BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH TERHADAP DESA

dokumen-dokumen yang mirip
TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB III TINJAUAN WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

Kajian Struktur Ruang Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan. Di Indonesia,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III TINJAUAN KAWASAN

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

(RTRW) PUBLIKASI ILMIAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TURI DAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV. A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman.

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

BAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta Gambaran Umum Wilayah Sleman

DAMPAK ABU VULKANIK ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SLEMAN. Yusuf Amri

BAB I PENDAHULUAN. Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian Selatan dan Timur Indonesia terdapat

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SEKTOR PERIKANAN. 1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Administrasi

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Definisi dan Jenis Bencana

Tabel 3.1. Anggaran, Realisasi, dan Pelaksanaan Urusan Wajib

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

Tabel 3.1. Anggaran, Realisasi, dan Pelaksanaan Urusan Wajib

BAB IV DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN. Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman Tahun

Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata dengan jumlah penduduk

BAB VII PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN LETUSAN GUNUNG BERAPI DAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI [14]

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGEMBANGAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH DAN KAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh bahan dari alam yang kemudian dapat digunakan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia bisnis kini berkembang sangat pesat di jaman yang maju dan

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2011

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian yang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN STATUS POTENSI BENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

XI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. erupsi Merapi terhadap sektor pertanian dan lingkungan TNGM di Provinsi DIY dan

KLASIFIKASI LAHAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. harta benda, dan dampak psikologis. Penanggulangan bencana merupakan suatu

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB III PUSAT SENI KERJANINAN BAMBU DI DESA WISATA BRAJAN Kondisi Administratif Kabupaten Sleman

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Penataan Ruang Berbasis Multipihak Pasca Erupsi Merapi

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API GAMALAMA DI PERMUKIMAN KAMPUNG TUBO KOTA TERNATE

Tabel 7.3 CAPAIAN KINERJA PROGRAM INDIKATOR

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Click to edit Master title style

19 Oktober Ema Umilia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

Vulnerability. (Kerentanan) Praktikum Lapangan Gunung Merapi Mata Kuliah Mitigasi Bencana

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH TERHADAP DESA 2.1 Kebijakan Terkait Dengan Kewenangan Di Wilayah ( RTRW Kab) 2.1.1 Karakteristik Wilayah 1. Puncak Merapi, Meliputi Kec. Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan, wilayah ini kaya sumber daya air dan ekowisata yang berorientasi pada kegiatan Gunung Merapi dan ekosistemnya. 2. Timur, meliputi Kec. Prambanan, Kalasan, Berbah, wilayah merupakan pusat wisata budaya, Kondisi lahan kering, memiliki cadangan batu putih. 3. Tengah, meliputi Kec. Mlati, Sleman, Ngaglikm Ngemplak, depok dan Gamping. wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa. 4. Barat, meliputi Kec. Godean, Minggir, Seyegan dan Moyudan, merupakan daerah pertanian lahan basah dan kegiatan Industri Kerajinan. 2.1.2 Rencana Zona BAGIAN UTARA Karakterisrik Khusus Merupakan kawasan hutan lindung yang dalam TNGM, resapan air serta potensi rawan bencana Gunung Cakupan Cangkringan, Turi, Pakem, sebagian Ngaglik, sebagian Ketentuan Pemanfaatan hutan lindung, pertanian lahan kering, pertambangan pasir secara terbatas, permukiman Pembagian Rencana Rencana Agropolitan Merupakan kawasan lindung bagian dari TN Gunung Merapi wilayah sekitarnya menjadi wilayah TIP DESA WONOKERTO II - 1

Merapi. Bagian selatan berbatasan dengan APY. Ngemplak, Sleman, Tempel pedesaan. Kepadatan penduduk diarahkan untuk rendah di kawasan yang sebagai hutan lindung. Kepadatan sedang untuk kawasan yang sebagai sun pusat pengembangan. penyangga yang dapat menjadi kawasan budidaya terbatas. pengembangan produksi pertanian serta desa wisata. Pusat Pelayanan di Desa Margorejo ( Tempel) dan Desa Pakembinangun ( Pakem). Meliputi Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan. 2.2 Kebijakan Terkait Rawan Bencana Alam Gunung Merapi 2.2.1 Rawan Bencana (KRB) Peta Rawan Bencana Gunung api adalah peta yang menunjukkan tingkat kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi letusan kegiatan gunung api. Peta Rawan Bencana Gunung Merapi disusun berdasarkan geomorfologi, geologi, sejarah kegiatan, distribusi produk erupsi terdahulu, penelitian dan studi lapangan. Jenis potensi bahaya Merapi yang dapat mengancam jiwa manusia dan harta benda terdiri atas : 1. Awan panas 2. Hujan abu lebat dan lontaran batu (pijar) dan 3. Lahar Dalam membagi tingkat kerawanan, mengacu pada Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) 13-4689-1988) tentang penyusunan Peta Rawan Bencana Gunung api. Selanjutnya Peta Rawan Bencana Gunung Merapi dibagi dalam tiga tingkatan dari yaitu : TIP DESA WONOKERTO II - 2

