BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendefenisikan akuntansi sebagai :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana menurut Grady (2000 : 12) transaksi atau kejadian dalam suatu cara tertentu dan dalam ukuran uang yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB III PEMBAHASAN. Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk dipergunakan dalam operasional perusahaan bukan untuk diperjualbelikan,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

BAB II LANDASAN TEORITIS. informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang dikutip dari literatur

BAB II TINJAUAN PENELITIAN. 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aktiva tetap didefenisikan PSAK No.16 paragraf 05 (IAI:2004) sebagai

BAB II TINJAUAN PENELITIAN. 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN KETERKAITANNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PG. TOELANGAN SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dipercaya mengenai transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB II LANDASAN TEORITIS. atau mempertanggungjawabkan. bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aset Tetap Definisi Aset Tetap

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TOPIK PENELITIAN. aktiva tetap yang dilakukan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi. Berdasarkan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS. Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II I LANDASAN TEORI

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan perusahaan dalam kegiatan operasionalnya sehari-hari.

PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.16 PADA PT.WAHANA WIRAWAN MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bagian aset yang umumnya selalu dimiliki oleh setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jasa. Menurut PSAK No.16 (2004:5) aktiva tetap adalah : Aktiva berwujud yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. menentukan bagaimana sederhana dan kompleknya suatu badan usaha

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Aset Tetap Berdasarkan SAK ETAP Pada CV. Sekonjing Ogan Ilir

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem berasal dari bahasa Latin (systẻma) dan bahasa Yunani (sustẻma),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ASET TETAP PADA BIRO PUSAT ADMINISTRASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT. SRI AGUNG MULIA PEKANBARU

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbentuk CV Hasjrat Abadi, berdiri pada tanggal 31 Juli 1952 bertempat di

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVA TETAP (FIXED ASSET)

BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH

BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

berbagai literature dan perkuliahan. Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Aktiva Tetap dan Jenis Aktiva Tetap

Materi: 11 ASET (ASSETS) (PEROLEHAN, DEPRESIASI & KLASIFIKASI BIAYA ASET)

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap perusahaan pada umumnya memiliki aset tetap dalam

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASET TETAP, PSAK 16 (REVISI 2011) ANALISIS PADA PT. BUMI SERPONG DAMAI TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN 2013

BAGIAN IX ASET

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Akuntansi American Accounting Association dalam S.R Soemarso (2004:3) mendefenisikan akuntansi sebagai : Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Defenisi di atas mengandung dua pengertian, yakni : a. Kegiatan akuntansi Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi. b. Kegunaan Akuntansi Bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan. Kegiatan akuntansi meliputi : a. Pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan untuk suatu pengambilan keputusan. b. Pemrosesan data yang bersangkutan, kemudian pelaporan informasi yang dihasilkan. c. Pengkomunikasian informasi kepada pemakai laporan. Pemakai informasi akuntansi antara lain : a. Pemilik perusahaan Bagi pemilik, informasi itu dapat digunakan untuk memutuskan apakah ia akan tetap mempertahankan kepemilikannya di perusahaan itu, atau menjualnya dan kemudian menanamkan modalnya ditempat lain.

b. Calon pemilik perusahaan Bagi calon pemilik, informasi itu digunakan untuk memutuskan apakah ia akan menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. c. Pihak kreditur Bagi pihak kreditur, informasi itu digunakan untuk mengetahui perkembangan perusahaan setelah pinjaman diberikan. Pihak kreditur harus menilai kemampuan perusahaan mengembalikan pinjaman untuk memutuskan apakah harus memberi tambahan pinjaman atau menarik pinjaman yang telah diberikan. d. Calon kreditur Bagi calon kreditur, informasi itu diperlukan untuk menilai resiko yang akan terjadi, sebelum pinjaman diputuskan untuk diberikan. e. Badan-badan Pemerintah Badan-badan Pemerintah sangat berkenaan dengan kegiatan keuangan perusahaan untuk tujuan-tujuan pajak dan pengaturanpengaturannya. f. Manajemen perusahaan Manajemen perusahaan merupakan pihak yang sangat tergantung dan paling banyak berhubungan dengan hasil akhir akuntansi adalah mereka yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan perusahaan.

2. Pengertian Aset Tetap dan Penggolongan Aset Tetap Pengertian Aset Tetap Menurut IAI, PSAK (2007:16.1), dijelaskan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang : Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan pada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan; Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Menurut General Accepted Accounting Principle (GAAP) dalam Harahap Sofyan Syafri (2002:21), menggunakan istilah Property Plant, dan Equipment untuk aset tetap dan mendefinisikannya Aset tetap adalah aset yang sifatnya dipakai terus menerus dan digunakan dalam kegiatan produksi, penjualan barang, penjualan aset lain, atau pembelian aset lainnya yang bukan untuk dijual. Aset ini dicantumkan di neraca dalam jalur aset dengan judul land, building & equipment atau plant & equipment, fixed assets, tangible assets, property and equipment atau aset tetap dan lain-lain. Perusahaan menggunakan berbagai macam aset tetap, seperti peralatan, perabotan, alat-alat, mesin-mesin, bangunan dan tanah. Aset tetap (fixed assets) merupakan aset jangka panjang atau aset relatif permanen. Aset tetap merupakan aset berwujud (tangible assets) karena ada secara fisik. Aset tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari

