, 2015 PLURALISME MENURUT TIGA TOKOH NU DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM (KH.

dokumen-dokumen yang mirip
Pendidikan Agama Islam

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY

ISLAM DAN GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan judul Pendidikan Islam Berwawasan kebangsaan menurut perspektif KH.

BAB I PENDAHULUAN. Iman, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 110

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

yang mungkin selama ini belum banyak yang membaca pertarungan wacana semacam ini sebagai sebuah fenomena politis. Kontribusi Teoritik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERANAN UNESCO TERHADAP PENGKLAIMAN BUDAYA TIDAK BERWUJUD DAN PENERAPAN HUKUMNYA DI INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. potensi perselisihan hidup beragama, perulah adanya upaya-upaya

BAB IV PENUTUP. tesis ini untuk menjawab rumusan masalah dapat penulis uraikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Terbaru, Media Pustaka Poenix, Jakarta, 2012, hlm. 572.

WALI KOTA BLITAR SAMBUTAN WALI KOTA BLITAR PADA ACARA PEMBUKAAN PEKAN BUDAYA BLITAR TAHUN 2012 SELASA, 06 NOVEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pendidikan bukanlah hal asing lagi saat ini, Nanang Fatah

BAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. keseluruhan penulisan skripsi ini yang mengangkat bahasan tentang Pendidikan

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2005), hlm. 23. Penerbit Diponegoro, 2008), hlm Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an, (Jakarta: Bumi

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pada pendidikan dan perkembangan jiwa siswa adalah orang tua, selain

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

ISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

Pemikiran Abdul Munir Mulkhan Tentang Pendidikan Multikultural

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.

BAB I PENDAHULUAN. jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya, ras, agama, dan bahasa. Keragaman yang ada inilah yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

DESKRIPSI DAN SILABUS SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (SPAI) KU 300, 2 SKS. Oleh : Syarip Hidayat, M.Pd, MA. NIP

barakah sesuai dengan sosio-kultural yang membentuknya dan mendominasi cara

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara historis masuknya Islam di Indonesia dengan sangat

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB VII KESIMPULAN. Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh. berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya.

Dunia telah menjadi DESA BESAR, Dunia tanpa Batas (pelaksanaan Haji, Pertandingan Sepak Bola dll, bisa dilihat secara langsung ASRORI, MA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bertambah dalam menghadapi era globalisasi, untuk menghadapi globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

Transkripsi:

1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut Baidhawy (2004, hal. 114), dalam kehidupan masyarakat majemuk yang diperlukan adalah penghormatan atas berkembangnya budaya masyarakat dengan segala bentuknya. Hal ini dikarenakan budaya menjadi salah satu fakor perekat sosial demi tegaknya kehidupan yang harmonis bagi suatu bangsa dan masyarakat dalam rangka membangun kehidupan yang lebih maju di era globalisasi dan modernisasi. Budaya sebagai hasil karya masyarakat merupakan eksistensi asasi dari manusia yang perlu dilestarikan keberadaannya, karena dengan ini akan tercipta kesatuan dalam keaneka-ragaman. Keberagaman pada hakikatnya merupakan realitas kehidupan itu sendiri, yang tidak bisa dihindari dan ditolak. Karena keberagaman merupakan sunnatullāh, maka keberadaanya harus diakui oleh setiap manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S al-ḥujurāt [49]: 13 Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 1 Ayat tersebut menunjukkan bahwa semua manusia adalah sama-sama makhluk Tuhan, mereka memiliki keyakinan, tradisi dan budayanya sendiri, 1 Seluruh tulisan ayat Al-Qur`ān dan terjemahannya dalam sekripsi ini dikutip dari software al-qurān in word yang disesuaikan dengan Al-Qurān dan Terjemahannya yang diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-qurān Kementrian Agama RI, penerbit CV Diponegoro Bandung.

