BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintah mengembangkan puskesmas dengan tujuan untuk mendekatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah interaksi antara konsumen dengan provider (penyedia pelayanan).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA

EFISIENSI RUMAH SAKIT DI SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PE DAHULUA. Universitas Indonesia. Analisis hubungan bauran..., Tri Yuliana, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang

2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

PUSKESMAS. VISI Tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2010

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Defenisi Serta Konsep Demand Pada Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Tujuan pembangunan. yang produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI,2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujudnya kesehatan yang optimal dan terpelihara. Salah satu upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009). memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah ujung tombak. terjangkau masyarakat hingga tingkat paling bawah dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan. tugas teknis operasional (Depkes, 2001).

Manajemen Pelayanan di Puskesmas

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. Rumah sakit berasal dari kata yunani yaitu hospitium Yang mempunyai arti

BAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan.

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dapat bersifat promosi (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. orang, tetapi seluruh masyarakat. Angka kesakitan (morbiditas) pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk pelayanan yang menurut Levey dan Loomba (1973) dalam Azwar (1999) adalah

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beraksi. Menurut Sarwono (2002) Motivasi menunjuk pada proses gerakan,

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DINAS KESEHATAN UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CIKAMPAK JLN. Lintas Sumatera-Riau kode Pos 21465

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Indonesia mulai dikembangkan sejak dicanangkannya Pembangunan Jangka Panjang (PJP) yang pertama tahun 1971. Pemerintah mengembangkan puskesmas dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang sebagian besar masih tinggal di pedesaan. Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan bagi seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah kerjanya (Muninjaya, 2004). Adapun fungsi Puskesmas, yaitu: 1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. 2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar per orangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber

pembiayaannya serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. 3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan per orangan berupa rawat jalan dan rawat inap dan pelayanan kesehatan masyarakat berupa promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2009). Dalam penyelenggaraannya, upaya pelayanan kesehatan puskesmas dikelompokkan menjadi dua yakni: 1. Pelayanan kesehatan wajib, yaitu upaya yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini terdiri dari Upaya Promosi kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Upaya Pengobatan. 2. Pelayanan kesehatan pengembangan yaitu upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.

Upaya kesehatan pengembangan yang telah ada saat ini yaitu Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat, Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Jiwa, Upaya kesehatan Mata, Upaya Kesehatan Usia Lanjut dan Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (Depkes RI, 2009). Dalam mengukur keberhasilan puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi secara rutin menetapkan target atau standar keberhasilan masing-masing program. Standar pelaksanaan ini juga merupakan standar unjuk kerja staf. Secara kualitatif, keberhasilan program diukur dengan membandingkan standar prosedur kerja masing-masing program dengan kemampuan staf dalam melaksanakan kegiatan masing-masing. Secara kuantitatif diukur dengan membandingkan target yang sudah ditetapkan dengan cakupan pelayanan kegiatan program. Standar Pelayanan Minimal program kesehatan pokok mulai diterapkan Depkes sejak tahun 2003 untuk menjamin dilaksanakannya tugas utama pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan masyarakat yang esensial di daerah dan saat ini disesuaikan dengan Millenium Development Goals (MDG s). Untuk mengukur perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat (efek program) dan dampak program (impact) seperti angka kematian, angka kesakitan, angka kelahiran dan kecacatan tidak diukur secara langsung oleh puskesmas, melainkan diukur setiap lima tahun melalui Survey Kesehatan Rumah Tangga atau Survey Kesehatan Nasional (Muninjaya, 2004).

Untuk memajukan fungsi puskesmas ada lima pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu: 1. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa dengan membangun puskesmas yang baru, puskesmas pembantu, pos kesehatan desa dan penempatan bidan desa untuk mengelola polindes. 2. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan keterampilan staf dan motivasi kerjanya, memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat maupun dengan menyediakan peralatan dan obat-obatan yang mencukupi sesuai dengan kebutuhan pelayanan. 3. Pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Perencanaan pengadaan obat seharusnya didasarkan pada analisa epidemiologi masalah kesehatan atau gangguan kesehatan yang di rawat di unit-unit pelayanan. 4. Memperkuat sistem rujukan di tingkat pelayanan kesehatan dasar dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas sampai ke puskesmas pembantu di desa. Rujukan pelayanan kesehatan akan terlaksana jika pembangunan di sektor lain di kecamatan juga turut mendukung seperti sarana transportasi dan peningkatan pendapatan masyarakat. 5. Peran serta masyarakat melalui pengembangan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) (Muninjaya, 2004).