operasi normal. Nama-nama deskriptif lain bagi aset-aset ini adalah aset pabrik (plant assets), atau properti, pabrik, dan peralatan. Tidak ada aturan standar menyangkut usia minimum yang diperlukan bagi suatu aset agar bisa diklasifikasikan sebagai aset tetap. Aset seperti itu harus mampu menyediakana manfaat yang berulangulang dan normalnya diharapkan berlangsung lebih dari satu tahun. Namun suatu aset, agar bisa diperlakukan sebagai aset tetap, sebetulnya tidak harus sering digunakan secara terus menerus. Sebagai contoh, peralatan cadangan yang hanya digunakan jika peralatan regular rusak atau macet atau hanya digunakan semasa periode sibuk tetap harus diperlakukan sebagai aset tetap. Menurut S.R Soemarso (2005:20), Aset tetap adalah aset berwujud yang : 1. Masa manfaatnya lebih dari 1 tahun 2. Digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan 3. Dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta ; 4. Nilainya cukup besar Aset jangka panjang yang dibeli untuk dijual kembali sebagai bagian dari bisnis normal tidak diklasifikasikan sebagi aset tetap, terlepas dari sifatnya yang permanen atau lamanya waktu aset tersebut dalam persediaan. Sebagai contoh, tanah atau real estate lain yang belum dikembangkan, yang dibeli sebagai investasi untuk kemudian

dijual kembali harus diperlakukan dalam neraca sebagai investasi dalam seksi aset. Penggolongan Aset Tetap Aset tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut antara lain: Sudut Substansi, aset tetap dapat dibagi : Tangible assets atau aset berwujud seperti tanah, mesin, gedung dan peralatan. Intangible assets atau aset yang tidak berwujud seperti HGU, HGB, goodwill-patents, copyright, hak cipta, franchise, dan lain-lain. Sudut Penyusutan, aset tetap dapat dibagi : Depreciated plant assets yaitu aset tetap yang disusutkan seperti Building (bangunan), equipment (peralatan), machinary (mesin), inventaris, jalan dan lain-lain. Undepreciated plant assets, aset tetap yang tidak disusutkan seperti land (tanah). Berdasarkan jenisnya, aset tetap dapat dibagi : Tanah Tanah adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada tanah yang didirikan bangunan diatasnya harus dipisahkan pencatatannya dari tanah itu sendiri.

Khusus bangunan yang dianggap sebagai bagian dari tanah tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya, seperti riol, jalan dan lain-lain maka dapat digabungkan dengan nilai tanah. Bangunan Gedung Gedung adalah bangunan yang berdiri diatas bumi ini baik diatas tanah/air. Pencatatannya harus terpisah dari tanah yang menjadi lokasi gedung itu. Mesin Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan. Kendaraan Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truk, grader, traktor, forklift, mobil, kendaraan roda dua, dan lain-lain. Perabot Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorim, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan. Inventaris/Peralatan Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, invetaris gudang dan lain-lain. Prasarana

Di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, riol, pagar, dan lain-lain. 3. Akuntansi Aset Tetap dan Perolehan Aset Tetap Akuntansi Aset Tetap Permasalahan akuntansi yang terjadi dalam perolehan aset tetap adalah bagaiman aset itu diperoleh perusahaan sehingga menjadi miliknya. Proses perolehan disini dimaksudkan mulai sejak pembelian, pengangkutan aset, pemasangan sampai aset itu siap untuk dipakai dalam proses produksi. Akuntansi Perolehan aset Tetap Menurut IAI, PSAK (2007:16.2), Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau, jika diterapkan, jumlah yang didistribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain. Pedoman Akuntansi dalam mencatat harga perolehan adalah catat nilai aset itu sebesar berapa dana yang dikeluarkan untuk memperoleh aset itu yaitu harga pembeliaan aset itu sendiri ditambah biaya-biaya lain seperti biaya komisi, biaya pengangkutan, biaya pemasangan sehingga aset itu dapat dipergunakan dalam kegiatan produksi atau kegiatan perusahaan. Tahap-tahap Perolehan Aset Tetap

Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:516), biaya yang dikeluarkan untuk aset tetap dapat diklasifikasikan menjadi empat tahap, antara lain : 1. Tahap pendahuluan 2. Tahap pra-perolehan 3. Tahap perolehan atau konstruksi 4. Tahap pemakaian Tahap pendahuluan terjadi sebelum manajemen yakin akan kemungkinan dilakukannya pembelian aset tetap. Selama tahap ini, perusahaan mungkin akan melakukan studi kelayakan, studi pasar, dan anlisis keuangan untuk menentukan kelayakan perolehan aset tetap. Biaya ini tidak dapat dikaitkan dengan aset tetap tertentu, sehingga diperlakukan sebagai pengeluaran pendapatan. Pada tahap pra-perolehan, kemungkinan pembelian aset tetap menjadi sangat besar, namun belum terjadi. Biaya yang terjadi dalam tahap ini, seperti biaya survei, penetapan wilayah, dan studi teknis, dapat dikaitkan dengan aset tetap tertentu dan harus diperlakukan sebagai pengeluaran modal. Dalam tahap perolehan atau konstruksi, pembelian telah terjadi atau konstruksi telah dimulai, namun aset tetap tersebut belum siap untuk digunakan. Biaya yang bisa diidentifikasikan langsung dengan aset tetap tertentu selama tahap ini bisa dikapitalisasi dalam akun aset tetap atau akun pekerjaan dalam penyelesaian. Biaya ini didebit ke akun beban administrasi dan umum. Ketika aset tetap siap dimanfaatkan, biaya yang dikapitalisasi harus ditransfer dari akun pekerjaan dalam penyelesaian ke akun aset tetap berkaitan. Dalam tahap pemakaian, aset tetap telah selesai dan siap digunakan. Selama tahap ini, aset tetap harus disusutkan. Sebagai tambahan, aktivitas perbaikan dan pemeliharaan yang normal, berulang, dan periodik sehubungan dengan aset tetap tersebut selama tahap ini harus dicatat ke beban pemeliharaan