2 mereka memiliki pandangan hidup yang bermacam-macam, serta hidup dalam berbagai suku, bangsa, dan bahasa. Wahid (1999, hal. 196) menjelaskan bahwa kemajemukan bangsa Indonesia baik suku, ras, agama maupun perbedaan pandangan dan pendapat dalam melihat realitas merupakan kekayaan dan kebangan tersendiri yang tidak dimiliki bangsa lain. Namun dengan keragamaan akan perbedaan itu sering membawa kepada disintegrasi bangsa, karena klaim kebenaran dari kelompok satu kepada kelompok lain akan memicu perang ide dan ujung-ujung sampai pada perang fisik. Untuk mengindari hal itu maka diperlukan kearifan, toleransi, tenggang rasa, dan dialog antar masyarakat (jangan dilupakan kita sebagai bangsa terlanjur heterogen dan pluralistik). Menurut Husaini (2005, hal. 2), tantangan yang dihadapi dewasa ini sebenarnya bukan dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya, tetapi tantangan pemikiran. Sebab persoalan yang ditimbulkan oleh bidang-bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya ternyata bersumber dari pemikiran. Di antara tantangan pemikiran yang paling serius saat ini adalah di bidang pemikiran keagamaan. Tantangan yang sudah lama disadari adalah tantangan internal yang berupa fanatisme, taklid buta, bid ah, khurafat, dan sebagainya. Sedangkan tantangan eksternal yang sedang dihadapi saat ini adalah masuknya paham liberalisme, sekulerisme, relativisme, pluralisme agama dan lain sebagainya, kedalam wacana pemikiran keagamaan bangsa Indonesia. Hidayat (2008, hal. 55) menjelaskan bahwa sebuah masyarakat heterogen yang sedang tumbuh, seperti bangsa Indonesia, tentu sulit untuk mengembangkan saling pengertian antar beraneka ragam unsur-unsur etnis, dan budaya daerah. Kalaupun tidak terjadi salah pengertian mendasar atas unsurunsur itu, paling tidak tentu saling pengertian yang tercapai barulah bersifat nominal belaka, dengan kata lain, suasana optimal yang dapat dicapai bukanlah saling pengertian, melainkan sekedar mengurangi kesalah pahaman. Meskipun demikian, harus diakui, bahwa pluralisme masih menghadapi tatntangan yang serius, terutama pasca-fatwa MUI tentang pengharaman pluralisme. Salah satunya Misrawi (dalam Gus Dur Santri Par Excellence, 2010,

3 hal. ix) menjelaskan bahwa fatwa semacam ini merupakan tantangan serius dalam membangun harmoni dan kebersamaan. Karena seolah-olah ketika berhubungan dengan kelompok lain yang berbeda, maka dianggap akan menjadi bagian dari kelompok tersebut. Padahal, dialog dan perjumpaan justru dapat menjadi kekuatan dan potensi, terutama dalam konteks kebangsaan. Misrawi (dalam Gus Dur Santri Par Excellence, 2010, hal. x) menambahkan bahwa pluralisme semakin mendapat tantangan, karena tindakan intoleransi sepanjang tahun 2009 masih menjadi momok yang menakutkan. Setidaknya menurut pemantauan Moderate Muslim Society, ada sekitar 59 tindakan intoleransi. Puncaknya adalah aksi terorisme yang membuktikan, bahwa ekstremisme dengan mengatasnamakan paham keagamaan tertentu masih mengemuka. Pelaku dan jaringannya berhasil ditangkap, bahkan dibunuh, tetapi paham dan habitatnya masih terus berkembang. Abdurrahman Wahid (Masdar, 1998, hal. 123) mencoba tidak hanya menggunakan hasil pemikiran Islam tradisional namun lebih pada penggunaan metodologi teori hukum (uṣul al-fiqh) dan kaidah-kaidah hukum (qawaid fiqhiyah) serta pemikiran kesarjanaan Barat dalam kerangka pembuatan suatu sintesis untuk melahirkan gagasan baru sebagai upaya menjawab perubahanperubahan aktual. Seperti ditegaskan Nurcholish Madjid suatu generasi tidak bisa secara total memulai upaya pembaharuan dari nol, melainkan mesti bersedia bertaqlid, yang berarti melakukan dan memanfaatkan proses akumulasi pemikiran-pemikiran masa lalu. Namun, warisan-warisan masa lalu tidak sekedar dihargai, tetapi sekaligus harus dihadapi secara kritis agar lahir pemikiran-pemikiran kreatif. Tanpa adanya pengahargaan terhadap warisan keilmuan klasik maka proses pemiskinan kultural akan terjadi. Menurut Wahid (1993, hal. 133) suatu keharusan bagi umat Islam jika dididik untuk mengenal dinamika sosial, kultural, politik, perokonomian, dan dinamika edukasinya sendiri. Mereka harus dididik untuk bisa mendialogkan kemaslahatan umat dan hak demokratisasinya serta diberi kesempatan dengan menghilangkan kesan didekte. Abdurrahman Wahid mengatakan: bahwa sejarah sepenuhnya menunjukkan bahwa kebesaran Islam bukan karena ideologi atau

