BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perusahaan memiliki aktiva atau aset yang berbeda-beda dalam hal jumlah dan jenis yang dimilikinya. Hal ini berdasarkan pada berbedaan jenis operasi atau usaha yang dilakukan oleh setiap perusahaan. Dalam mengelola aktiva atau aset yang dimiliki, perusahaan harus dapat menentukan besar alokasi untuk masing-masing aktiva serta bentuk-bentuk aktiva atau aset harus dimiliki oleh perusahaan sehubungan bidang usaha dari perusahan tersebut. Investasi yang ditanam dalam perusahaan dapat berupa aktiva yang digunakan dalam jangka panjang yaitu aktiva tetap maupun aktiva yang digunakan dalam jangka pendek yaitu aktiva lancar. Suatu perusahaan akan membutuhkan aktiva dalam menjalankan setiap kegiatannya. Aktiva tersebut harus dikelola dengan baik agar mendapatkan keuntungan di masa depan. ( Adad Danuarta : 2014 ) Aset tetap membutuhkan suatu perencanaan yang matang saat pengadaan Aset tetap dapat diperoleh melalui beberapa cara seperti melalui pembelian (tunai, kredit atau angsuran), capital lease, pertukaran (sekuritas atau aktiva yang lain), penyertaan modal, hibah atau pemberian, dan pembangunan sendiri. Begitu besarnya nilai aset tersebut menyebabkan perusahaan menanggung beban biaya tetap yang tinggi, seperti biaya penyusutan, biaya asuransi, pajak bumi dan bangunan serta biaya pemeliharaan dan perbaikan atas aset yang dimiliki. Dan proses pencatatan serta penyajian aset tetap juga harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku sekarang dan metode penyusutannya pun bermacam - macam misalnya : disusutkan berdasarkan waktu, berdasarkan penggunaan dan kriteria lainnya. ( Putra Kirana : 2013 ) 1
2 Sumbangan pendapatan bagi perusahaan di masa sekarang dan masa mendatang sangat diharapkan dengan keberadaan aset tetap. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1/PMK/06/2013, aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Penyusutan barang milik negara berupa aset tetap, yang selanjutnya disebut penyusutan aset tetap, adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Masa manfaat adalah periode aset tetap yang diharapkan digunakan untuk atau digunakan untuk aktvitas pemerintahan dan atau pelayanan publik atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset untuk aktivitas pemerintahan dan atau pelayanan publik. Aset tetap berwujud mempunyai ciri-ciri yaitu : (1) penurunan manfaat secara periodik disebut penyusutan, (2) nilainya relatif tinggi, umurnya relatif panjang (lebih dari satu tahun), (3) dipergunakan untuk menjalankan operasi (kegiatan) perusahaan, (4) tidak ada maksud untuk dijual lagi. Seperti halnya aset tetap dibagi kedalam beberapa kelompok, maka aset tetap juga sering dibagi kedalam empat kategori seperti tanah milik perusahaan yang dipakai untuk operasi perusahaan, bangunanbangunan yang dimiliki dan dipakai untuk menjalankan kegiatan-kegiatan perusahaan, misalnya pabrik, gudang, toko, kantor, dan sebagainya, mesin-mesin yang dimiliki oleh perusahaan dan dipakai untuk beroperasi, dan semua perabotan yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk beroperasi, peralatan, dan kendaraan milik perusahaan yang dipakai untuk beroperasi, baik untuk angkutan barang maupun orang. ( Elly Suhayati dan Sridewi Anggadini 2009 : 247 ) Firdaus A. Dunia ( 2013:214 ) menyatakan ada empat metode utama untuk menghitung penyusutan aset tetap yaitu metode garis lurus, metode jumlah unit produksi, metode saldo menurun dan metode jumlah angka tahun. Biaya penyusutan suatu aset tetap akan mempengaruhi laporan keuangan dan hasil kinerja perusahaan
3 pada satu periode akuntansi. Pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 disebutkan bahwa metode penyusutan yang digunakan untuk aset harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari asset tersebut,maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Kebijakan yang tidak tetap dapat menyebabkan penyimpanganpenyimpangan seperti tidak konsistennya penggunaan metode penyusutan tanpa dasar alasan yang kuat akan sangat berpengaruh terhadap laba perusahaan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 Tentang Desentralisasi Tanggung Jawab Pemerintah Pusat, tanggung jawab untuk menyediakan suplai air bersih adalah pada pemerintah daerah. Sebagai perwujudannya, penyediaan sebagian besar kebutuhan air bersih di Indonesia dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), yang terdapat di setiap provinsi, kabupaten, dan kotamadya di seluruh Indonesia. PDAM sebagai perusahaan daerah diberi tanggung jawab untuk mengembangkan dan mengelola sistem penyediaan air bersih serta melayani semua kelompok konsumen dengan harga yang terjangkau. PDAM bertanggung jawab pada operasional sehari-hari, perencanaan aktivitas, persiapan dan implementasi proyek, serta bernegosiasi dengan pihak swasta untuk mengembangkan layanan kepada masyarakat. PDAM Tirtawening merupakan salah satu unit usaha milik daerah yang bergerak dalam distribusi air bersih pada masyarakat umum. PDAM Tirtawening memiliki visi yang sangat bagus yaitu Terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan air minum dan air limbah yang berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan sedangkan misi yang dimiliki PDAM Tirtawening di antaranya Memberikan pelayanan dan kemanfaatan umum kepada seluruh masyarakat melalui pelayanan air minum dan air limbah yang berwawasan lingkungan serta Meningkatkan pengolahan kualitas air minum dan air limbah yang sesuai dengan 2 standar kesehatan dan lingkungan juga Mewujudkan penambahan cakupan pelayanan air minum dan air
