BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi dapat juga diartikan sebagai usaha tubuh untuk mengaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur perbaikan jaringan. Tanda-tanda inflamasi adalah kemerahan, bengkak, panas, nyeri, dan hilangnya fungsi (Mycek dkk., 2001). Pada proses inflamasi terjadi reaksi vaskular, sehingga cairan, elemen elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia terkumpul pada tempat yang cedera untuk menetralkan dan menghilangkan agen-agen berbahaya serta untuk memperbaiki jaringan yang rusak (Kee dan Hayes, 1993). Tanda tanda inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, peningkatan permeabilitas kapiler, dan migrasi leukosit ke daerah inflamasi (Wilmana, 1995). Obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (AINS) umumnya mengacu pada obat yang menekan inflamasi seperti steroid, namun tanpa efek samping steroid. Berbeda dengan steroid yang bekerja untuk mencegah pembentukan asam arakhidonat pada membran sel, obat AINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien, yang diketahui ikut berperan dalam inflamasi (Wilmana, 1995). Selain efektif untuk mengurangi nyeri dan demam, AINS juga digunakan untuk mengatasi gejala-gejala arthritis, encok, bursitis, nyeri haid, dan sakit 1
kepala. Umumnya obat AINS yang digunakan untuk terapi rheumatoid arthritis, bermanfaat untuk menghilangkan rasa sakit, dan mencegah edema akibat pengaruh prostaglandin (Wilmana, 1995). Penelitian terhadap tanaman obat yang biasa digunakan di masyarakat dapat memberi landasan ilmiah yang kuat bagi masyarakat pengguna obat tradisional dan bahan baku obat antiinflamasi di masa mendatang. Daun P. lanceolata berkhasiat sebagai peluruh air seni, obat penenang dan obat otot kejang (Backer dan Van den Brink, 1965). Penelitian eksperimental menggunakan P. lanceolata menunjukkan efek penghambatan pada edema telinga tikus (Murai, et al., 1995). Marchesan et al., 1998 meneliti khasiat anti-inflamasi dari ekstrak P. lanceolata dengan menggunakan metode HET-CAM (Hen's Egg Test Chorioallantoic Membrane). Tahun 2005, Vigo et al., meneliti efek ekstrak dari P. lanceolata (daun, bunga, akar) pada mediator inflamasi secara in vitro dengan cara menghambat produksi nitrat oksida dalam sel. Herold et al. (2003) membuktikan bahwa ekstrak etanol terstandard dari daun P. lanceolata dapat menekan pembentukan 5-lipoxygenase dan COX-2 yang merupakan enzim proinflamasi dari asam arakidonat. Ekstrak etanol dari daun P. lanceolata mengurangi udem pada kaki tikus yang diinduksi karagenin sebesar 11% (Mascolo et al. 1987). Fakhrudin (2012), mengungkapkan bahwa ekstrak diklorometana (DCM) daun P. lanceolata memberikan efek antiinflamasi dengan cara penghambatan migrasi leukosit. Penelitian ini ditujukan untuk mencari senyawa aktif pada P. lanceolata yang mempunyai khasiat sebagai antiinflamasi. 2
B. Rumusan Masalah Berdasarkan atas latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa rumusan permasalahan yaitu: 1. Apakah fraksi larut n-heksan dan tidak larut n-heksan memiliki aktivitas antiinflamasi melalui penghambatan migrasi leukosit pada mencit yang diinduksi thioglikolat. 2. Senyawa apa dari ekstrak diklorometana daun P. lanceolata yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antiinflamasi. C. Keaslian Penelitian Data ilmiah tentang aktivitas antiinflamasi daun P. lanceolata dari hasil penelitian baik secara in vitro maupun in vivo masih sangat terbatas. Tahun 2012, Fakhrudin, mengungkapkan bahwa ekstrak diklorometana daun P. lanceolata memberikan efek antiinflamasi dengan cara penghambatan migrasi leukosit. Dalam penelitian ini, diuji fraksi-fraksi dari ekstrak diklormetana daun P. lanceolata apakah mempunyai aktivitas antiinflamasi secara in vivo pada mencit jantan galur Balb/C yang diinduksi thioglikolat secara intraperitonial (i.p). Penelitian ini untuk mengkaji aktivitas antiinflamasi ekstrak daun P. lanceolata yang secara empiris telah digunakan untuk mengobati penyakit seperti gejala iritasi oral atau faring dan batuk kering. Penelitian eksperimental menggunakan ekstrak air P. lanceolata menunjukkan efek penghambatan pada edema telinga tikus (Murai, et al., 1995). Marchesan et al., 1998 meneliti khasiat anti-inflamasi dari ekstrak etanol P. lanceolata dengan menggunakan metode HET-CAM yang mengungkapkan 3
bahwa aktivitas anti-inflamasi ekstrak adalah sebanding dengan hidrokortison, fenilbutazon dan natrium diklofenac. Tahun 2005 Vigo et al. meneliti efek ekstrak metanol air dari P. lanceolata (daun, bunga, akar) pada mediator inflamasi secara in vitro dengan cara menghambat produksi nitrat oksida dalam sel. Herold et al. (2003) membuktikan bahwa ekstrak etanol terstandard dari daun P. lanceolata dapat menekan pembentukan 5-lipoxygenase dan COX-2 yang merupakan enzim pro-inflamasi dari asam arakidonat. Ekstrak etanol dari daun P. lanceolata mengurangi udem pada kaki tikus yang diinduksi karagenin sebesar 11% (Mascolo et al. 1987). Sepanjang penelusuran pustaka, penelitian isolasi senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antiinflamasi dari daun P. lanceolata dengan penghambatan migrasi leukosit pada mencit diinduksi thioglikolat yang penulis lakukan belum pernah dipublikasikan. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1. Memberikan bukti ilmiah mengenai aktivitas daun P. lanceolata sebagai antiinflamasi dengan metode thioglikolat-induced peritonitis. 2. Memberikan landasan ilmiah untuk pengembangan daun P. lanceolata maupun senyawa aktifnya untuk pengobatan penyakit yang berhubungan dengan inflamasi. 4
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk menetahui apakah fraksi larut n-heksan dan tidak larut n-heksan memiliki aktivitas antiinflamasi melalui penghambatan migrasi leukosit pada mencit yang diinduksi thioglikolat. 2. Mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa aktif antiinflamasi ekstrak DCM daun P. lanceolata yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antiinflamasi melalui penghambatan migrasi leukosit pada mencit yang diinduksi thioglikolat. 5