untuk periode bersangkutan. Biaya yang terjadi untuk memperoleh komponen tambahan atau mengganti komponen yang sudah ada atas aset tetap tersebut harus dikapitalisasi. Aset Tetap yang Dihibahkan Contoh : Menurut IAI, PSAK (2007:16.6), Aset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa : a. Entitas akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut; dan b. Hibah akan diperoleh Perusahaan menerima bantuan sebidang tanah dan bangunan gedung dari pemerintah. Nilai tanah bangunan itu menurut harga pasar yang wajar masing-masing Rp.3.000.000,- dan Rp.1.000.000,- Maka pencatatannya sebagai berikut : Tanah 3.000.000,- Bangunan 1.000.000,- Modal Donasi 4.000.000,- Aset ini tetap disusutkan sebagaiman aset lainnya. 4. Akuntansi Penggunaan Aset Tetap Permasalahan akuntansi setelah masa perolehan (acquisition) adalah penggunaan (utilization) aset tetap. Dalam masa penggunaan aset tetap ada tiga persoalan pokok, yaitu :

a. Expenditures yaitu pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan untuk aset itu. b. Depreciation yaitu alokasi harga pokok dari aset tetap itu sebagai akibat penggunaanya dalam kegiatan produksi. c. Revaluation (Penilaian kembali / Revisi taksiran umur). a. Expenditures (Pengeluaran) Selama penggunaan aset tetap kita tidak dapat menghindarkan diri dari pengeluaran-pengeluaran untuk aset tetap itu. Pengeluaran itu perlu kita ketahui dan dianalisis karena kemungkinan ada pengaruhnya terhadap harga pokok (cost) yang akhirnya mempengaruhi biaya penyusutan. Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomis dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas mutu produksi atau peningkatan standar kerja. Pengeluaran setelah perolehan aset tetap hanya diakui sebagai suatu aset jikalau pengeluaran meningkatkan kondisi aset melebihi standar kinerja semula. Peningkatan yang menghasilkan manfaat ekonomi masa yang akan datang menurut IAI, PSAK (2007:16.8) Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatatsebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Ada 2 macam pengeluaran, yaitu :

1. Pengeluaran Biaya (revenue expenditures) 2. Pengeluaran Modal (capital expenditures) Jika pengeluaran itu tidak dianggap menambah harga pokok dalam arti bahwa biaya itu harus dibebankan ke perkiraan laba rugi maka pengeluaran itu dianggap sebagai revenue expenditures. Sebaliknya jika pengeluaran itu menambah harga pokok aset yang bersangkutan dalam arti pengeluaran itu dikapitalisir maka pengeluaran itu dianggap capital expenditures. Jika pengeluaran itu dianggap capital expenditures maka hal ini berarti bahwa pembebanan keperkiraan laba rugi tidak sekaligus tetapi ditangguhkan dan akan dialokasikan melalui pembebanan biaya penyusutan selama masa penggunaannya. Beberapa hal yang menyangkut pengeluaran untuk aset tetap dan perlakuan terhadapnya. 1. Pemeliharaan (Maintenance) Biasanya yang dikeluarkan untuk memelihara aset agar tetap dalam kondisi baik disebut maintenance. Biaya ini sifatnya biasa dan berulang-ulang dan tidak menambah umur aset, pengeluaran ini dianggap sebagai revenue espenditures. 2. Reparasi (Repairs) Pengeluaran untuk memperbaiki aset dari kerusakan atau mengganti alat-alat yang rusak sehingga menjadi baik dan dapat dipergunakan kembali disebut repairs. Jika pengeluaran itu sifatnya

biasa dan hanya dimanfaatkan untuk periode berjalan maka dianggap sebagai revenue expenditures. Sedangkan jika sifatnya tidak biasa dan dapat memperpanjang umur aset maka didebet perkiraan akumulasi penyusutan sebesar jumlah pengeluaran itu. Jika pengeluaran itu sifatnya bongkar habis (overhaul) maka biasanya keadaan ini disebut renewal. Jika dalam reparasi itu banyak alat-alat yang diganti maka disebut replacement. Biaya replacement ini dianggap sebagai revenue expenditures atau sebagai capital expenditures tergantung bagaimana kita memandang penggantian itu. Jika penggantian itu merupakan bagian terbesar dari aset itu maka hal ini dapat dikapitalisir. Sedangkan jika yang ditukar itu merupakan bagian yang terpisah dan hanya bagian-bagian tertentu maka pencatatannya ada dua kemungkinan : a. Jika sifatnya biasa dan tidak menambah umur maka di debet ke perkiraan biaya. b. Jika sifatnya tidak biasa dan menambah umur maka di debet ke perkiraan akumulasi penyusutan. 3. Perbaikan (betterment dan improvement) Perubahan dari bentuk dan kerangka aset sehingga meningkatkan kapasitas dan jasa yang diberikan maka disebut betterment dan improvement. Jika pengeluaran untuk ini sifatnya biasa dan jumlahnya kecil dianggap sebagai biaya reparasi. Jika pengeluaran itu sifatnya tidak