2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok ataupun masyarakat (Azwar, 1996). Ada 4 syarat pokok pelayanan kesehatan yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan sebagai pelayanan kesehatan yang baik, yaitu: 1. Tersedia dan berkesinambungan, artinya semua jenis pelayaan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan. 2. Dapat diterima dan wajar, artinya pelayanan kesehatan masyarakat tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. 3. Mudah dicapai, pengertian ketercapaian yang dimaksud di sini terutama dari sudut lokasi. 4. Mudah dijangkau, pengertian keterjangkauan disini terutama dari sudut biaya. 5. Bermutu, pengertian mutu disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standard yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan pemberi pelayanan. Beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan diantaranya: 1. Faktor Sosiokultural Yang merupakan faktor sosiokultural terdiri dari teknologi dan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat. a. Teknologi Teknologi dipertimbangkan sebagai faktor sosiokultural, berlawanan dengan faktor organisasi untuk menunjukkan kontrol yang relatif kecil dari pimpinan pelayanan kesehatan yang menanganinya. Kemajuan teknologi dapat mengurangi pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan menurunkan angka kesakitan atau kebutuhan untuk perawatan seperti penemuan vaksin untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan lain-lain. Tetapi di sisi lain, kemajuan teknologi juga dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti transplantasi jantung, ginjal, penemuan organ-organ buatan, serta kemajuan dibidang radiologi (Dever, 1984). b. Nilai - nilai sosial yang ada di masyarakat Norma, nilai dan keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi seseorang dalam bertindak termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi Yang dimaksud dengan faktor- faktor yang berhubungan dengan organisasi adalah struktur dan proses yang memberi kebijakan kepada organisasi pelayanan

kesehatan dan lingkungan sekitar yang memengaruhi proses perawatan kesehatan. Faktor-faktor tersebut adalah ketersediaan sumber daya, akses geografi, akses sosial serta karakteristik struktur dan proses perawatan. a. Ketersediaan sumber daya Suatu sumber daya dikatakan tersedia jika ada dan dapat diperoleh tanpa mempertimbangkan mudah atau sulitnya untuk digunakan. Ketersediaan memengaruhi pemanfaatannya karena suatu pelayanan hanya dapat digunakan jika tersedia. Ketersediaan biasanya dihitung berdasarkan luas geografi dan ditunjukkan dengan perbandingan jumlah sumber daya terhadap populasi pengguna contohnya perbandingan petugas dengan populasi atau perbandingan jumlah tempat tidur di rumah sakit dengan pasien (Dever, 1984). b. Akses geografi Yang dimaksud dengan akses geografi adalah faktor-faktor geografi yang memudahkan atau menghambat pemanfaatan pelayanan kesehatan, berkaitan dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya tempuh. Hubungan antara akses geografi dengan volume penggunaan pelayanan tergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang disebabkan oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh mengakibatkan peningkatan pelayanan yang berhubungan dengan keluhan-keluhan ringan, atau pemakaian pelayanan preventif akan lebih tinggi daripada pelayanan kuratif, sebagaimana halnya dengan pemanfaatan pelayanan umum bila dibandingkan dengan pelayanan spesialis. Semakin berat suatu penyakit atau keluhan dan

semakin canggih atau semakin khusus sumber daya pelayanan, semakin berkurang pentingnya atau berkurang kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume pemanfaatan pelayanan (Dever, 1984). c. Akses sosial Akses sosial terdiri atas dua dimensi yaitu dapat diterima dan terjangkau. Dapat diterima mengarah kepada faktor psikologis, sosial, dan faktor budaya sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi. Konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik yang ada pada provider seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras dan hubungan keagamaan. d. Karaktristik struktur dan proses perawatan Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan dasar berupa upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk itu puskesmas perlu ditunjang dengan pembiayaan yang cukup untuk membiayai pembangunan dan pemeliharaan gedung maupun untuk biaya rutin seperti gaji karyawan dan biaya operasional. Pembiayaan puskesmas saat ini berasal dari pemerintah dan pendapatan puskesmas serta sumber-sumber lain seperti Askes dan Jamkesmas. Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Depkes, 2005). Cara pelayanan terhadap petugas kesehatan itu sendiri mungkin memengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. Sistem pemberian upah merupakan salah satu faktor yang membentuk insentif bagi mereka. Bentuk alternatif seperti praktek

dokter tunggal, praktek dokter bersama, kelompok prakter dokter spesialis atau yang lainnya membuat pola pemanfaatan pelayanan kesehatan yang berbeda. Dalam sistem asuransi dimana biaya pelayanan dokter dibayarkan kembali, struktur pembayaran tersebut mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. Para dokter cenderung membentuk pelayanan yang bisa memberi keuntungan untuk memaksimalkan pendapatan mereka (Dever, 1984). 3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan pemberi pelayanan. Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Kebutuhan terdiri atas kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan diagnosa klinis (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan ini dipengaruhi oleh : a. faktor sosiodemografi yang terdiri dari umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga dan status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, penghasilan). b. Faktor sosiopsikologis yang terdiri dari persepsi dan kepercayaan terhadap pelayanan medis atau dokter. 4. Faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan Faktor yang berhubungan dengan provider ini terutama dokter, terdiri dari dua faktor yaitu faktor ekonomi dan karakteristik pemberi pelayanan.