1. Rawan Bencana III 2. Rawan Bencana II dan 3. Rawan Bencana I 2.2.2 Peta Rawan Bencana (KRB) BATASAN ISTILAH Area Terdampak Area yang terdampak erupsi Gunung Merapi (awan panas, material panas), namun tidak atau sedikit berdampak pada manusia, permukiman, dan infrastruktur. Area Terdampak Langsung 1 Area yang terdampak erupsi Gunung Merapi (awan panas dan material panas), yang berdampak pada manusia, rumah, dan infrastruktur. Rumah dan infrastruktur yang terdampak tidak dapat diidentifikasi lagi. Area Terdampak Langsung 2 Area yang terdampak erupsi Gunung Merapi (awan panas dan material panas), yang berdampak pada manusia, rumah, dan infrastruktur. Rumah dan infrastruktur yang terdampak masih dapat diidentifikasi. TIP DESA WONOKERTO II - 3

KRB 3 Adalah kawasan yang letaknya dekat dengan sumber bahaya yang sering terlanda awan panas, aliran lava, guguran batu, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Tidak diperkenankan untuk hunian tetap. KRB 2 Terdiri dari 2 bagian yaitu Aliran Massa (awan panas, aliran lava, dan lahar) dan Lontaran (material jatuhan dan lontaran batu (pijar). Di kawasan ini masyarakat diharuskan mengungsi jika terjadi peningkatan kegiatan gunung api. KRB 1 Adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/ banjir. Apabila erupsinya membesar maka kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu dan lontaran batu (pijar). Sumber: Kementerian ESDM ARAHAN AREA TERDAMPAK Area Terdampak Diarahkan untuk hutan lindung dan atau Taman Nasional. Area Terdampak Langsung 1 Diarahkan untuk hutan lindung dan atau Taman Nasional. Dibebaskan dari permukiman. Area Terdampak Langsung 2 Peruntukannya oleh Pemerintah Daerah dengan mempertahankan fungsi lindungnya (KRB). KRB 3 Diarahkan untuk hutan lindung dan atau Taman Nasional. Tidak ada pembangunan hunian baru. Permukiman yang sudah ada (enclave) ijinkan dengan Living in harmony with disaster KRB 2 Peruntukan, disesuaikan dengan RTRW yang ada dengan pengendalian ketat (untuk menekan kerugian bencana). KRB 1 Diarahkan sebagai kawasan sempadan sungai yang lebarnya oleh pemerintah daerah. Sumber: Kesepakatan Pemangku Kepentingan PENJELASAN Taman Nasional Gunung Merapi. TIP DESA WONOKERTO II - 4

Merupakan kawasan lindung yang melalui permen Kehutanan. Penggunaannya sesuai dengan rencana tata ruang TNGM. Hutan lindung. lindung yang berfungsi untuk melindungi fungsi hidrologis, kawasan rawan bencana dan, Kegiatan yang diperbolehkan adalah memanfaatkan hasil hutan dengan tidak mengganggu fungsinya (berburu, mengambil kayu ranting, dan atau mengambil damar) Dibebaskan dari hunian. Dilarang membangun hunian baru. Hunian yang ada dipindahkan (relokasi) Enclave permukiman yang ada : Living in harmony with disaster, Zero growth. Hunian yang ada tetap diijinkan, tetapi tidak ada penambahan luas bangunan maupun bangunan baru. yang ada dipersiapkan untuk peka terhadap adanya bencana, baik ketersediaan infrastruktur maupun perilaku masyarakat serta kelembagaan yang ada. Peruntukan sesuai dengan RTRW/RRTR, sebagai kawasan pengendalian tinggi (hight control). Peruntukan lahan disesuaikan dengan yang telah dalam RTRW yang telah ada, namun dengan intensitas ruang yang lebih rendah (ketinggian bangunan, KDB, KLB, kepadatan penduduk) Dihindari peruntukan lahan yang menimbulkan konsentrasi penduduk, seperti pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan umum, fasilitas umum dan sebagainya. Permukiman perdesaan, perumahan berkepadatan rendah. ketinggian bangunan, KDB, KLB, kepadatan penduduk, kepadatan bangunan yang rendah dan KDH yang tinggi. Lebar sempadan oleh pemerintah daerah. Tergantung pada karakteristik sungai. Misalnya semakin landai, lebar sempadan semakin lebar dan sebaliknya. Peruntukan ruang yang dapat meminimalisir konsentrasi penduduk. Seperti pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan umum, fasilitas umum dan sebagainya. Sumber: Kemen ESDM TIP DESA WONOKERTO II - 5