BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis lembaga pembiayaan. Menjamurnya perusahaan pembiayaan tidak terlepas dari suburnya permintaan pembiayaan untuk konsumsi masyarakat atau kredit untuk barang-barang seperti motor dan alat elektronik di Indonesia. Lembaga pembiayaan konsumen di Indonesia dimulai pada tahun 1988, yaitu dengan dikeluarkannya Keppres No 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan, dan Keputusan Menteri Keuangan No 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kedua keputusan inilah yang merupakan titik awal dari sejarah perkembangan pengaturan pembiayaan kosumen sebagai lembaga bisnis pembiayaan di Indonesia. 1 Lembaga pembiayaan adalah suatu badan yang melalui kegiatannya di bidang keuangan yakni menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kemasyarakat. Lembaga pembiayaan ini dibagi menjadi dua kelompok yakni lembaga keuangan atau yang sering disebut bank dan lembaga keuangan bukan bank. 2 Salah satu lembaga pembiayaan konsumen yang tumbuh pesat pada saat ini adalah PT. Summit OTO Finance. PT. Summit OTO Finance didirikan tahun 1990, pada awalnya perusahaan ini bernama PT. Summit Sinar Mas Finance, hasil 1 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 98 2 M.Fuadi Dkk, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 72
kerjasama usaha antara PT. Sinar Mas Multiartha dan Sumitomo Corporation, Jepang. Awalnya PT. Summit Sinar Mas Finance memfokuskan aktivitas usaha pada sewa guna usaha. Namun di tahun 2003 PT. Summit Sinar Mas Finance mengubah aktivitas usahanya menjadi perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor, sekaligus mengganti namanya menjadi PT. Summit OTO Finance. Sumitomo Corporation adalah perusahaan dagang Jepang yang terpadu (sogoshosha). Sebagai Pemegang saham utama, Sumitomo Corporation memberikan dukungan dan mengendalikan semua aspek usaha dari manajemen, treasury, keuangan hingga operasi. Dengan dukungan dari Sumitomo Corporation, PT Summit OTO Finance telah berhasil tumbuh dan meningkatkan pembiayaan motor serta memiliki kantor jaringan yang tersebar diseluruh Indonesia. Usaha utama PT. Summit OTO Finance adalah pada pembiayaan kepemilikan motor baru. PT Summit OTO Finance lebih berfokus kepada pelanggan perorangan dari pada perusahaan, dengan tujuan penyebaran risiko. Sebagai perusahaan pembiayaan yang independen, PT. Summit OTO Finance tidak memiliki keterkaitan dengan pabrikan, sehingga perusahaan memiliki keleluasaan untuk membiayai semua merek motor yang tersedia di pasar. PT. Summit OTO Finance sebagai penyedia jasa pembiayaan bagi konsumen tentunya mempunyai berbagai jenis pembiayaan. Salah satu jenis pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut adalah pembiayaan konsumen (consumer finance). Dalam pandangan masyarakat saat ini menganggap perusahaan pembiayaan sepeda motor adalah perusahaan leasing pada umumnya, padahal sebenarnya terdapat perbedaan diantara keduanya.