a. Faktor ekonomi Ada kepercayaan yang tumbuh diantara ahli ekonomi kesehatan, bahwa interaksi tradisional antara penawaran dan permintaan tidak sesungguhnya mengikat pada pasar kesehatan. Ada dugaan yang menyatakan bahwa kurva permintaan dapat diubah oleh dokter atau petugas kesehatan. Hal ini disebabkan antara lain karena konsumen tidak sungguh-sungguh mengerti kebutuhan mereka akan perawatan kesehatan, tidak mampu mengevaluasi pelayanan kesehatan yang lebih baik, kejadian sakit yang tidak terduga-duga sehingga menerima saja perawatan kesehatan diberikan atau konsumen tidak dapat membuat keputusan rasional untuk menggunakan pelayanan. Akibatnya keputusan penggunaan pelayanan kesehatan umummya ditentukan oleh dokter atau petugas kesehatan. b. Karakteristik pemberi pelayanan Karakteristik pemberi pelayanan berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan. Perilaku dokter atau petugas kesehatan pada penggunaan pelayanan kesehatan secara umum berhubungan dengan tingkat spesialisasi, sekolah asal mereka, lokasi rumah sakit dan lama mereka bekerja. Contohnya pada dokter yang dilatih dengan ilmu kedokteran akan lebih sedikit dalam penggunaan sumber daya teknis dan klinis, namun pada kondisi diagnosa yang tidak pasti akan cenderung menggunakan pelayanan yang lebih banyak. Situasi di tempat dokter bekerja juga mempengaruhi aktifitas profesional mereka yang pada akhirnya membentuk norma dan peraturan yang mempengaruhi perilaku mereka. Begitu juga dengan jumlah dan jenis tenaga kesehatan tambahan, pekerja lain, peralatan

dan penggunaan peralatan yang inovatif juga memengaruhi perilaku mereka. Dengan kata lain bahwa karakteristik ini terdiri dari sikap dan keterampilan petugas pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Beberapa teori tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain menurut Rosenstock, ada 4 kesiapan seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan yaitu kepekaan seseorang terhadap penyakit, persepsi seseorang terhadap konsekuensi dari penyakit, persepsi seseorang terhadap keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pelayanan kesehatan dan persepsi seseorang terhadap hambatan-hambatan di dalam menggunakan pelayanan kesehatan (Anderson, 1995). Perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari pengobatan fasilitas-fasilitas pelayanan pengobatan medis (puskesmas, mantri, dokter praktek dan lain-lain), maupun ke fasilitas pengobatan tradisional (dukun, sinse, dan lain-lain). Dengan makin berkembangnya ilmu dan teknologi kedokteran yang didukung dengan peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencarian pengobatan, maka hal tersebut telah dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan medis (Notoatmodjo, 1993). Menurut Lapau (1997), faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan yaitu: 1. Faktor Regional misalnya Jakarta, Jawa Barat dan Residence misalnya rural, urban

2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu tipe dari organisasi, kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga dan fasilitas medis, teraturnya pelayanan, hubungan antara dokter/tenaga dan kesehatan lainnya dengan penderita dan adanya asuransi kesehatan. 3. Faktor adanya fasilitas kesehatan lain 4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan diantaranya faktor sosiodemografis, sosiopsikologis, faktor ekonomis, jarak antara rumah dengan tempat pelayanan kesehatan dan variabel yang menyangkut kebutuhan seperti angka kesakitan dan gejala penyakit yang dirasakan. Menurut Anderson, ada faktor-faktor yang memengaruhi Pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: 1. Karakteristik pemungkin, yang terdiri dari 3 faktor yaitu faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah keluarga), faktor struktur sosial (tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, ras) serta faktor sikap dan keyakinan individu tentang pelayanan kesehatan 2. Karakteristik pendukung, yang terdiri dari sumber-sumber keluarga dan sumber daya masyarakat 3. Karakteristik kebutuhan, yang terdiri dari kebutuhan yang dirasakan dan kebutuhan berdasarkan evaluasi atau diagnosa klinis. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Supardi (2010) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien berobat ke puskesmas, yaitu ; umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan tempat tinggal, pekerjaan, tingkat ekonomi, penanggung biaya. Penelitian yang dilakukan Musroh (2006) tentang identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas menyimpulkan bahwa ada hubungan antara karakteristik pasien dan kebijakan kesehatan dengan pemanfaatan puskesmas. Penelitian yang dilakukan oleh Trimurthy (2008) tentang persepsi masyarakat tentang kualitas pelayanan kesehatan dengan minat pemanfaatan kembali puskesmas juga menunjukkan adanya hubungan. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Hartati dan Kuntjono (2000) tentang mutu pelayanan kesehatan puskesmas dengan pembebasan tarif retribusi di Kabupaten Simalungun juga menunjukkan adanya hubungan antara kualitas pelayanan menurut persepsi pasien dengan pemanfaatan ulang puskesmas. Menurut penelitian Nurcahyani dan Dewi (2000), tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan pengobatan di puskesmas, ada hubungan antara : 1. Kegawatan penyakit dengan pemanfaatan pelayanan 2. Persepsi penilaian terhadap pemanfaatan puskesmas dengan pemanfaatan pelayanan. 3. Biaya berobat dengan pemanfaatan pelayanan 4. Jarak dengan pemanfaatan pelayanan 5. Lama waktu tempuh dengan pemanfaatan pelayanan