biasa dan jumlahnya besar sehingga aset itu dianggap baru, maka pengeluaran itu di debetkan ke perkiraan akumulasi penyusutan. 4. Penambahan (addition) Menambah atau memperluas fasilitas yang dimiliki suatu aset disebut addtion. Misalnya bangunan baru, ruang parkir dan lain-lain maka pengeluaran ini dianggap sebagai capital expenditures dan harus disusutkan selama umur penggunaannya. 5. Perombakan (rearrangement) Perombakan mesin dan peralatan kemudian dipasang kembali sehingga lebih ekonomis dan lebih efisien disebut rearrangement. Pengeluaran ini harus dikapitalisir dan disusutkan selama periode penggunaanya. b. Depreciation (Penyusutan) Disamping pengeluaran dalam masa penggunaan, masalah penyusutan merupakan masalah yang penting selama masa penggunaan aset tetap. Menurut Skousen, Smith (2005:491) Penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aset secara sistematik dan rasional selama masa manfaat dari aset yang bersangkutan. Menurut IAI, PSAK (2007:17.2) Penyusutan adalah alokasi-alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengertian penyusutan ini tidak sama seperti pengertian dalam ekonomi perusahaan yang menekankan bahwa penyusutan itu merupakan cadangan untuk pembelian aset tetap yang baru setelah aset tetap yang lama tidak bisa dipakai lagi. Beberapa faktor yang menentukan beban penyusutan : 1. Harga Pokok Harga pokok merupakan hal yang penting dalam menghitung biaya penyusutan. Mengenai berapa harga pokok aset tetap dan hal-hal apa yang termasuk dalam harga pokok. 2. Nilai Residu (Residual atau salvage value) Yang dimaksud dengan nilai residu adalah nilai taksiran realisasi (penjualan melalui kas) aset tetap tersebut setelah akhir penggunaanya atau pada saat mana aset tetap itu harus ditarik dari kegiatan produksi. Nilai residu ini tidak mesti harus ada, bisa saja harga pada saat dibesituakan adalah nihil. 3. Umur Teknis Yang dimaksud dengan umur teknis adalah taksiran jangka waktu penggunaan aset tetap itu dalam kegiatan produksi. Umur yang dimaksud disini ada dua yaitu : a. Umur Fisik b. Umur Fungsional Umur fisik berapa lama aset tetap itu secara fisik mampu memberikan sumbangan terhadap kegiatan produksi. Umur fisik dapat

berakhir akibat kerusakan, hancur, terbakar, dan lain-lain. Sedangkan umur fungsional berarti berapa lama aset tetap itu mampu untuk memproduksi barang-barang yang dapat ditawartkan dan diterima masyarakat. Aset tetap yang secara teknis/fisik masih berjalan belum tentu dianggap memiliki umur fungsional, misalnya apabila produknya dianggap tidak laku atau sudah ketinggalan zaman. 4. Pola Pemakaian Pola pemakaian aset tetap itu dalam kegiatan produksi harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan pembebanan penyusutan terhadap produksi. Dasar penyusutan menurut Warfield, Kieso, Weygandt (2002:59) : Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi dari 2 faktor, yaitu : biaya awal dan nilai sisa atau pelepasan. Nilai sisa adalah estimasi jumlah yang akan diterima pada saat aset itu dijual atau ditarik dari penggunaannya. Nilai sisa merupakan jumlah dimana nilai aset harus diturunkan nilainya atau disusutkan selama masa manfaat. Menurut IAI, PSAK (2007:17.3), penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria sebagai berikut : a. Berdasarkan waktu i. Metode garis lurus (straight-line method) ii. Metode pembebanan menurun : Metode jumlah angka tahun (sum the year digit method) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double decliniing balance method) b. Berdasarkan penggunaan i. Metode jam jasa (service hours method) ii. Metode jumlah unit produksi (productive output method)

c. Berdasarkan kriteria lainnya : i. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (grup and composite method) ii. Metode anuitas (annuity method) iii. Sistem persediaan (inventory system) Ad.a. Berdasarkan waktu i. Metode garis lurus (straight line method) Beban penyusutan menurut metode ini dihitung sebagai berikut : D = C S n D = Beban penyusutan C = Harga pokok aset S = Nilai residu n = Umur teknis Contoh : PT. X pada tanggal 1 Januari 2001 membeli aset tetap dengan harga perolehan sebesar Rp. 9.750.000,-. Aset tersebut ditaksir mempunyai umur kegunaan selama 10 tahun, dengan taksiran residu Rp. 750.000,-. Penyusutan per tahun = Rp. 9.750.000 Rp. 750.000 = Rp. 900.000,- Berdasarkan perhitungan diatas, maka penyusutan aset tetap PT. X dapat dilihat pada tabel 1.1 10

Tabel 1.1 PT. X Penyusutan metode garis lurus Tahun Penyusutan Akumulasi Penyusutan* Nilai Buku** Rp. 9.750.000,- 2001 Rp. 900.000,- Rp. 900.000,- Rp. 8.850.000,- 2002 Rp. 900.000,- Rp. 1.800.000,- Rp. 7.950.000,- 2003 Rp. 900.000,- Rp. 2.700.000,- Rp. 7.050.000,- 2004 Rp. 900.000,- Rp. 3.600.000,- Rp. 6.150.000,- 2005 Rp. 900.000,- Rp. 4.500.000,- Rp. 5.250.000,- 2006 Rp. 900.000,- Rp. 5.400.000,- Rp. 4.350.000,- 2007 Rp. 900.000,- Rp. 6.300.000,- Rp. 3.450.000,- 2008 Rp. 900.000,- Rp. 7.200.000,- Rp. 2.550.000,- 2009 Rp. 900.000,- Rp. 8.100.000,- Rp. 1.650.000,- 2010 Rp. 900.000,- Rp. 9.000.000,- Rp. 750.000,- * Penjumlahan dari penyusutan setiap tahun ** Harga perolehan akumulasi penyusutan ii. Metode Pembebanan Menurun Metode jumlah angka tahun (sum the year digit method) Metode saldo menurun, yaitu aset tetap dianggap memberikan manfaat yang lebih besar dalam metode periode-