Menurut Pasal 1 angka 7 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, pembiayaan konsumen (consumer finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Sedangkan sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Jadi dalam hal ini jenis pembiayaan yang dilakukan oleh PT. Sommit Oto Finance tersebut adalah pembiayaan konsumen (consumer finance), bukan leasing (sewa guna usaha). Menurut Budi Rachmad perbedaan pembiayaan konsumen dengan sewa guna usaha, khususnya yang dengan hak opsi (finance lease) adalah sebagai berikut: 1. Pada pembiayaan konsumen, pemilikan barang/ objek pembiayaan berada pada konsumen. Adapun pada sewa guna usaha (leasing), pemilikan barang/ objek pembiayaan berada pada lessor. 2. Pada pembiayaan konsumen, tidak ada batasan waktu pembiayaan dalam arti disesuaikan dengan unsur ekonomis barang/ objek pembiayaan. Adapun pada sewa guna usaha jangka waktu diatur sesuai dengan umur ekonomis objek/ barang modal yang dibiayai oleh lessor. 3. Pada pembiayaan konsumen tidak membatasi pembiayaan kepada calon konsumen yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
mempunyai kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas. Adapun pada sewa guna usaha calon lessee diharuskan ada atau memiliki syarat-syarat di atas. 3 Melihat pengaturan mengenai perusahaan pembiayaan di atas, maka pada saat ini berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia, dinyatakan bahwa setiap objek kendaraan bermotor dalam perjanjian pembiayaan konsumen harus dibebani dengan perjanjian jaminan fidusia oleh perusahaan pembiayaan tersebut. Perjanjian jaminan fidusia merupakan perjanjian accessoir, dimana hal ini sesuai ketentuan Pasal 4 Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (selanjutnya disebut UU Fidusia). Perjanjian accessoir berarti bahwa lahir dan hapusnya perjanjian jaminan fidusia bergantung pada perjanjian pokoknya (perjanjian utang piutang atau perjanjian pembiayaan). Dalam Pasal 4 UU Fidusia dinyatakan bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Jaminan fidusia wajib didaftarkan dimana dengan didaftarkannya jaminan fidusia tersebut, kantor pendaftaran fidusia akan menerbitkan dan menyerahkan sertifikat jaminan fidusia kepada penerima jaminan fidusia dan jaminan fidusia ini lahir setelah dilakukan pendaftaran. Hal ini juga diatur dalam Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No. 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran 3 Budi Rachmat, Multi Finance Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, (Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 2002), hlm. 137
Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia yang menyatakan bahwa perusahaan pembiayaan wajib mendaftarkan jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia, paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal perjanjian pembiayaan konsumen. Lebih lanjut, dalam Pasal 3 Permenkeu tersebut dinyatakan bahwa perusahaan pembiayaan dilarang melakukan penarikan benda jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor apabila kantor pendaftaran fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan fidusia dan menyerahkannya kepada perusahaan pembiayaan. Kebutuhan masyarakat yang besar akan alat transportasi khususnya kendaraan bermotor, seringkali membuat perusahaan pembiayaan dijadikan dewa penolong atau dewa penyelamat bagi sebagian besar kebutuhan alat transportasi masyarakat Indonesia. Namun fakta saat ini keberadaan perusahaan pembiaayaan banyak yang melakukan pelanggaran hukum atas penarikan paksa kendaraan bermotor yang menjadi objek pembiayaan konsumen, sehingga hal ini sangat meresahkan konsumen. Hal ini terbukti dari banyaknya kasus penarikan paksa yang dilakukan oleh pihak perusahaan pembiayaan atas objek pembiayaan milik debitur, terlebih lagi pada saat ini banyak perusahaan pembiayaan yang menggunakan jasa pihak ketiga (debt collector), untuk melakukan penarikan paksa dari objek pembiayaan. Tentu saja ini sangat merugikan konsumen, dimana konsumen yang sudah banyak mengangsur cicilan objek pembiayaannya, hanya keterlambatan pembayaran sedikit, akhirnya konsumen harus mengalami penarikan paksa oleh pihak perusahaan pembiayaan. Berdasarkan latar belakang
inilah penulis membuat skripsi ini dengan judul Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Yang Mengalami Penarikan Paksa Kendaraan Bermotor Oleh Pihak Ketiga (Debt Collector) Karena Kredit Macet Ditinjau Menurut Kontrak Baku Perjanjian Pembiayaan Konsumen Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan. B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, yakni sebagai berikut: 1. Bagaimana kedudukan pihak ketiga (debt collector) dalam perjanjian kredit pembiayaan konsumen? 2. Bagaimana ketentuan dan prosedural penarikan kendaraan bermotor dikarenakan kredit macet? 3. Bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap konsumen yang mengalami penarikan paksa kendaraan bermotor karena kredit macet? C. Tujuan Penulisan Tulisan ini dibuat sebagai tugas akhir dan merupakan sebuah karya ilmiah yang bermanfaat bagi perkembangan hukum di Indonesia khususnya tentang hukum yang mengatur tentang hukum jaminan fidusia di negara Indonesia. Sesuai permasalahan yang diatas adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui kedudukan pihak ketiga (debt collector) dalam perjanjian kredit pembiayaan konsumen. 2. Untuk mengetahui ketentuan dan prosedural penarikan kendaraan bermotor dikarenakan kredit macet. 3. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap konsumen yang mengalami penarikan paksa kendaraan bermotor karena kredit macet. D. Manfaat Penulisan Adapun yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini tidak dapat dipisahkan dari tujuan penulisan yang telah diuraikan diatas, yaitu: 1. Manfaat secara teoretis Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan pemikiran di bidang ilmu pengetahuan hukum, khususnya pengetahuan ilmu hukum ekonomi. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat secara praktis Secara praktis diharapkan agar penulisan skripsi ini dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat dan para pihak yang berperan serta yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan perannya dalam memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada debitur dalam setiap proses transaksi kredit pembiayaan konsumen yang terjadi di Indonesia.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Bambang sunggono menyatakan bahwa dalam penulisan sebuah karya ilmiah ada 2 (dua) jenis metode penelitian, yaitu: a. Penelitian yuridis normatif disebut juga dengan penelitian hukum doktrinal karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya kepada peraturan-peraturan yang tertulis dan bahan hukum yang lain. Penelitian hukum ini juga disebut sebagai penelitian kepustakaan ataupun studi dokumen disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. Penelitian kepustakaan demikian dapat pula dikatakan sebagai lawan dari penelitian empiris (penelitian lapangan). 4 b. Penelitian yuridis empiris disebut juga dengan penelitian hukum non doktrinal karena penelitian ini berupa studi-studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di dalam masyarakat, atau yang disebut juga sebagai Socio Legal Research. 5 Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini metode penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris yaitu dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research) dan penelitian lapangan. 2. Sumber Data Data dalam penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari: hlm. 81 4 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 5 Ibid., hlm. 43
a. Bahan hukum primer, yaitu norma atau kaedah dasar, bahan hukum yang mengikat seperti Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maupun peraturanperaturan lain yang berkaitan dengan kebijakan hukum perdata dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Peraturan Menteri Keuangan No. 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia, dan lain-lain. c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus Inggris-Indonesia, kamus hukum, ensiklopedia, karya ilmiah para sarjana, majalah, surat kabar, internet, dan lain-lain. 3. Metode pengumpulan data Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematis digunakan buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan
bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. 6 Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel yang berkaitan dengan objek peneliitian, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan. Di samping itu ada pun metode pengumpulan data yang lain yaitu data primer, data yang diperoleh langsung dari objek penelitian seperti Wawancara, dan sebagainya. 4. Analisis Data Data sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisa secara kualitatif yaitu semaksimal mungkin memakai bahan-bahan yang ada yang berdasarkan asas-asas, pengertian serta sumber-sumber hukum yang ada dan menarik kesimpulan dari bahan yang ada tersebut. F. Keaslian Penulisan Penulisan skripsi yang berjudul Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Yang Mengalami Penarikan Paksa Kendaraan Bermotor Oleh Pihak Ketiga (Debt Collector) Karena Kredit Macet (Studi Pada PT. Summit OTO Finance Cabang Medan) adalah hasil pemikiran sendiri. Skripsi ini menurut sepengetahuan, belum pernah ada yang membuat. Kalaupun ada seperti judul skripsi yang hampir 6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 24
sama, namun dapat diyakinkan bahwa substansi pembahasannya berbeda. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan ilmiah. Pengujian tentang kesamaan dan keaslian judul yang diangkat di Perpustakaan Fakultas Hukum juga telah dilakukan dan dilewati, maka ini juga dapat mendukung tentang keaslian penulisan. G. Sistematika Penulisan Untuk lebih memudahkan menguraikan pembahasan masalah skripsi ini, maka penyusunannya dilakukan secara sistematis. Skripsi ini terbagi dalam lima bab, yang gambarannya sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang uraian umum seperti penelitian pada umumnya yaitu, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN/PERIKATAN Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan tentang pengertian perjanjian/perikatan, asas dalam perjanjian, jenis-jenis perjanjian, syarat sahnya perjanjian, wanprestasi, dan perbuatan melawan hukum. BAB III TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan tentang pengertian perlindungan konsumen, asas dan tujuan perlindungan konsumen, hak dan kewajiban pelaku usaha, hak dan kewajiban konsumen, dan badan penyelesaian sengketa konsumen. BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN YANG MENGALAMI PENARIKAN PAKSA KENDARAAN BERMOTOR OLEH PIHAK KETIGA (DEBT COLLECTOR) KARENA KREDIT MACET (STUDI PADA PT. SUMMIT OTO FINANCE CABANG MEDAN) Dalam bab ini akan dibahas mengenai peranan pihak ketiga dalam perjanjian kredit pembiayaan konsumen, bentuk penarikan kendaraan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, dan bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap konsumen yang mengalami penarikan paksa kendaraan bermotor karena kredit macet. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini adalah bab penutup, yang merupakan bab terakhir dimana akan diberikan kesimpulan dan saran mengenai permasalahan yang dibahas.