6. Lama waktu tunggu dengan pemanfaatan pelayanan Menurut Depkes RI (2002), rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan juga disebabkan: 1. Jarak yang jauh (faktor demografi) 2. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi) 3. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi) 4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya) Menurut Kotler, ada dua jenis faktor yang memengaruhi pemanfaatan barang atau jasa yaitu marketing stimuli (terdiri dari product, price, place dan promotion) dan stimuli yang lain (terdiri dari technological, political dan cultural). Faktor ini akan masuk dalam Buyer box yang terdiri dari dua (2) faktor yaitu buyer characteristic yang memiliki variabel culltural, personal dan psychological, serta buyer decision process, yang merupakan proses yang terjadi saat seseorang memutuskan untuk mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa. Tahapan proses keputusan pembelian yang merupakan bagian dari perilaku konsumen meliputi proses pengenalan kebutuhan, proses pencarian informasi dan proses evaluasi alternatif. Proses pemanfaatan dimulai saat konsumen mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat atau suatu kategori produk. Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak yang dapat dilakukan baik secara aktif maupun

pasif. Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferansi atas merek dalam kumpulan pilihan konsumen, juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang disukai atau memanfaatkan ulang fasilitas yang disukai. Untuk dapat meningkatkan jumlah pasien, puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Mutu pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan pada pelanggan dan pelanggan akan memanfaatkan ulang serta merekomendasikan pelayanan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya. Kepuasan pasien merupakan reaksi perilaku sesudah pembelian dan hal itu memengaruhi pengambilan keputusan pembelian ulang (Kotler dan Susanto, 2001). 2.3 Landasan Teori Menurut Donnabedian dalam Dever (1984), pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan interaksi antara konsumen dan pemberi pelayanan yang dipengaruhi oleh : 1. Faktor sosiokultural, meliputi teknologi, norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat. 2. Faktor organisasi meliputi ketersediaan sumber daya, akses geografis, akses sosial dan karakteristik struktur dan proses perawatan. 3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen yang meliputi sosio demografis dan sosiopsikologis. 4. Faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan meliputi sosioekonomi dan karakteristik pemberi pelayanan.

Mengacu pada konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dikemukakan oleh Donabedian (1973) dalam Dever (1984), maka dipaparkan suatu landasan teori yang mendasari penelitian ini sebagai berikut: Faktor Sosiokultultural 1. Teknologi 2. Norma dan nilai keyakinan Faktor Organisasi 1.Ketersediaan sumber daya 2.Akses geografi 3.Akses sosial 4.Karakteristik struktur dan proses perawatan Pemanfaatan Puskesmas Faktor Pemberi Pelayanan 1.Perilaku Petugas 2.Keterampilan Petugas Faktor Konsumen Tingkat kebutuhan yang dirasakan 1.Faktor sosiodemografis 2.Faktor sosial psikologis 3.Diagnosa klinis Gambar 2.1. Landasan Teori Donabedian (1973) dalam Dever (1984). 2.4 Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan kepustakaan dan landasan teori, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut : Faktor Organisasi 1. Ketersediaan Sumber Daya a. Sumber Daya Manusia b. Fasilitas yang dimiliki 2. Akses Geografi Faktor Pemberi Pelayanan 1. Perilaku Petugas 2. Keterampilan Petugas Pemanfaatan kembali Puskesmas Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada faktor organisasi (ketersediaan sumber daya manusia, fasilitas yang dimiliki, akses geografi) dan faktor pemberi pelayanan (perilaku petugas dan keterampilan petugas) karena menduga bahwa hingga saat ini penyelenggaraan puskesmas lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor organisasi dan faktor pemberi pelayanan dalam melaksanakan tugasnya.