4 limbah yang disesuaikan dengan pertambahan penduduk kota Bandung. ( Desi Ratnafuri : 2013 ) Masalah yang terjadi pada Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) Tirtawening Bandung mengenai aset tetap yaitu dalam hal penilaian kembali dan pemanfaatan aset tetap yang telah habis masa manfaatnya atau aset tetap yang rusak tidak diperbaiki, dihapus, dan dibiarkan tanpa adanya pengelolaan kembali. Diketahui Sebanyak 30 aset Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening di Kota Bandung tidak terpakai. Tetapi, seperti yang dapat diketahui bahwa peranan aset sangat penting bagi suatu perusahaan seperti PDAM. Sementara pada PSAK 16 menjelaskan bahwa aset perusahaan tidak boleh dibiarkan terbengkalai atau menganggur. Harus ada pemanfaatan kembali atas suatu aset dengan cara dinilai kembali ( revaluasi ). Seminimalnya, perlakuan terhadap aset yang ada adalah dengan cara dijual kembali atau dilakukannya tukar tambah terhadap aset tersebut. PDAM beralasan bahwa biaya perbaikan aset tetap yang terbengkalai lebih mahal dibandingkan dengan biaya sewa aset tetap dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini tidak sesuai dengan PSAK No. 16 paragraf 69 tentang pemanfaatan aset tetap. ( Roni : PDAM Tirtawening : 2016 ) Penelitian sebelumnya memberikan pernyataan mengenai penerapan PSAK No. 16 mengenai aset tetap. Berdasarkan penelitian Yoga Pradana ( 2014 ) yang menyatakan bahwa PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) Pabrik Gula Soedhono merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan industri gula. PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) PG Soedhono sering melakukan penggantian komponen pada mesin dan peralatan pabrik yang disebabkan oleh beberapa hal, misalnya komponen mesin yang perlu diganti secara periodik atau penggantian yang dikarenakan kerusakan. Standar akuntansi yang kompleks menyebabkan perusahaan masih merasa kesulitan untuk menerapkan beberapa kebijakan akuntansi aset tetap yang sesuai dengan PSAK No. 16.
5 Penelitian Reza Pahlepi ( 2011 ) menyatakan bahwa PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah menerapkan fungsi merangkap yaitu bagian aset tetap juga merangkap sebagai bagian akuntansi serta tidak terdapatnya bagian aset 3 tetap yang bertugas atas pengelolaan dan pengoperasian aset tetap yang berwenang dalam penempatan, pemindahan dan penghentian aset tetap. Sedangkan menurut teori sebaiknya bagian akuntansi terpisah dengan bagian aset tetap agar pengendalian atas penerapan aset tetap dapat berjalan dengan efektif. Dari latar belakang di atas untuk menyusun tugas akhir ini, penulis mengambil judul TINJAUAN ATAS PENERAPAN PSAK NO. 16 MENGENAI ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA WENING KOTA BANDUNG. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan hal tersebut maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan PSAK 16 tentang Aset tetap pada PDAM Tirta Wening Kota Bandung. 2. Bagaimana penerapan metode penyusutan yang digunakan di PDAM Tirta Wening Kota Bandung. 1.3 Tujuan Laporan Tugas Akhir Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penerapan PSAK 16 tentang Aset tetap pada PDAM Tirta Wening Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui penerapan metode penyusutan yang digunakan di PDAM Tirta Wening Kota Bandung.
6 1.4 Kegunaan Laporan Tugas Akhir Hasil dari laporan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : a. Kegunaan Operasional Memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat serta memberikan masukan yang positif dan informasi sebagai bahan acuan peninjauan ulang terutama terhadap aset tetap yang ada pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wening Kota Bandung. b. Kegunaan Pengembangan Ilmu Dapat menjadi bahan bacaan dan informasi yang bermanfaat juga referensi observasi, atau referensi untuk tugas akhir selanjutnya. 1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek Dalam pelaksanaan penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis melakukann kerja praktek pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wening Kota Bandung yang berlokasi di Jalan Badak Singa No. 10 Bandung. Waktu kerja praktek dilaksanakan pada Maret sampai April 2017.