periode awal penggunaannya. Sehingga jumlah penyusutan aset tetap dalam setiap periode tidak sama. Melainkan semakin menurun pada periode-periode berikutnya sesuai dengan manfaat yang diberikan oleh aset tetap yang bersangkutan. Contoh : PT. X membeli sebuah peralatan cetak dengan harga perolehan sebesar Rp. 5.000.000,- dengan nilai sisa Rp. 500.000,-. Peralatan tersebut ditaksir dapat dipergunakan selama 5 tahun. Taksiran nilai dibuat tabel penyusutan terlebih dahulu dihitung perbandingan sisa umur kegunaan aset tetap bersangkutan dengan jumlah angka tahun sebagai berikut : Umur kegunaan aset tetap adalah 5 tahun maka : Tahun I sisa umur kegunaannya adalah 5 Tahun II sisa umur kegunaannya adalah 4 Tahun III sisa umur kegunaannya adalah 3 Tahun IV sisa umur kegunaannya adalah 2 Tahun V sisa umur kegunaannya adalah 1 Dalam contoh diatas peralatan cetak PT. X mempunyai taksiran umur kegunaan 5 tahun. Berarti angka-angka tahun yang dijumlahkan adalah sebagai berikut :1,2,3,4 dan 5 dengan demikian jumlah angka tahun adalah 15. Penyusutan angka tahun dapat dilihat pada tabel 1.2

Tabel 1.2 PT. X Penyusutan metode jumlah angka tahun Tahun Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Rp. 5.000.000,- 1 5/15 x Rp. 4.500.000* = Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000,- Rp. 3.500.000,- 2 4/15 x Rp. 4.500.000* = Rp. 1.200.000 Rp. 2.700.000,- Rp. 2.300.000,- 3 3/15 x Rp. 4.500.000* = Rp. 900.000 Rp. 3.600.000,- Rp. 1.400.000,- 4 2/15 x Rp. 4.500.000* = Rp. 600.000 Rp. 4.200.000,- Rp. 800.000,- 5 1/15 x Rp. 4.500.000* = Rp. 300.000 Rp. 4.500.000,- Rp. 500.000,- *Rp.5.000.000 Rp. 500.000 = Rp. 4.500.000,- Metode saldo menurun (declining balance method) Dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan presentase tertentu yang dihitung melalui rumus tertentu dan dikalikan dengan nilai buku. Oleh karena itu beban penyusutan semakin lama semakin mengecil. Presentase dihitung sebagai berikut : r = nn 1 SS CC Contoh : Suatu mesin dengan harga perolehan Rp. 100.000,- mempunyai masa manfaat 3 tahun dengan nilai residu Rp.

10.000,- maka biaya penyusutan dapat dihitung sebagai berikut: 3 r = 1-10.000: 100.000 = 0.536 atau 53.6 % Untuk menghitung depresiasi tiap tahun, tarif ini (53.6%) dikalikan kepada nilai buku mesin. Apabila disusun dalam bentuk tabel, maka perhitungan penyusutan adalah sebagai berikut : Alokasi penyusutan dapat dihitung pada tabel 1.3 Tabel 1.3 PT. X Penyusutan metode saldo menurun Tahun Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Rp. 100.000,- 1 53.6% x Rp. 100.000 = Rp. 53.600 Rp. 53.600,- Rp. 46.400,- 2 53.6% x Rp. 46.600 = Rp. 24.870 Rp. 78.470,- Rp. 21.530,- 3 53.6% x Rp. 21.530 = Rp. 11.530 Rp. 90.000,- Rp. 10.000,- Metode Saldo Menurun Ganda (double declining balance method) Metode ini hampir sama dengan metode saldo menurun. Perbedaannya hanya dalam menentukan presentase. Metode ini dihitung dengan cara melipatduakan presentase penyusutan menurut Metode Garis Lurus. Ad.b. Berdasarkan penggunaan

i. Metode jam jasa (service-hours method) Metode ini beranggapan bahwa nilai aset tetap adalah merupakan sejumlah jam produksi, sehingga taksiran umur aset tetap tergantung pada jumlah jam kerja produksi yang dipakainya. Dalam hal ini beban penyusutan dihitung sesuai dengan penggunaan jam kerja aset itu yang dipakai dalam berproduksi. Beban penyusutan per jam dihitung sebagai berikut : C S Taksiran jam kerja produktif seluruhnya Contoh : Dengan menggunakan ilustrasi diatas dan jam kerja aset tetap itu dimisalkan 50.000 jam maka penyusutan per jam adalah sebagai berikut : D = 100.000 5.000 50.000 D = Rp. 1,9 per jam ii. Metode Jumlah Unit Produksi (productive-output method) Metode ini hampir sama dengan metode jam jasa. Kalau dengan metode tersebut jam kerja dijadikan dasar hitungan, disini jam kerja itu digambarkan oleh output atau produksi dalam unit. Perhitungan tarif penyusutan untuk setiap unit hasil produksi dipergunakan rumus perhitungan sebagai berikut : D = A - R n

(n = dalam hal ini adalah output) Contoh : PT. X menggunakan jumlah unit produksi untuk menghitung penyusutan aset tetap yang dimiliki dengan harga perolehan Rp. 10.000.000,-. Nilai residu aset ditaksir sebesar Rp. 1.250.000,-. Total hasil produksi selama aset tersebut digunakan dalam operasi perusahaan adalah sebagai berikut : Tahun Hasil Produksi 1 90 unit 2 85 unit 3 75 unit 4 60 unit 5 40 unit Total 350 unit Berdasarkan data tersebut di atas, tarif per unit produksi adalah sebagai berikut : Tarif per unit produksi = Rp. 10.000.000 Rp. 1.250.000 350 = Rp. 25.000,- Berdasarkan perhitungan di atas, maka penyusutan aset tetap PT. X dapat dilihat pada tabel 1.4 Tabel 1.4 PT. X Penyusutan metode jumlah unit produksi Tahun Produksi/unit Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku

1 2 3 4 5 = (HP-4) Rp. 10.000.000 1 90 unit Rp. 2.250.000 Rp. 2.250.000 Rp. 7.750.000 2 85 unit Rp. 2.125.000 Rp. 4.375.000 Rp. 5.625.000 3 75 unit Rp. 1.875.000 Rp. 6.250.000 Rp. 3.750.000 4 60 unit Rp. 1.500.000 Rp. 7.750.000 Rp. 2.250.000 5 40 unit Rp. 1.000.000 Rp. 8.750.000 Rp. 1.250.000 Ad.c. Berdasarkan kriteria lainnya i. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method) Metode berdasarkan penyusutan kelompok Tabel 1.5 Penyusutan berdasarkan jenis dan kelompok Aset Harga Perolehan Nilai Sisa Yang Dihapuskan Taksiran Umur Penyusutan Per Tahun Peralatan 10.000.000 500.000 9.500.000 5 1.900.000 Mesin 30.000.000 2.000.000 28.000.000 7 4.000.000 Kendaraan 60.000.000 4.000.000 56.000.000 10 5.600.000 Total 100.000.000 6.500.000 93.500.000-11.500.000 Metode ini merupakan cara perhitungan penyusutan untuk kelompok aset tetap sekaligus. Metode ini adalah suatu adaptasi dari metode garis lurus yang diperhitungkan terhadap sekelompok aset tetap. Apabila aset tetap yang dimiliki mempunyai umur, fungsi yang berbeda maka aset tetap ini bisa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk masing-masing fungsi. Penyusutan dihitung berdasarkan umur rata-rata aset tetap dalam kelompok ini. Dengan metode ini aset tetap yang sejenis dikelompokkan, Penyusutannya dihitung berdasarkan rata-rata umur seluruh aset.

Dalam hal ini besarnya beban penyusutannya adalah hasil kali antara umur aset dengan harga perolehan sekelompok aset tetap setelah dikurangi dengan nilai sisa. ii. Metode anuitas (annuity method) Metode ini biasanya dipakai untuk analisa investasi atau proyek untuk kepentingan manajemen. Beban penyusutan dihitung dengan memakai tabel bunga majemuk. Biaya penyusutan dalam metode ini tidak hanya diperhitungkan dari harga perolehan aset tetap tersebut tetapi juga termasuk bunga, modal yang terkait. Namun demikian bunga modal yang diperhituangkan dicatat sebagai pendapatan. Dengan demikian pengurangan terhadap rugi periodik akan sama saja dengan penyusutan yang didasarkan kepada harga perolehan. Perolehan per tahun = HHHH SS xx (11 + ii ) nn 11 (11 + ii) nn i Contoh : Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 10.000.000,- ditaksir dapat dipakai 5 tahun dengan nilai residu Rp. 1.000.000,- harga modal dipasaran 8 %. Penyusutan per tahun = 10.000.000 1.000.000 x (1 + 0.08) -5-5 1 (1 + 0.08) 0.08 = Rp. 2.334.108,-

Apabila dalam bentuk tabel, maka tampak sebagai berikut : Tabel 1.6 Penyusutan metode anuitas Tahun Biaya Penyusutan Akumulasi Penyusutan Pendapatan Bunga Nilai Buku 10.000.000 1 2.334.108 1.534.108 800.000 9.200.000 2 2.334.109 1.598.108 736.000 7.601.892 3 2.334.110 1.725.956,64 608.151,36 5.875.935,36 4 2.334.111 1.864.033,17 470.074,83 4.011.902,19 5 2.334.112 2.013.155,83 320.952,17 1.000.000 Maka pencatatannya adalah : Biaya penyusutan mesin 2.334.108 Ak.penyusutan mesin 1.534.108 Pendapatan bunga 800.000 iii. Metode persediaan (inventory system) Metode ini biasanya dipakai untuk menilai aset tetap yang kecil atau peralatan. Metode penyusutan dihitung dengan menambahkan persediaan awal aset yang tersedia dengan perolehan aset tetap selama periode berjalan kemudian dikurangi persediaan akhir aset tetap.

Contoh : Sebuah peralatan pada awal tahun dibeli dengan harga Rp. 1.500.000,-. Pada akhir tahun peralatan tersebut dinilai sebesar Rp. 1.350.000,-. Maka penyusutannya peralatan adalah sebesar Rp. 150.000,-. c. Revaluation (Penilaian kembali) Penilaian kembali/revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena SAK menganut penilaian aset berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Penilaian oleh Appraisal Company Dalam dunia bisnis penilaian aset tetap biasanya dilakukan oleh appraisal company sebagai lembaga profesi penilai yang diakui oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam penilaian profesi appraisal, digunakan beberapa istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut : 1) Nilai pasar wajar (fair market value) Nilai pasar yang wajar adalah harga yang dilekatkan pada proses jual beli di pasar pada saat tertentu dimana penjual dan pembeli masing-masing melakukan secara sadar tanpa paksaan serta mengetahui atau memiliki pengetahuan mengenai keadaan pasar serta kegunaan aset yang dimaksud.