4 politik tapi justru melalui tasawuf, perdagangan, dan pengajaran. Jadi antar tingkat kualitas pendidikan dan ukhuwwah Islāmiyyah dapat menjadi umpan balik. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk karya ilmiah atau skripsi dengan judul Pluralisme menurut Tiga Tokoh NU dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam (KH. Sofyan Yahya, KH. Thonthowi Musaddad, dan KH. Didi Hudaya Buchori). Masih banyaknya masyarakat yang kurang memahami tentang pluralisme. Maka, penulis ingin mengkaji lebih jauh tentang pluralisme yang berimplikasi terhadap pengembangan pendidikan Islām. Rumusan Masalah Dalam penulisan karya ilmiah ini yang menjadi fokus kajian bagi penulis mengenai pluralisme menurut tiga tokoh NU dan implikasinya terhadap pendidikan Islam. Permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini dapat diuraikan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep pluralisme menurut tiga tokoh NU? 2. Bagaimana sejarah pluralisme di Indonesia menurut tiga tokoh NU? 3. Apa hubungan Gus Dur dan pluralisme menurut tiga tokoh NU? 4. Bagaimana implikasi pluralisme terhadap pendidikan Islam menurut tiga tokoh NU? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pluralisme menurut tiga tokoh NU dan implikasinya terhadap pendidikan Islām. Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui konsep pluralisme menurut tiga tokoh NU 2. Untuk mengetahui sejarah pluralisme di Indonesia menurut tiga tokoh NU 3. Untuk mengetahui hubungan Gus Dur dan pluralisme menurut tiga tokoh NU 4. Untuk mengetahui implikasi ide pluralisme Gus Dur terhadap pendidikan Islam menurut tiga kiai NU

5 Manfaat Penelitian Penulisan ini diharapkan dapat memberikan hal-hal yang bermanfaat kepada: 1. Bagi pengembangaan pendidikan ide pluralisme, khususnya bagi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung untuk memperluas kajian khazanah ilmu pendidikan. 2. Bagi para Dosen, penelitian ini diharapakan dapat menjadi motivasi untuk berusaha mengimplementasikan Pendidikan Ide Pluralisme dalam rangka menciptakan lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan keilmuannya. 3. Bagi para mahasiswa diharapkan dapat menjadi tambahan khazanah keilmuan yang mapan dan berkualitas. 4. Bagi penulis, semoga dapat mengasah diri dalam mengembangkan wawasan teoritis tentang keilmuan dalam penulisan. Sistematika Penulisan Bab I menjelaskan tentang pendahuluan, yang di dalamnya memuat latar balakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan, agar bisa dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan penelitian dan mengantarkan peneliti pada bab berikutnya. Bab II memaparkan tentang Kajian Pustaka, yang didalamnya akan diutarakan tentang pengertian pluralisme, sejarah pluralisme, agama dan pluralisme, dan pro kontra pluralisme, serta pengertian pendidikan Islām, tujuan pendidikan Islām, nilai pendidikan Islām, sumber pendidikan Islām, pengertian sumber pendidikan Islām, lembaga pendidikan Islām, dan lingkungan pendidikan. Bab III menjelaskan tentang metode penelitian. Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan studi kepustakaan. Sedangkan

6 untuk menganalisis data dengan cara reduksi data, display data, dan verifikasi kemudian simpulan. Bab IV pembahasan, pada bab ini mengutarakan hasil wawancara dengan narasumber yang terdiri dari tiga Kiai NU yang membahas tentang ide pluralisme Gus Dur dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islām. Hal ini dimasukkan dalam bab ini, agar dapat dijadikan bekal bagi penulis untuk melanjutkan penulisan karya ilmiah ini sehingga penulis dapat menyimpulkan secara baik dan benar. Bab V kesimpulan dan saran. Dalam bab terakhir, akan berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran ditujukan bagi para penulis atau peneliti yang akan mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan penulisan karya ilmiah ini.