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat ) maka semakin besar margin pemasaran ( Daniel, 2002 ). Margin pemasaran terdiri dari biaya biaya untuk melakukan fungsi fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga lembaga pemasaran. Setiap lembaga pemasaran biasanya melaksanakan fungsi fungsi pemasaran yang berbeda sehingga share margin yang diperoleh pada masing masing lembaga pemasaran yang terlibat akan berbeda pula ( Sudiyono, 2004 ).

Kegiatan pemasaran meliputi berbagai macam fungsi berupa : 1) fungsi pertukaran ( exchange function ). Fungsi ini merupakan bentuk dari kegiatan jual beli yang terjadi antara penjual dan pembelinya. Fungsi ini merupakan fungsi yang paling penting dalam proses pemasaran karena tanpa kegiatan ini, fungsi yang lain tidak akan ada artinya. 2) fungsi penyediaan fisik atau logistik. Fungsi ini meliputi kegiatan pengangkutan atau transportasi, pergudangan atau penyimpanan, serta kegiatan pendistribusian. Termasuk pula dalam fungsi ini adalah usaha untuk menempatkan barang barang di rak supermarket atau toko sehingga mudah dijangkau oleh pembeli. 3) fungsi pemberian fasilitas ( facilitating function ). Fasilitas tersebut berupa penerapan standardisasi produk, penyediaan dana (financing), penanggungan resiko, serta penyediaan informasi pasar ( Gitosudarmo, 2000 ). Elastisitas transmisi harga adalah perbandingan persentase perubahan harga di tingkat konsumen dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen. Analisis transmisi ini memberikan gambaran bagaimana harga yang dibayar konsumen akhir ditransmisikan kepada petani produsen. Pada umumnya nilai elastisitas transmisi ini lebih kecil dari 1 ( satu ), artinya pada volume dan harga input konstan maka perubahan nisbi harga di tingkat petani pengecer tidak akan melebihi perubahan nisbi harga di tingkat petani ( Sudiyono, 2004 ). Mubyarto ( 1987 ) dalam Ginting ( 2006 ) berpendapat bahwa ada dua syarat suatu sistem pemasaran dapat dikatakan efisien yaitu ( 1 ) mampu menyampaikan produk dari produsen ke konsumen dengan biaya semurah

murahnya dan ( 2 ) mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran produk tersebut. Untuk mencapai tingkat efisiensi pemasaran tersebut perlu ditekan biaya pemasaran terutama dengan mengurangi keuntungan keuntungan yang tidak wajar dari pedagang perantara. Pasar yang tidak efisien akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar dengan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Sedangkan efisiensi pemasaran terjadi jika : 1) harga pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran lebih tinggi, 2) persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, 3) adanya kompetisi pasar yang sehat ( Soekartawi, 2002 ). 2.3 Kerangka Pemikiran Dalam jalur tata niaga bawang merah terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu petani sebagai penyedia komoditi, pedagang perantara, dan konsumen akhir. Ada beberapa saluran pemasaran produk pertanian yang ditujukan untuk segmen pasar konsumen, demikian juga dengan bawang merah. Beberapa petani atau produsen menjual langsung hasil panennya kepada konsumen. Ada juga produsen yang menjual hasil panennya kepada pedagang perantara. Panjang pendeknya saluran pemasaran ini dilihat dari banyaknya jumlah pedagang perantara yang terlibat dalam saluran tersebut.

Pedagang perantara yang terlibat mungkin menjalankan lebih dari satu fungsi pemasaran. Fungsi fungsi pemasaran tersebut meliputi : fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan atau transportasi, pergudangan atau penyimpanan serta kegiatan pendistribusian, penerapan standardisasi produk, penyediaan dana ( financing ), penanggungan resiko, serta penyediaan informasi pasar. Dalam menjalankan fungsi fungsi pemasaran, pedagang perantara memperoleh balas jasa berupa margin pemasaran yaitu selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin pemasaran ini oleh pedagang perantara dialokasikan di antaranya untuk biaya biaya yang diperlukan lembaga pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fugsional dan keuntungan lembaga yang terlibat di dalam penyampaiannya. Margin pemasaran ini akan mempengaruhi efisiensi pemasaran, dalam banyak hal semakin tinggi biaya pemasaran maka saluran pemasaran tersebut akan semakin tidak efisien. Elastisitas transmisi digunakan untuk menjelaskan perbandingan persentase perubahan harga di tingkat pengecer dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen. Analisis elastisitas transmisi ini memberikan gambaran bagaimana harga yang dibayar konsumen akhir ditransmisikan kepada petani produsen. Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Petani Lembaga Tata Niaga Konsumen Fungsi Tata Niaga Harga di tingkat petani Margin Tata Niaga Harga di tingkat konsumen Efisiensi Tata Niaga Elastisitas Transmisi Harga Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Tata Niaga Bawang Merah

2.4 Hipotesis Penelitian Sesuai dengan landasan teori yang telah disusun, diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut : 1) Nilai koefisien elastisitas transmisi harga bawang merah lebih kecil dari 1 ( satu ). 2) Saluran pemasaran bawang merah di daerah penelitian sudah efisien.