2) Biaya produksi baru (cost of replacement new) Biaya produksi baru adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu aset atau barang sesuai dengan jenisnya yang dihitung berdasarkan harga pasar tempat saat itu untuk bahanbahan, upah kerja, alat produksi, biaya tak terduga, yang dikeluarkan dari keuntungan jasa kontraktor tetapi tidak termaask ongkos lembur atau potongan-potongan yang diberikan oleh leveransir atau pedagang. 3) Nilai sehat (sound value) Nilai sehat adalah nilai berdasarkan atas biaya reproduksi baru dikurangi penyusutan atau dengan memperhatikan sifat/ciri fisik, kegunaan dan pemanfaatan aset atau barang yang dimaksud. Dalam melaksanakan penilaian dipakai beberapa cara pendekatan yaitu sebagai berikut : a) Pendekatan data pasar (market data approach) Pendekatan data pasar adalah suatu metode penilaian dimana perkiraan nilai pasar berdasarkan atas nilai yang terjadi pada saat transaksi yang sejenis waktu itu. b) Pendekatan biaya (cost approach) Pendekatan biaya adalah suatu metode penilaian dimana nilai aset diperoleh dari biaya reproduksi baru dikurangi penyusutan. c) Pendekatan pendapatan (income approach)

Pendekatan pendapatan adalah dimana keuntungan bersih dianalisis guna mendapatkan besarnya jumlah investasi dalam menghasilkan keuntungan tersebut. Penilaian kembali menurut Akuntansi Menurut SAK bahwa nilai aset yang tercatat itu adalah berdasarkan harga perolehan. Namun demikian karena tujuan akuntansi adalah menyajikan informasi yang lebih akurat dan dipercaya, kadang-kadang perusahaan terpaksa menyajikan pos-pos itu bukan menurut cost tetapi menurut harga penilaian pada saat iru. Penilaian ini tidak perlu mengubah dasar-dasar pembukuan yang ada tetapi sekedar informasi tambahan untk meningkatkan kegunaan informasi akuntansi tersebut. Metode penilaian yang dipergunakan adalah : 1) General Price Level Adjustment (GPLA) GPLA menilai kembali seluruh pos yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara mengalikannya dengan angka indeks yang dihitung dari tenaga beli uang, misalnya dapat diperoleh dari indeks harga konsumen. 2) Current Value Adjustment (CVA) CVA menilai aset tetap itu sesuai dengan harga sekarang, apakah dengan menggunakan pendekatan harga pasar, atau perbandingan harga secara umum. Penilaian ini biasanya dilakukan oleh perusahaan atau lembaga independen (appraisal company).

Beberapa kemungkinan hasil penilaian yang dilakukan oleh appraisal company : a) Penilaian lebih rendah (devaluation) Penilaian lebih rendah terjadi jika hasil penilaian ternyata lebih rendah dari nilai buku. Apabila hal itu terjadi maka akan mempengaruhi perkiraan aset dan akumulasi penyusutan. Penurunan ini dicatat dalam laporan keuangan sebagai pos khusus yang timbul dari perubahan kebijaksanaan akuntansi (extraordinary item). b) Penilaia lebih tinggi (appreciation) Jika nilai revaluasi lebih tinggi dari nilai cost maka akan mempengaruhi perkiraan aset tetap dan dampaknya akan menambah perkiraan modal. Karena kenaikan perkiraan modal ini sebenarnya belum direalisasi maka harus dilaporkan sebagai pos appraisal capital. 5. Akuntansi Penghentian Aset Tetap Aset tetap yang tidak lagi berguna bisa dibuang, dijual atau ditukar tambah dengan aset tetap lainnya. Rincian ayat jurnal untuk mencatat pelepasan aset tetap dapat bervariasi. Namun, dalam semua kasus, nilai buku aset harus dihapus dari akun, yang dilakukan dengan mendebit akun akumulasi penyusutan aset yang terkait sebesar

saldonya pada tanggal pelepasan dan mengkredit akun aset sebesar biaya atau harga perolehannya. Aset tetap tidak boleh dihapus dari akun hanya karena aset tersebut telah disusutkan secara penuh. Jika aset masih digunakan oleh perusahaan, maka biaya dan akumulasi penyusutan harus tetap tercatat dalam buku besar. Hal ini ditujukan untuk mempertahankan pertanggunggugatan bagi aset tersebut dalam buku besar. Jika nilai buku dari aset dihapuskan dari buku besar, tidak akan ada lagi bukti mengenai eksistensi dari aset. Selain itu, data-data biaya dan akumlasi penyusutan aset biasanya dibutuhkan untuk pelaporan pajak properti dan pajak penghasilan. Penghentian Aset tetap ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : Pembuangan Aset Tetap Jika aset tetap tidak berguna lagi bagi perusahaan serta tidak memiliki nilai residu atau nilai pasar, maka aset tersebut akan dibuang. Jika suatu aset belum disusutkan sepenuhnya, maka penyusutan harus terlebih dahulu dicatat sebelum aset dibuang dan dihapus dari catatan akuntansi. Kerugian dari pembuangan aset tetap merupakan pos non-operasi dan biasanya dilaporkan dalam seksi beban lainnya pada laporan laba rugi. Penjualan Aset Tetap

Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aset tetap serupa dengan ayat jurnal pada pembangunan aset. Jika harga jual lebih tinggi dari nilai buku aset, maka transaksi tersebut menghasilkan laba. Jika harga jual lebih rendah dari nilai buku, maka transaksi tersebut menimbulkan kerugian. Pertukaran Aset tetap yang sejenis Seringkali peralatan lama ditukar dengan yang baru, yang memiliki kegunaan sama. Dalam kasus semacam ini, pembeli menerima peralatan lama yang dimaksud dari penjual. Jumlah ini, yang dinamakan dengan nilai tukar tambah (trade in allowance) mungkin lebih tinggi atau lebih rendah daripada nilai buku peralatan lama. Saldo yang tersisa jumlah yang terutan- dapat dibayarkan secara tunai atau suatu kewajiban dicatat. Selisih ini biasanya dinamakan dengan sisa yang terutang (boot), yang merupakan nama pajaknya. Hal ini didasarkan pada teori bahwa pendapatan berasal dari produksi dan penjualan barang yang dibuat dengan memanfaatkan aset tetap, bukan dari pertukaran aset tetap yang serupa. Jika nilai tukar tambah melebihi nilai buku aset lama yang ditukarkan dan tidak ada keuntungan yang diakui, maka biaya atau harga pokok

yang dicatat untuk aset baru dapat ditentukan dengan salah satu dari dua cara sebagai berikut : Biaya aset baru = Harga aset baru Keuntungan yang tidak diakui Atau Biaya aset baru = Kas yang dibayarkan + Nilai buku aset lama Penjelasan mengenai keuntungan dan kerugian atas pertukaran aset tetap yang sejenis dapat dilihat pada hal.24. 6. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap dalam Laporan Keuangan Menurut IAI, PSAK (2007:16.12), Laporan keuangan harus mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap, yaitu : a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto. b. Metode penyusutan yang digunakan. c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan. d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode menunjukkan : i. Penambahan ii. Aset yang diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok yang akan dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai dengan paragraf 45 atau pelepasan lainnya. iii. Akuisisi melalui penggabungan usaha iv. Penigkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, 40 serta rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik secara langsung kepada entitas sesuai PSAK No. 48 v. Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi sesuai PSAK No. 48

vi. Rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laporan laba rugi sesuai PSAK No. 48, jika ada vii. Penyusutan viii. Selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang funsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor; dan ix. Perubahan lain Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan : a. Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk utang b. Jumlah penhgeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam pembangunan c. Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan d. Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk setiap aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalm laporan laba rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi. Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut harus diungkapkan : a. Tanggal efektif revaluasi b. Apakah penilaian, independen dilibatkanb c. Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset d. Penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasar harga yang dapat diobservasi (observable prices) dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya e. Untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat dengan model biaya; dan f. Surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan-pembatasan distribusi kepada pemegang saham

i. Penyajian Aset Tetap dalam Neraca sesuai PABUI Contoh penyajian aset tetap dalam neraca : Tabel 1.7 PD Sinar Jaya Neraca Per 31 Desember 2005 ( Rp ) ASET KEWAJIBAN DAN EKUITAS Keterangan Jumlah (Rp) Keterangan Jumlah (Rp) Aset lancer Kas dan bank Piutang lain-lain Persediaan Sewa dibayar dimuka Jumlah aset lancar 630.750.000 45.000.000 115.500.000 160.000.000 951.250.000 Kewajiban lancar Hutang usaha Hutang pajak Hutang lain-lain Beban masih harus dibayar Jumlah kewajiban lancar 259.423.900 16.500.000 52.355.200 20.125.050 348.404.150 Aset tetap - Tanah - Bangunan - Kendaraan - Peralatan - Inventaris kantor - Aset tetap tidak berwujud Jumlah aset tidak lancer 187.500.000 750.345.000 265.350.000 185.335.000 80.488.000 18.712.500 1.487.730.500 Kewajiban tidak lancar Hutang bank jangka panjang Jumlah kewajiban tidak lancer 955.989.450 955.989.450 Ekuitas Modal Budi Modal Andi 786.397.400 348.189.500 Jumlah ekuitas Jumlah Aset 2.438.980.500 Jumlah kewajiban dan ekuitas 1.134.586.900 2.438.980.500

7. Tinjauan Penelitian Terdahulu Di bawah ini terdapat dua buah hasil penelitian terdahulu, yaitu : Nama Judul Penelitian Perumusan Masalah Analisa Pengunaan, Apakah Penghentian Aktiva penggunaan, Tetap Dan penghentian Penyajiannya aktiva tetap dan Dalam Laporan penyajiannya Keuangan Pada PT. dalam laporan Musim Mas Medan keuangan telah sesuai dengan PSAK No.16 Ernie M. Tampubolon Tahun Penelitian: 2005 Ramot Nurlela. A Tahun Penelitian: 2004 Pengakuan Dan Pengukuran Aktiva Tetap Pada Perusahaan Jasa Angkutan Darat Antar Kota Antar Propinsi Di Lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara Bagaimana perlakuan Akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran aktiva tetap pada perusahaan jasa angkutan darat Antar Kota Antar Propinsi di lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara dan apakah perlakuan akuntansi tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Hasil Penelitian Kebijakan perusahaan dalam menentukan biaya pemeliharaan dan perawatan, yaitu dengan mengelompokkan dan pemeliharaan aktiva perusahaan dalam 4 bagian. Dalam menghitung penyusutan perusahaan menggunakan metode Garis Lurus. Kebijakan perusahaan untuk masalah penghentian aktiva tetap termasuk cara penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi pada saat penghentian, dan lain-lain sudah cukup baik. Pada dasarnya, proses pengakuan awal yang dilakukan oleh perusahaan terhadap bus-busnya sudah memadai, namun proses pencatatan dan perlakuan akuntansi selama penggunaan aktiva tetap yang belum sempurna menimbulkan kesulitan dalam hal pengukuran nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode akuntansi.

8. Kerangka Konseptual NERACA Aset Aset Tetap 1. Tanah 2. Bangunan 3. Kendaraan 4. Mesin 5. Peralatan 6. Inventaris Kantor Analisis Perolehan Aset Tetap Analisis Penggunaan Aset Tetap Analisis Penghentian Aset Tetap Aset tetap adalah aset yang sifatnya dipakai terus menerus dan digunakan dalam kegiatan produksi, penjualan barang, penjualan aset lain, atau pembelian aset lainnya yang bukan untuk dijual. Aset tetap dibagi menjadi lima bagian, antara lain : a. Tanah

b. Bangunan c. Kendaraan d. Mesin e. Peralatan f. Inventaris Kantor Aset tetap diperoleh melalui pembayaran sejumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain dan juga melalui sumbangan. Dalam penggunaan aset tetap dapat ditinjau dari peningkatan yang menghasilkan manfaat ekonomi di masa yang akan datang. Sedangkan dalam penghentian aset tetap tidak lepas dari pembahasan tentang penyusutan aset tetap.